Laman

Jumat, 26 November 2010

INSECTA

INSECTA

BAB I
PENDAHULUAN

Apakah insekta itu ? kata insekta, berasal dari bahasa latin,insecti yang berarti serangga. Insekta termasuk salah satu anggota dari filium Arthropoda. Banyak anggota insekta yang dapat ditemukan disekitar kita misalnya lalat, kupu- kupu, kecoak, jangkrik, semut, nyamuk dan belalang. Anggota insekta sangat beragam, tetapi memiliki ciri khusus,yaitu kakinya berjumlah enam buah,sehingga disebut juga hexapoda ( hexa = enam, podos = kaki ). Diperkirakan jumlah insecta lebih dari 900.000 jenis yang terbagi dalam 25 ordo. Hal ini menunjukkan bahwa banyak sekali variasi dalam kelas insecta baik bentuk maupun sifat dan kebiasaannya.

Morfologi
Morfologi dan susunan tubuh luar kelas insecta mirip dengan morfologi filum Artropoda pada umumnya. Tubuhnya terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kepala, toraks, dan abdomen yang mempunyai batas jelas satu dengan lainnya.

Kepala
Pada kepala terdapat satu pasang mata facet (majemuk), mata tunggal (ocellus), dan satu pasang antena sebagai alat peraba. Alat mulut yang disesuaikan untuk mengunyah, menghisap, menjilat dan menggigit. Bagian mulut ini terdiri atas rahang belakang (mandibula), rahang depan (maksila), dan bibir atas (labrum) serta bibir bawah (labium).











Gambar 14. Berbagai tipe mulut serangga



Toraks
Dada terdiri dari tiga segmen atau ruas yang terlihat jelas, yaitu dari depan prothoraks, mesothoraks, dan metathoraks dan pada setiap segmen terdapat sepasang kaki, sayapnya terdapat mesothoraks dan metathoraks. Pada insekta yang bersayap sepasang, sayap belakangnya mereduksi, mengecil dan disebut halter yang berfungsi sebagai alat keseimbangan. Tubuh insecta diperkuat dengan eksoskelet dari chitine.
Susunan kaki pada insekta terdiri-dari ruas-ruas yaitu :
a. Panggul (coxa)
b. Gelang paha (trokanter)
c. Paha (femur)
d. Ruas betis (tibia)
e. Ruas-ruas kaki (tarsus)

Abdomen
Pada perut insekta ada sebelas segmen, pada stadium embrio segmen ditemukan lengkap, tetapi pada bentuk dewasa segmen dibagian posterior menjadi alat reproduksi. Abdomen dalam bentuk dewasa tidak berkaki tetapi pada stadium larva mempunyai kaki. Pada abdomen terdapat spirakel, yaitu lubang pernapasan yang menuju tabung trakea. Anatomi internal terdiri beberapa sistem organ yang kompleks, yaitu sistem pencernaan, system pernapasan, system sirkulasi, system pengeluaran zat dan system saraf. Perut (abdomen) memiliki sebelas (11) ruas atau beberapa ruas saja. Pada belalang betina, bagian belakang perut terdapat ovipositor yang berfungsi untuk meletakkan telurnya. Pada segmen pertama terdapat alat pendengaran atau membran tympanum.

System sirkulasi
Sistem sirkulasi insekta berupa sistem sirkulasi terbuka dengan organ sebuah jantung pembuluh yang berfungsi mempompa hemolimfa melalui sinus homosol (rongga tubuh).

System respirasi
Insekta bernapas dengan system trakea yang berupa tabung bercabang yang dilapisi kitin. Oksigen masuk secara langsung dari trakea ke sel-sel tubuh. Sistem trakea membuka ke bagian luar tubuh melalui spirakel, yaitu pori-pori yang dapat membuka dan menutup untuk mengatur aliran udara dan membatasi hilangnya air.

System pencernaan makanan
Saluran pencernaan insecta terdiri atas tiga bagian, yaitu stomodeum atau foregut, mesenteron atau midgut dan proctodeum atau hindgut. Stomodeum terdiri atas rongga mulut, kelenjar ludah, epifaring, hipofaring, faring, proventrikulus dan divertikel esofagus (crop). Mesenteron terdiri atas lambung yang bagian posteriornya terdapat Malpighian tubules yang berperan sebagai alat ekskresi. Proctodeum merupakan usus sebenarnya, terdiri atas ileum, kolon, rectum dan anus. Di daerah ileum terdapat muara Malpighian tubules.

System reproduksi
Insecta jantan memiliki dua buah testis dan satu buah penis, sedangkan insecta betina memiliki dua buah ovarium, ovarium tubules yang merupakan saluran utama yang berhubungan dengan receptaculum seminis ovipositor. Reproduksi insecta dapat berupa oviparous, viviparous, larviparum atau pupiparus. Beberapa jenis insecta dapat bersifat partenogenetik.









Gambar 15. Struktur dalam belalang
Metamorfosis
Perkembangan dimulai setelah telur insekta menetas. Telur dihasilkan dari hasil fertilisasi, fertilisasi umumnya terjadi secara internal, Setelah terjadi fertilisasi,maka insekta betina akan meletakan telurnya pada sumber makanan yang tepat.Setelah menetas dapat mulai makan.Kebanyakan insekta mengalami perkawinan sekali dalam seumur hidupnya. Dalam perkembangan hidupnya sebagian besar insekta mengalami metamorfosis, hanya sebagian kecil saja yang tidak mengalami metamorfosis (ametabola) yaitu perkembangan insekta muda menjadi insekta dewasa dengan pertambahan ukuran tubuh tidak mengalami perubahan bentuk,contoh kutu buku.

Serangga dalam perkembangannya menuju dewasa mengalami metamorfosis. Metamorfosis adalah perubahan bentuk serangga mulai dari larva sampai dewasa. Adapula serangga yang selama hidupnya tidak pernah mengalami metamorfosis, misal kutu buku (Episma saccharina). Berdasarkan metamorfisnya, serangga dibedakan atas dua kelompok, yaitu: Hemimetabola dan Holometabola.
Hemimetabola
Hemimetabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Dalam daur hidupnya Hemimetabola serangga mengalami tahapan perkembangan sebagai berikut:
1. Telur
2. Nimfa, ialah serangga muda yang mempunyai sifat dan bentuk sama dengan dewasanya. Dalam fase ini serangga muda mengalami pergantian kulit.
3. Imago (dewasa), ialah fase yang ditandai telah berkembangnya semua organ tubuh dengan baik, termasuk alat perkembangbiakan serta sayapnya.









Gambar 16. Daur hidup belalang
Kelompok Hemimetabola meliputi beberapa ordo, antara lain:
1. Achyptera atau Isoptera
2. Orthoptera
3. Odonata
4. Hemiptera
5. Homoptera

Holometabola
Holometabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Tahapan dari daur serangga yang mengalami metamorfosis sempurna adalah telur – larva – pupa – imago. Larva adalah hewan muda yang bentuk dan sifatnya berbeda dengan dewasa. Pupa adalah kepompong dimana pada saat itu serangga tidak melakukan kegiatan, pada saat itu pula terjadi penyempurnaan dan pembentukan organ. Imago adalah fase dewasa atau fase perkembangbiakan.
Berdasarkan ciri sayap dan alat mulutnya, kelompok Holometabola ini meliputi 6 ordo, yaitu ordo:

1.Neuroptera
2.Lepidoptera
3.Diptera
4.Coleoptera
5.Siphonoptera
6. Hymenoptera

Klasifikasi
Insecta diklasifikasikan atas dasar ada tidaknya sayap, pertumbuhan sayap, jenis metamorfosis, susunan mulut, dan ciri – ciri khas lainnya





BAB II

INSECTA DAN PENULARAN PENYAKIT

Ordo Phthriraptera (Anoplura)
Anoplura memiliki tiga pasang kaki yang ujungnya berkait untuk melekatkan diri pada rambut hospes. Di belakang antena yang terdiri atas 5 segmen terdapat satu pasang mata yang kecil ukurannya. Telur parasit yang berwarna putih dan berbentuk lonjong ini mempunyai penutup telur (operculum). Telur juga berperekat sehingga telur mampu melekat erat pada rambut. Dalam satu hari, seekor betina bertelur sebanyak 6-9 butir.
Dari ordo ini yang hidup parasitic pada manusia adalah famili pediculidae yang termasuk dalam ordo Anoplura. Tiga spesies penting yang hanya hidup parasitic pada mnusia adalah Pediculus humanus capitis, P. humanus corporis dan Phthirus pubis. Ektoparasit ini tersebar luas di seluruh dunia, terutama di daerah beriklim dingin yang penduduknya sering berpakaian tebal, jarang mandi dan kurang menjaga kebersihan badannya. Penyakit pedikulosis yang ditimbulkannya mudah ditularkan melalui hubungan langsung antar individu, atau melalui benda – benda pribadi yang digunakan bersama-sama, misalnya topi, pakaian dalam, dan sisir. Phthirus pubis sering ditularkan melalui hubungan kelamin. Pada suhu 5o C, Phthirus pubis mampu hidup selama dua hari tanpa makan, sedang Pediculus humanus dapat bertahan hidup sepuluh hari. Pada suhu 40o C, semua parasit dewasa spesies tersebut akan mati, tetapi telurnya masih dapat hidup selama 15 menit pada suhu 60o C.

Gambar. Ordo Pthiraptera


Pedikulosis
Infestasi parasit ini pada manusia disebut pedikulosis. Gigitan parasit menimbulkan iritasi kulit yang terjadi akibat air liur yang dikeluarkan pada waktu menghisap darah mangsanya. Iritasi kulit dapat berlangsung selama beberapa hari. Akibat gigitan parasit, terbentuk papula berwarna merah yang terasa sangat gatal. Kulit membengkak dan berair. Infestasi berulang menyebabkan terjadinya pengerasan kulit disertai pigmentasi. Keadaan ini disebut morbus errorum atau vagabond’s disease. Jika akibat garukan terjadi infeksi sekunder, akan timbul pustule, krusta atau proses pernanahan. Penderita dapat terganggu tidurnyadan mengalami depresi mental.
Diagnosis pedikulosis ditegakkan jika terjadi rasa gatal disertai bekas garukan, dan diagnosis pasti dapat ditegakkan jika ditemukan parasit dewasa atau telurnya. Pengobatan pedikulosis diberikan simtomatis untuk mengobati gatalnya dan terhadap parasitnya dapat diberikan insektisida atau benzoas benzylicus emulsion.

Penyakit yang ditularkan oleh Anoplura
Hanya Pediculus humanus cosporis yang dapat menjadi vector penular penyakit, yaitu :
1. Epidemic typhus (typhus fever). Infeksi Rikcettsia prowazekii ini ditularkan melalui kontaminasi luka gigitan ektoparasit yang tercemar tinja atau koyakan badan ektoparsit yang infektif. Pada penularan epidemic typhus ini, manusia merupaka sumber penularan dalam bentuk asymptomatic carrier.
2. Epidemic relapsing fever. Penyakit yang disebabkan oleh Borrelia recurrentis ini dapat menular dengan cara seperti penularan typhus fever. Pediculus humanus corporis yang terinfeksi Borrelia akan tetap infektif selama hidupnya.
3. Trench fever. Riketsiosis oleh Rickettsia Quintana ini ditularkan melalui gigitan ektoparasit yang infektif atau melalui luka lecet yang tercemar tinja ektoparasit yang infektif . Satu kali anoplura terinfeksi riketsia, ektoparasit ini akan tetap infektif selama hidupnya.


Ordo Hemiptera
Ordo ini terdiri atas 50.000 spesies, tetapi hanya beberapa spesies yang penting bagi kesehatan manusia. Bentuk mulut berfungsi untuk menusuk dan menghisap. Alat penusuk (proboscis) yang beruas – ruas, terdapat di bagian depan kepala. Pada wktu istirahat, proboscis terlipat di adaerah thoraks. Terdapat dua famili yang penting, yaitu famili Reduviidae dan famili Cimicidae.


Gambar. Ordo Hemiptera

Famili Cimicidae
Famili ini tidak bersayap, hanya tampak sisa sayap depan. Bentuk dewasa berbadan lonjong, pipih dorsoventral. Tubuh tertutup oleh rambut – rambut pendek. Panjang badan sekitar 5,5 mm dengan betina yang berukuran lebih besar dari yang jantan. Dua spesies yang penting dari family Cimicidae adalah Cimex lectularius yang banyak dijumpai di daerah subtropics dan Cimex hemipterus yang terdapat di daerah tropis.
Gigitan Cimex menimbulkan bekas berwarna merah disertai rasa gatal didaerah gigitan. Pada anak yang peka terhadap air ludah Cimex, gigitannya dapat menimbulkan urtikaria sistemik atau asma bronchial. Cimex tidak menularkan penyakit, meskipun dalam uji coba di laboratorium, hewan ini dapat menularkan Coxiella burnetti, Yersinia pestis, Leishmania donovani, dan Trypanosoma cruzi.

Famili Reduviidae
Family ini disebut juga assassin bug atau kissing bug. Hewan yang mempunyai kepala kecil ini, memiliki mata majemuk dan dua buah ocelli. Antena terdiri atas 4 segmen sedangkan proboscis terdiri atas 3 segmen. Karena mempunyai sayap, hewan ini dapat terbang dengan baik. Tubuhnya berwarna coklat mempunyai bercak – bercak berwarna merah dan kuning, terutama pada toraks, sayap, dan tepi abdomen.
Gigitan Reduviidae ada yang tidak menimbulkan rasa sakit. Pada beberapa spesies karena menghasilkan toksin, gigitannya menimbulakan rasa nyeri disertai pembengkakan di tempat gigitan, disertai rasa gatal, selulitis, limfangitis, dan limfadenitis. Family Reduviidae dapat menjadi vector penular Chagas disease yang disebabkan oleh Trypanosoma cruzi. Infeksi terjadi melalui luka gigitan yang tercemar tinja infektif. Berbagai genus yang dapat menjadi vector penularnya adalah Triatoma, Panstrongylus, Rhodnius, Eutriatoma, dan Psammolstes.

Ordo Orthoptera
Dari family ini hanya family Blattidae yang pnting dalam bidang kesehatan manusia. Di Indonesia family ini disebut kecoa, coro atau lipas.


Family Blattidae
Spesies Blattidae
Terdapat 4 spesies yang hidup berdekatan dengan manusia, yaitu Perriplaneta Americana, Blatta orientalis, Blatella germanica dan Supella supellectelium.

Gambar. Famili Blattidae

Blattidae sebagai penular penyakit
Karena hidup berdekatan dengan manusia, cara hidupnya yang kotor, dan pergerakannya yang cepat, serta kebiasaan makannya, lipas mempunyai kemampuan menularkan berbabagai macam penyakit. Secara mekanis, Blattidae dapat menularkan berbagai jenis bacteria usus penyebab kolera, disentri, tifus, virus polio, parasit usus baik protozoa maupun cacing usus dan jamur Aspergillus.

Ordo Siphonaptera
Ordo ini disebut juga ordo Aphaniptera, memiliki lebih dari 1900 spesies atau subspecies pinjal atau flea. Sebagian besar pinjal mudah berpindah hospes, baik yang sama maupun yang berbeda spesiesnya. Tidak adanya hospes spesifik ini meningkatkan kemampuan pinjal dalam menularkan penyakit.









Gambar. Siklus hidup pinjal

Penyakit yang terkait dengan pinjal
Secara langsung gigitan pinjal dapat menimbulkan alergi atau dermatitis yang pada anak – anak reaksinya dapat berlangsung berat. Pinjal yang sering menggigit hospes adalah Ctenocephalides dan Pulex irritans. Di daerah tropis Afrika, Tunga penetrans menimbulkan dermatitis karena betina menggali kulit kaki di bawah kuku dan kemudian menghisap darah penderita. Penderita akan merasa gatal hebat, kemudian terjadi peradangan yang sering diikuti infeksi sekunder.

Gambar. Ordo Siphonaptera







Gambar. Larva pinjal Gambar. Gigitan pinjal

Penularan penyakit
Sebagai penular penyakit, pinjal dapat bertindak sebagai vector penular atau sebagai hospes perantara.

Xenopsylla cheopis
Spesies ini adalah vector utama penular penyakit pes yang disebabkan oleh kuman Yersinia pestis. Akibtanya terjadi wabah pes pada tikus, pinjal menjadi infektif untuk waktu yang panjang. Jika populasi tikus punah akibat wabah pes, maka pinjal akan menjadi hospes baru termasuk manusia sehingga terjadi epidemic pes pada manusia. Karena itu, jika terjadi epidemic pes pada tikus, kita harus waspada dan mencegah kemungkinan terjadinya pes pada manusia. Pulex irritans dapat menjadi vector kedua pada penularan pes.
Selain pes, Xenopsylla cheopis juga dapat bertindak sebagai vector penular endemic thypus yang disebabkan oleh Rickettsia mooseri yang secara alami merupakan penyakit pada tikus. Penularan pada manusia terjadi melalui luka gigitan atau luka lecet yang tercemar tinja atau jaringan yang rusak dari pinjal yang infektif. Penularan dengan tinja pinjal dapat terjadi juga melalui konjungtiva atau membrane mukosa penderita. Sesudah terinfeksi, pinjal tetap infektif seumur hidupnya. Endemic thypus juga dapat ditularkan oleh Nosopsyllus fasciatus.

Hospes perantara
Pada penularan penyakit cacing Dipylidium caninum dan Hymenolepis diminuta, pinjal dapat menjadi hospes perantara. Ctenocephalides canis, C.felis dan Pulex irritans adalah hospes perantara D. caninum, sedangkan pada siklus hidup H. dimunuta yang bertindak sebagai hospes perantara adalah X. cheopis, C. canis, C. felis, P. irritans dan N. fasciatus.

Ordo Diptera
Ordo dipetra yang terdiri atas lebih dari 80 ribu spesies serangga yang berasal dari sekitar 140 famili. Ordo ini merupakan golongan serangga yang paling banyak menjadi penular penyakit. Sesuai dengan namannya, artropoda ini hanya mempunyai dua sayap, karena pasangan sayap posterior telah berubah bentuk dan fungsi menjadi alat keseimbangan (halter). Ordo diptera mempunyai mata majemuk dan umumnya memilki tiga buah ocelli.
Pada golongan Diptera berderajat tinggi, larva sering mampu menembus jaringan dan organ tubuh manusia atau hewan hidup sehingga menimbulkan miasis (myiasis).

Subordo Nematocera
Daklam subordo Nematocera terdapat empat family yang penting, yaitu family Culicidae, family Psychodidae, family Simuliidae dan family Ceratopogonidae.
Famili Culicidae
Termasuk dalam family ini adalah keluarga nyamuk yang mempunyai bentuk yang langsing, baik tubuhnya, sayap maupun probosisnya. Penyebaran nyamuk sangat luas, mulai dari daerah kutub sampai daerah tropis, dari ketinggian 5000 meter diatas permukaan laut, sampai 1500 meter di bawah permukaan tanah, misalnya di dalam tambang. Terdapat tiga subfamily nyamuk, yaitu Toxorrhynchitinae, Culicinae, dan Anopheline.

Siklus hidup nyamuk
Nyamuk mengalami metamorphosis sempurna (holometabola). Larva dan pupa memerlukan air untuk hidupnya, sedangkan telur pada beberapa spesies ada yang dapat hidup tanpa air untuk beberapa waktu. Telur nyamuk Anopheles diletakkan satu demi satu, telur Culex diletakkan berderet – deret seperti rakit, dan telur Aedes ditempatkan di sepanjang tepi air. Dalam waktu beberapa hari sesudah berada di air, telur menetas menjadi larva. Sesudah 4 kali berganti kulit, larva berubah menjadi bentuk pupa, yaitu fase aktif yang sangat sensitive terhadap pergerakan air tetapi tidak makan. Dalam waktu 2-3 hari, pupa berubah menjadi nyamuk dewasa. Di alam, nyamuk jantan dapat hidup selama satu minggu, sedangkan nyamuk betina mampu hidup sampai dua minggu. Di laboratorium, nyamuk yang dipelihara pada kelembaban tinggi dan cukup karbohidrat dapat hidup sampai beberapa bulan.











Gambar. Siklus hidup nyamuk

Toxorrhychitinae
Keluarga Toxorrhynchitinae tersebar di daerah tropis dan subtropics. Badan nyamuk yang hidup siang hari ini berwarna – warni. Baik jantan maupun betina tidak menghisap darah melainkan hanya cairan tumbuhan atau bunga.
Telur nyamuk diletakkan satu demi satu di lubang pohon, potongan bamboo, atau lekukan daun yang berisi air. Larva nyamuk ini besar ukurannya, memakan larva nyamuk jenis lainnya dan juga kanibalis karena memakan larva jenisnya yang berukuran lebih kecil. Dalam waktu satu hari, seekor larva nyamuk ini dapt memangsa 16 larva nyamuk Aedes. Pada subfamily ini hanya ada satu genus, yaitu Toxorrhynchites.
gambar. Toxorrhynchites.


Culicinae
Semua anggota subfamily Culicinae mempunyai scutellum trilobi. Abdomen tertutup sisik – sisik lebar mendatar. Telur nyamuk diletakkan berderet seperti rakit atau diletakkan satu – satu di atas permukan air atau diletakkan pada dinding bejana berisi air (container) sedikit di atas batas antara permukaan air dan kontainer. Telur nyamuk Culicinae tidak mempunyai pelampung.
Larva nyamuk mempunyai sifon dengan pectin berbentuk sempurna, dan umumnya mempuyai lebih dari satu kelompok hair tufs. Dua genus yang penting dalam family ini adalah genus Aedes dan genus Culex.

Aedes
Semua nyamuk betina Aedes menghisap darah pada waktu siang hari, terutama sore hari. Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus merupakan vector penular demam dengue atau demam berdarah dengue di Indonesia.
Aedes aegypti selain merupakan vector penular demam dengue, nyamuk ini juga adalah vector uatama penular demam kuning (yellow fever) sehingga juga disebut yellow fever mosquito. Spesies ini tersebar luas di dunia dan hanya hidup pada suhu antara 8º-37ºC.

Gambar. Nyamuk Aedes

Culex
Sejumlah spesies nyamuk Culex dapat menjadi vector penular arbovirus, filariasis dan malaria pada unggas.
Culex pipiens qiunquefasciatus atau sering disebut Culex fatigans merupakan vector penular filariasis pada manusia, sedang Culex pipiens adalah penular penyakit St. Louis encephalitis. Nyamk Culex pipiens complex menyukai breeding place berupa genangan air hujan atau air yang mempunyai kadar tinggi bahan organic.
Culex tarsalis yang menyukai genangan air yang terkena sinar matahari sebagai tempat kembang biaknya, adalah vector penular penyakit Western encephalitis dan St. Louis encephalitis.
Culex tritaeniorhynichus merupakan vektor utama penularan Japanese B encephalitis, banyak dijumpai di Asia Tenggara dan Asia Timur, menyukai air tanah dan rawa – rawa sebagai breeding place-nya.






Gambar. Nyamuk Culex




Mansonia
Nyamuk yang hidup di rawa-rawa ini, larvanya selalu hidup didalam air dengan cara menusukkan sifonnya yang runcing ke akar tumbuhan air untuk menghisap udara. Morfologi khas nyamuk dewasa adalah sayapnya yang memilki bercak – bercak yang berukuran lebar. Nyamuk ini merupakan vector filariasis di daerah berawa-rawa di luar Jawa.





Gambar. Nyamuk Mansonia

Anopheline
Nyamuk Anopheles adalah genus yang terpenting dalam subfamily ini karena merupkan satu – satunya vector penular malaria manusia. Terdapat sekitar 30 spesies Anopheles yang dapat menjadi vector penular malaria.

Penyakit yang ditularkan Anopheles
Berbagai organisme dapat ditularkan oleh nyamuk, misalnya Plasmodium penyebab malaria, cacing filarial penyebab filariasis, arbovirus grup A dan arbovirus grup B. Penularan terjadi secara biologis sehingga di dalam tubuh nyamuk terjadi perubahan – perubahan biologis organisme penyebab penyakit.

Malaria
Penyakit protozoa ini disebabkan oleh Plasmodium vivax, P. falciparum, P. malariae, dan P. ovale. Nyamuk penularnya adalah Anopheles yang spesiesnya berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Terdapat sekitar 30 spesies Anopheles dapat menularkan malaria. Di Indonesia spesies penular malaria natara lain adalah Anopheles sundaicus, A. aconitus, A. barbirostis, dan A. subpictus.

Filariasis
Cacing filarial manusia yang dapat ditularkan oleh nyamuk Anopheles adalah Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Filariasis yang diurnal periodis, vector penularnya terutama adalah nyamuk – nyamuk yang menghisap darah siang hari, misalnya nyamuk Aedes, sedang yang nocturnal periodic terutama ditularkan oleh nyamuk pengisap darah malam hari misalnya Culex, Mansonia, dan Anopheles.

Arbovirus
Semua arbovirus grup A ditularkan oleh nyamuk, yaitu virus Chikungunya, virus Mayaro, virus O’nyong nyong, virus Venezuelan equine encephalitis, virus Sinbis, dan virus Western encephalitis.
Sebagian arbovirus grup B juga dapat ditularkan oleh nyamuk, yaitu virus Yellow fever, virus dengue, virus St. Louis encephalitis, virus Japanese B encephalitis, virus Murray Valley encephalitis, virus West Nile, dan virus Ilheus. Virus Eastern encephalitis, virus Bunyawera, virus Bwamba, virus Oropouche, dan virus California yang tidak termasuk arbovirus juga dapat ditularkan oleh nyamuk.


Family Ceratopoganidae
Dalam family ini, hanya Culicoides yang penting bagi kesehatan manusia.

Culicoides
Culicoides menggigit manusia atau mamalia pada waktu sore hari yang tidak berangin. Gigitannya menimbulkan nodul pada kulit, menimbulkan radang atau kadang – kadang terjadi vesikel yang mengandung eksudat. Serangga ini adalah vector penular filariasis yang disebabkan oleh Acanthocheilonema perstans dan Mansonella ozzardi.







Gambar. Culicoides

Family Psychodidae
Dalam family ini, yang penting untuk kesehatan adalah genus Phlebotomus, yang disebut juga sand flies, yang tersebar di daerah tropis belahan bumi sebelah barat yang berilklim panas.

Phlebotomus
Gigitan Phlebotomus sesudah beberapa waktu menimbulkan benjolan keras berwarna putih. Rasa nyeri menyengat yang timbul akan diikuti gatal – gatal yasng berlangsung sampai beberapa hari. Jika terjadi banyak gigitan, penderita akan megalami demam, mual dan tanda – tanda toksemia.





Gambar.Phlebotomus

Penyakit
Secara biologis penyakit yang dapat ditularkan oleh Phlebotomus adalah Phlebotomus fever disebut juga sebagai sandfly fever atau Papptaci fever yang disebabkan oleh virus, dan bartonellosis (Carrion’s disease) yang disebabkan oleh Bartonella baccilliformis, selain menularkan leishmaniasis yang disebabkan oleh Leishmania donovani, L. tropica, dan L. braziliensis.

Family Simuliidae
Salah satu anggota family ini yang penting adalah genus Simulium yang disebut juga sebagai black-flies atau buffalo-gnats yang mempunyai penyebaran luas di seluruh dunia.

Simulium
Penyakit
Gigtan Simulium mula – mula tidak terasa sakit, kemudian terasa nyeri, membengkak dan gatal yang berlangsung selama beberapa hari. Lalat ini dapat menularkan Onchocerca volvulus, cacing filarial yang tersebar di Afrika, Meksiko, Amerika Selatan, dan Amerika Tengah, yang dapat menyebabkan buta. Simulium diduga juga menularkan tularemia secara mekanis.

Gambar. Simulium

Subordo Brachycera
Pada subordo ini family Tabanidae merupakan kelompok yang penting dalam bidang kesehatan karena dapat menularkan bebrapa macam penyakit.



Family Tabanidae
Penyakit
Gigitan family Tabanidae menimbulkan perdarahan di tempat gigtan dan terasa sangat nyeri. Tabanus menularkan anthrax dan tripanosomiasis hewan, sedangkan Chrysops menularkan cacing Loa – loa dan penyakit tularemia.

Gambar. Famili Tabanidae

Subordo Cyclorrphapha
Pada subordo ini terdapat enam family penting yang akan dibicarakan, yaitu family Muscidae, family Calliphoridae, family Oestridae, family Gasterophilidae, family Chloropidae dan family Sarcophagidae.

Family Muscidae
Family yang terpenting dari subordo Cyclorrphapa ini terdiri atas dua golongan, yaitu lalat pengisap darah (blood-sucking flies) dan lalat yang tidak mengisap darah (nonblood sucking flies). Termasuk lalat pengisap darah adalah Glossina dan Stomoxys, sedangkan Musca, Fannia, dan Muscina termasuk family Muscidae yaqng tidak mengisap darah.

Glossina
Genus ini dikenal sebagai lalat tsetse tersebar di Afrika dan Arab Selatan. Lalat yang mengisap darah siang hari ini tidak bertelur, melainkan melahirkan larva yang dalam waktu 1 jam akan berubah menjadi pupa. Dalam waktu 3 minggu sampai 60 hari pupa akan berubah menjadi lalat dewasa yang dapat hidup selama 1 tahun.
Lalat tsetse adalah vector penular Trypanosoma gambiense dan Trypanosoma rhodesiense, baik secara biologis maupun secara mekanik.

Gambar. Glossina

Stomoxys
Penyakit
Gigtan Stomoxys sangat menyakitkan. Selain itu lalat ini merupakan vector penting pada penularan penyakit surra yang disebabkan oleh Trypanosoma evansi yang banyak menyebabkan kematian kuda. Selain itu Stomoxys juga merupakan vector mekanis penularan anthrax, tetanus, dan yellow fever, serta dapat menimbulkan traumatic myasis atau enteric pseudomyasis pada manusia.

Gambar. Stomoxys

Musca
Di Indonesia, spesies Musca sorbens lebih banyak dijumpai daripada Musca domestica.
Penyakit
Berbagai penyakit pencernaan dapat ditularkan secara mekanik oleh lalat, misalnya bakteria usus (Salmonella, Shigella, dan Escherichia coli), protozoa dan cacing usus (misalnya Ascaris lumbricoides, cacing tambang, Trichuris trichiura, Taenia saginata, Taenia solium, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan Balantidium coli), serta poliovirus dan enterovirus. Larva lalat yang tercemar mikroorganisme penyebab penyakit misalnya telur cacing, spora anthrax atau spora Clostridium tetani, dapat tetap terbawa pada waktu larva berubah menjadi stadium dewasa. Selain itu Treponema pertenue penyebab framboesia dan Mycobacterium tuberculosa dapat ditularkan oleh lalat. Musca juga dapat menimbulkan miasis.

Gambar. Musca

Fannia
Penyakit
Fannia merupakan penyebab berbagai miasis, misalnya miasis gastric, miasis intestinal, dan miasis urogenital. Gejala klinis miasis gastric berupa mual, muntah, nyeri perut dan vertigo. Miasis intestinal dapat menimbulkan nyeri perut, diare, dan perdarahan anus, sedangkan miasis urogenital dapat menimbulkan disuri, piuri, hematuri, dan albuminuri.

Family Calliphoridae
Keluarga lalat ini yang disebut juga Blow-flies, tersebar luas di dunia. Badannya berwarna mengkilat, berukuran sedang sampai besar, tidak mengisap darah, larvanya dapat menimbulkan miasis. Lalat juga merupakan vector mekanis penyakit – penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri usus, parasit usus, polio, frambusia, dan tuberculosis. Genus yang penting adalah Lucilia, Chrysomya, dan Calliphora.


Lucilia
Lalat yang dikenal sebagai Green-bottle flies ini berukuran tubuh sedang, berwarna hijua metalik kebiruan, meletakkan telurnya pada daging atau bangkai hewan, pada luka terbuka atau di dalam lubang – lubang tubuh yang berbau busuk. Lalat ini menimbulkan miasis kulit, miasis intestinal, dan miasis urogenital.

Chrysomya
Lalat berukuran sedang dengan tubuh hijau mengkilat dan sayap yang jernih dengan venasi yang jelas. Abdomen mempunyai garis – garis transversal. Lalat ini menyukai luka terbuka yang basah, menimbulkan miasis mata, miasis tulang, dan berbagai miasis organ lainnya.

Calliphora
Dikenal sebagai Blue-bottle flies, berwarna biru metalik, dengan badan berukuran besar. Lalat ini menyukai bangkai hewan untuk berkembang biak, dan dapat menimbulkan miasis kulit, miasis intestinal, dan miasis urogenital.

Gambar. Calliphora

Family Oestridae
Pada family ini tedapat 3 genus yang penting, yaitu genus Oestrus, Dermatobia,dan Hypoderma.
Oestrus
Lalat ini tersebar luas, ukuran tubuhnya lebih kecil dari tawon madu, berwarna kuning sampai abu – abu kecoklatan dan banyak berbulu. Larva diletakkandi dalam lubang tubuh domba, karena itu lalat ini disebut juga sheep bot fly. Kadang – kadang larva diletakkan di mata, dan dapat mencapai hidung, sinus dan faring.

Dermatobia
Salah satu spesies, yaitu Dermatobia hominis yang juga disebut human bot-fly, dewasanya panjang tubuhnya sekitar 15 mm, berwarna abu-abu kecoklatan. Bagian muka dari kepala berwarna merah jingga, begitu juga kakinya. Dengan perantaraan serangga lainnya, misalnya nyamuk, Stomoxys, atau caplak, telur lalat ini dapat menempel pada hospes lainnya. Larva dapat menembus kulit sehat dan menimbulkan miasis kulit.

Hypoderma
Lalat ini bentuknya mirip lebah, merupakan parasit hewan sapi. Telur diletakkan pada rambut sapi. Sesudah menetas, larva akan menembus kulit, lalu migrasi kedalam jaringan dan dapat mencapai tempat yang jauh dari tempat asal larva, misalnya dari daerah kulit paha larva mengadakan migrasi sampai ke kulit kepala.

Family Gasterophilidae
Genus Gasterophilius atau horse bot-fly adalah anggota family Gasterophilidae yang sebenarnya secara alami merupaka parasit hewan kuda. Larva hidup di dalam usus kuda sesudah tertelan melaului mulut atau sesudah menembus kulit. Pada manusia, larva Gasterophilus dapat dijumpai di daerah subkutan dan menimbulkan creeping eruption akibat larva Ancylostoma braziliensis. Karena itu, miasis ini disebut creeping cutaneuos myiasis.

Family Chloropidae
Hippelates adalah satu genus berupa lalat kecil berukuran 2 mm, berwarna hitam dan kaki berwarna kuning. Lalat ini menyukai nanah, darah, lemak dan sekresi mata, dan dapat melukai membrane mukosa. Karena itu, dapat menjadi vector mekanik penularan epidemic conjunctivitis, frambusia, trachoma, dan ulcus tropicum.


Family Sarcophagidae
Lalat yang termasuk family ini adalah Sarcophaga dan Wohlfahrtia.

Sarcophaga
Lalat yang menpunyai tubuh berukuran besar, dengan panjang antara 10-14 mm ini menyukai kotoran hewan, tetapi juga madu dari bunga. Lalat ini menimbulkan miasis kulit, miasis hidung dan sinus, miasis pada jaringan, miasis vagina dan miasis usus.

Wohlfahrtia
Lalat blarviparous ini larvanya dapat menembus kulit yang sehat. Terdapat gambaran papan catur pada abdomen yang berbentuk titik-titik hitam. Lalat ini menimbulakn miasis kulit, mata, hidung, telinga, vagina, lidah dan usus.

MIASIS
Definisi
Miasis (myiasis) adalah investasi larva lalat pada jaringan atau organ tubuh manusia atau hewan yang masih hidup untuk jangka waktu tertentu dan larva tersebut makan jaringan yang masih sehat atau sisa-sisa jaringan yang sudah mati.

Pembagian miasis
Berdasar sifat hidup larva lalat penyebabnya, miasis dibagi menjadi miasis spesifik atau obligatory myiasis, miasis semi spesifik atau facultative myiasis, dan miasis eksidental (accidental myiasis).

Miasis Spesifik
Miasis ini disebabkan oleh larva lalat yang harus hidup pada jaringan tubuh hewan hidup. Lalat tersebut adalah : Gasterophilus, Callitroga, Chrysomyia, Dermatobia, wohlfahrtia, dan Hypoderma.
Gambar. Larva Gasterophilus

Miasis semispesifik
Miasis semispesifik disebabkan oleh larva lalat yang sebenarnyan secara alami meletakkan telur atau larvanya pada daging atau tumbuhan yang sudah busuk, namun kadang-kadang telur diletakkan pada jaringan hewan atau tanaman yang masih sehat. Termasuk sebagai penyebab miasis semispesifik adalah Fannia, Musca, Calliphora, Lucilia, Sarcophaga, Phormia, dan Phaenicia.

Miasis eksidental
Miasis ini biasanya disebabkan oleh larva lalat yang secara alami berasal dari telur yang diletakkan induk lalat pada sampah-sampah organic atau makanan.
Berdasar atas jenis organ atau jaringan tubuh yang menjadi tempat terjadinya miasis, maka dikenal miasis usus (intestinal myiasis), miasis saluran kencing (urinary myiasis), dan miasis jaringan lain, misalnya miasis kutan (cutaneous myiasis), miasis mata (ophthalmic myiasis), dan miasis nasal (nasal myiasis).

Miasis Usus
Intestinal myiasis atau enteric myiasis terjadi karena telur atau larva lalat tertelan bersama makanan dingin, misalnya daging atau keju dingin, atau lalat meletakkan telurnya di daerah sekitar anus. Larva yang menetas kemudian mencari jalan keluar menuju ke dalam usus. Pada family Muscidae dan Calliphoridae, yang tertelan adalah telur lalat, sedangkan pada family Sarcophagidae yang tertelan adalah stadium larva lalat.



Miasis Saluran Kencing (Urinary Myiasis)
Miasis terjadi akibat penggunaan alat kedokteran yang dimasukkan kedalam uretra penderita pria, sedangkan pada wanita larva dapat langsung masuk melalui alat kelamin luar.

Miasis jaringan lainnya
Miasis pada jaringan atau organ dapat disebabkan oleh berbagai jenis larva lalat. Satu jenis larva lalat dapat menjadi penyebab dari miasis pada beberapa jenis organ atau jaringan, sebaliknya miasis pada satu organ atau jaringan dapat disebabkan oleh lebih dari satu jenis larva lalat.

Family lalat Genus Jenis miasis
Muscidae Musca 8,9
Fannia 8,9
Muscina 8,9
Gasterophilidae Gasterophilus 1,8
Calliphoridae Callitroga (Cochiliomyia) 1,6
Chrysomyia 1,3,4,5,6,8
Lucilia 8,9
Calliphora 1,8,9
Sarcophagidae Sarcophaga 1,3,8,9
Wohlfahrtia 1,3,4,5,6,7,8
Chloropidae Hippelates 3
Oestridae Oestrus 1,3,4,10
Dermatobia 1
Hypoderma 1,2,3
Keterangan jenis miasis :
1. Kulit, 2. Subkutan, 3. Mata, 4. Nasal, 5. Telinga, 6. Vagina, 7. Lidah, 8. Intestinal, 9. Urinary, 10. Rongga mulut.

 Peranan Insecta dalam Kehidupan Manusia
Seperti halnya hewan-hewan invertebrata lainnya, insecta pun ada yang menguntungkan dan ada pula yang merugikan, diantaranya adalah:

1. Insecta yang menguntungkan
a. Insecta terutama golongan kupu-kupu dan lebah sangat membantu para petani karena dapat membantu proses penyerbukan pada bunga.
b. Insecta dibudidayakan karena dapat menghasilkan madu. Misal: lebah madu (Apis mellifera).
c. Dalam bidang industri, kupu-kupu, ulat sutera membuat kepompong yang dapat menghasilkan sutra (contoh: Bombix mori).
d. Untuk dimakan, misal laron, gangsir dan larva lebah (tempayak) yang dapat diperoleh secara musiman.
e. Merupakan mata rantai makanan yang amat penting bagi kehidupan.


2. Beberapa insecta yang merugikan antara lain
a. Menularkan beberapa macam bibit penyakit seperti tikus, kolera dan disentri oleh lalat dan kecoak.
b. - Merusak tanaman budidaya manusia, misal: belalang, kumbang kelapa, ulat.
- Menyebabkan penyakit pada tanaman, misal: Nilapervata lugens (wereng) menyebabkan penyakit virus tungro, belalang (walang sangit) yang mengisap cairan biji padi muda sehingga tanaman padi menjadi puso.

c. Parasit pada manusia (mengisap darah), misal: nyamuk, kutu kepala dan kutu busuk.
d. Merusak bahan makanan yang disimpan (tepung kedelai) oleh berbagai Coleoptera, misal: kumbang beras.
e. Serangga banyak yang hidup parasit pada ternak maupun ikan.
f. Dapat merusak bahan bangunan,misal:kumbang kayu dan rayap.


DAFTAR PUSTAKA

Soedarto,2008. Parasitologi Klinik. Surabaya : Airlangga University Press.
www.edu-kasi.org
www.wikimedia.org
www.wikipedia.org

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DAN SIKAP REMAJA TENTANG MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SMU NEGERI 1 RANTAU

Contoh proposal peneitian
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DAN SIKAP REMAJA TENTANG MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SMU NEGERI 1 RANTAU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah rokok saat ini menjadi topik yang sedang hangat dibicarakan. Telah banyak artikel dalam media cetak dan pertemuan ilmiah, ceramah, wawancara baik di radio maupun televisi serta penyuluhan mengenai bahaya merokok dan kerugian yang ditimbulkan akibat rokok. Berbagai kebijakan dan aturan yang memuat sanksi bagi para perokok dipublikasikan secara terus-menerus. Bahkan setiap tanggal 31 Mei, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Melalui peringatan hari tanpa rokok sedunia ini, diharapkan menjadi kesempatan bagi kita untuk berfikir kembali dan menyadari akan bahaya dan dampak rokok baik bagi perokok itu sendiri maupun lingkungan disekitarnya.
Rokok merupakan zat aditif yang mengancam kesehatan karena didalamnya mengandung zat-zat yang membahayakan tubuh. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan beberapa artikel ilmiah menerangkan bahwa dalam setiap kepulan asap rokok terkandung ± 4000 racun kimia berbahaya dan 43 diantaranya bersifat karsinogenik (merangsang tumbuhnya kanker). Beberapa zat yang berbahaya tersebut diantaranya tar, karbonmonoksida (CO) dan nikotin (Abadi, 2005).
Melalui zat yang dihisap dalam rokok, hampir sekitar 90 % kanker paru-paru tidak dapat diselamatkan. (Basyir, 2005). Selain itu rokok dapat menyebabkan kanker mulut, bibir, kerongkongan, penyakit jantung, bahkan disinyalir dapat memperpendek usia. Menurut perhitungan Fakultas kedokteran di Inggris, rata-rata setiap perokok kehilangan 5 ½ menit umurnya setiap menghisap sebatang rokok (Nainggolan, 2000).
Dalam sebuah study yang dilakukan di Jepang, seperti yang diberitakan The Asahi Shimbun terbitan 23 April 2004, didapatkan hasil bahwa 29 % (80.000 orang) pada pria dan 4 persen (5000 orang) pada wanita penderita kanker di jepang disebabkan oleh rokok (Basyir, 2005).
Beban pemerintah dan masyarakat Indonesia karena rokok dapat dilihat dari konsumsi rokok dan prevalensi perokok di Indonesia. Menurut TCSC-IAKMI, pada tahun 2008, sebanyak 240 miliar batang rokok dikonsumsi di Indonesia. Hal ini berarti sejumah 658 juta batang rokok dikonsumsi masyarakat per harinya. Apabila dikonversikan dalam rupiah, sebanyak 330 miliar rupiah per hari dibakar untuk konsumsi rokok di Indonesia.
Jumlah perokok terus meningkat di Indonesia. Pada tahun 1995, jumlah perokok dewasa hanya 27% dan perokok umur 15-19 tahun hanya 7,1%. Pada tahun 2001, jumlah perokok dewasa 31,5% dan perokok umur 15-19 tahun mencapai 12,7%; dan pada tahun 2004 perokok dewasa meningkat menjadi 34,4% dan perokok umur 15-19 tahun menjadi 17,3%.
Apabila dilihat dari jenis kelamin, jumlah perokok laki-laki dewasa meningkat dari 61% pada tahun 2001 menjadi 63% di tahun 2004 dan laki-laki umur 15-19 tahun meningkat dari 24% di tahun 2001 menjadi 33%. Jumlah perokok pada umur 5-9 tahun di Indonesia juga mengalami peningkatan lebih dari 4 kali lipat karena di tahun 2001 hanya ada 0,4% yang merokok, sedangkan di tahun 2004, jumlah tersebut menjadi 1,8%.
Untuk wanita, jumlah perokok juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2001, hanya ada 1,3% wanita dewasa yang merokok, tetapi pada tahun 2004, meningkat menjadi 3,5 kali lipat atau 4,5% wanita merokok. Pada umur 15-19 tahun, wanita yang merokok adalah 0,2% di tahun 2001, tetapi meningkat menjadi 1,9% (atau meningkat 9,5 kali lebih banyak) pada tahun 2004.
Dari sejumlah perokok tersebut, lebih banyak perokok dengan pendidikan rendah daripada tinggi. Jumlah perokok aktif dengan pendidikan tinggi hanya 48% dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah yaitu 67%.
Dilihat dari angka-angkat tersebut, di Indonesia terdapat lebih dari 60 juta perokok, dan ini merupakan jumlah terbanyak ke 3 di dunia (setelah Cina dan India). TCSC-IAKMI mencatat, di Indonesia terdapat 427.948 kematian per tahun akibat penyakit yang berhubungan dengan rokok, atau 1.172 orang per hari.
Apabila dihitung kerugian dalam bentuk rupiah, di tahun 2005 pemerintah harus mengeluarkan Rp.167 triliun karena penyakit akibat rokok, sedangkan pendapatan dari cukai rokok pada tahun yang sama hanya Rp. 32,6 triliun.(www.quittobaccoindonesia.net)
Menurut data dari para peneliti tersebut kelompok umur perokok yang paling muda ditemukan berusia 5-9 tahun. Dari survey tersebut ditemukan bahwa78,2% perokok adalah kaum remaja. Jumlahnya meningkat dua kali lipat dari tiga tahun sebelumnya. Angka tertinggi perokok remaja adalah pada usia 15-19 tahun. Yang lebih mengerikan adalah sebagian dari pemuda-pemuda tersebut, 30 menit setelah bangun tidur sudah ingin merokok. Meningkatnya jumlah perokok muda dari tahun ke tahun tidak bisa terlepas dari pengiklanan rokok yang begitu gencar dan fantastis dengan ikon. (http://forum.um.ac.id/index.php?topic=13071.0)
Secara psikologis remaja SMU (usia 16-18 tahun) berada pada tahapan perkembangan remaja awal. Periode masa remaja awal dikatakan sebagai masa transisi dimana jiwa anak masih labil. Hal ini disebabkan karena anak belum menemukan pegangan hidup yang mantap. Akibat labilnya jiwa anak, menjadikan mereka sangat sensitif terhadap pengaruh-pengaruh dari luar, baik yang bersifat positif maupun negatif (Kartono, 1995). Hurlock (1993) mengungkapkan bahwa masa remaja awal memiliki beberapa ciri tahapan perkembangan yaitu tahap periode peralihan, periode perubahan, periode bermasalah dan periode pencarian identitas. Pada periode pencarian identitas, remaja cenderung meniru tingkah laku orang dewasa yang dianggap menunjukan kematangan dan kemapanan dalam hal identitas diri. Proses identifikasi remaja terhadap orang dewasa menyebabkan mereka mengadopsi perilaku yang ada pada orang dewasa, salah satunya adalah perilaku merokok. Merokok menjadi perilaku negatif yang umum dan bersifat legal bagi para remaja.
Merokok pada remaja perlu mendapatkan perhatian besar. Penurunan sumber-daya manusia dimasa yang akan datang menjadi sesuatu hal yang tidak mustahil terjadi yang disebabkan karena remaja terbiasa dengan perilaku yang tidak sehat. Taylor (Syahrir 2003) menyatakan bahwa perilaku merokok pada remaja dapat menjadi bagian dari serangkaian sindrom perilaku bermasalah secara umum, misalnya: penggunaan obat-obatan terlarang, alkoholik dan perilaku sex bebas.
banyak hal yang dapat menjadi resiko timbulnya perilaku merokok pada anak usia remaja. Subanada (Soetjiningsih, 2004) mengungkapkan bahwa faktor resiko munculnya perilaku merokok pada remaja dipengaruhi oleh berberapa faktor diantaranya: 1). Faktor psikologis/kepribadian yang terdiri dari faktor psikososial yang meliputi stress, rasa bosan, rasa ingin tahu, ingin terlihat gagah, rendah diri dan perilaku yang menunjukan pemberontakan menjadi hal yang mengkontribusi remaja untuk mulai merokok. Selain itu, secara psikologis perilaku merokok pada remaja diasosiasikan juga dengan gangguan psikiatrik. 2). Faktor biologis, meliputi fungsi kognisi, etnik, genetik dan jenis kelamin. 3). Faktor lingkungan, yakni orangtua, saudara kandung, teman sebaya dan reklame atau iklan menampilkan sang idola remaja, 4). Faktor regulatori yakni adanya pajak atau bea cukai yang tinggi terhadap rokok dengan maksud untuk menurunkan daya beli masyarakat terhadap rokok, dan pembatasan fasilitas / lokasi untuk merokok.
Faktor psikologis dapat dilihat dari kajian perkembangan remaja lingkungan, artinya perilaku merokok selain disebabkan oleh faktor dalam di, Erikson mengatakan bahwa setiap remaja akan mengalami fase krisis dalam proses pencarian jati dirinya yang disebabkan karena adanya perubahan fisik dan psikososial. Ketidaksesuaian antara perkembangan fisik, psikis dan sosial menyebabkan remaja berada dalam kondisi dibawah tekanan atau stress. Merokok menjadi alternatif yang mereka pilih karena dianggap dapat mengurangi ketegangan dan membantu relaksasi terhadap stress (Helmi & Komalasari, 2006).
Berdasarkan faktor biologi, merokok merupakan perilaku yang diturunkan secara genetik, dan perilaku ini lebih banyak terjadi pada mereka keturunan ras kulit putih. Sedangkan berdasarkan faktor regulatori, perilaku merokok berkaitan dengan daya beli masyarakat terhadap rokok yang akan terpengaruh oleh kebijakan pemerintah melalui pajak atau bea cukai rokok. Selain itu adanya kebijakan penentuan daerah bebas rokok, menjadi upaya yang diharapkan dapat mengurangi konsumsi mayarakat akan rokok dan sekolah menjadi salah satu tempat yang ditetapkan sebagai kawasan bebas rokok (Soetjiningsih, 2004).
Melihat dari faktor-faktor tersebut, dalam kesempatan ini penulis hanya memfokuskan penelitian pada faktor psikologis (stress) dan sikap remaja sendiri. Penulis ingin melihat bagaimana remaja mengambil sikap tentang merokok.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah terdapat hubungan antara tingkat stress dan sikap remaja tentang merokok dengan perilaku merokok pada remaja di SMU Negeri 1 Rantau?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat stress dan sikap remaja tentang merokok dengan perilaku merokok pada remaja di SMU Negeri 1 Rantau.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengidentifikasi gambaran perilaku merokok pada remaja di SMU Negeri 1 Rantau.
2. Untuk mengidentifikasi hubungan yang bermakna antara Stress dengan perilaku remaja terhadap rokok di SMU Negeri 1 Rantau.
3. Untuk mengidentifikasi hubungan yang bermakna antara sikap remaja tentang merokook dengan perilaku remaja terhadap rokok di SMU Negeri 1 Rantau.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
• Mempelajarai serta memahami hubungan antara tingkat stress dan sikap remaja tentang merokok .
• Menambah pengetahuan dan pengalaman serta sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan akademis.
2. Instansi Pendidikan (SMUN 1 Rantau)
• Sebagai gambaran bagi instansi mengenai perilaku merokok yang terjadi pada siswa.
• Sebagai bahan acuan untuk penegakan disiplin bagi siswa selanjutnya
• Sebagai bahan pemikiran untuk evaluasi kebijakan yang telah diterapkan sekolah bagi para siswa.
• Sebagai landasan untuk pelaksanaan program incidental/ program extra yang membahas mengenai masalah yang berhubungan dengan perilaku remaja.
3. Petugas Kesehatan (Instansi Puskesmas)
Menjadi masukan penting bagi instansi puskesmas setempat sebagai bahan pokok untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya merokok sesuai dengan program UKS di SMUN 1 Rantau.
4. Bagi Klien dan Masyarakat
Memberikan masukan dan informasi pentingnya pencegahan penyakit akibat rokok demi anak bangsa yang sehat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Rokok dan Masalahnya
Rokok bukan lagi menjadi barang aneh untuk saat ini, ketika disebut kata “rokok”, yang terbayang adalah sebuah komoditi terlaris yang paling gampang di undang untuk menjadi sponsor pada berbagai event olahraga ataupun pertunjunkan besar. Sampai saat ini jarang sekali toko atau warung yang tidak menjual rokok, bahkan dalam setiap toko grosir makanan rokok bisa mengisi 40–50 % barang yang laris terjual setiap harinya. Melihat fenomena ini sepertinya rokok telah menjelma menjadi kebutuhan pokok layaknya sembako. Seandainya rokok itu sarat manfaat, mengandung unsur gizi yang dibutuhkan tubuh, tentunya tidak masalah. Tetapi rokok sudah diakui sebagai komoditi yang berbahaya bagi kesehatan (Basyir 2005).
a. Sejarah rokok
Rokok merupakan hasil olahan tembakau terbungkus, termasuk cerutu atau bentuk lainnya, yang dihasilkan dari tanaman nicotina tabaccum, nicotina rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Nikotin merupakan zat atau bahan senyawa pirolidin yang terdapat dalam nicotina tabaccum, nicotina rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang bersifat adiktif dapat menyebabkan ketergantungan. Sedangkan tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon aromatis yang bersifat karsinogenik (PP No. 19 tahun 2003).
Tembakau itu sendiri, yang merupakan bahan utama untuk rokok ini telah dikenal lama sebelum tahun 1492. Pada saat itu, pelaut Eropa yang menemukan benua Amerika “Colombus” melihat orang-orang Indian menghisap tembakau dengan menggunakan pipa dalam sebuah upacara tertentu sebagai lambang tata cara ramah tamah. Penggunaan pipa berbentuk “Y” yang disebut “tobacco” yang digunakan untuk menghisap tanaman yang cukup banyak mengandung racun ini menjadi dasar mengapa tanaman tersebut dinamakan tembakau (Basyir 2005).
Istilah botanical tembakau itu sendiri, berasal dari kata “nicotiana”, istilah ini diberikan dalam menghormati Duta Besar Perancis untuk Portugal yakni Jean Nicot yang telah mengirim bibit tembakau kepada permaisuri Prancis, Catherine de Medici. Penyebaran tembakau sendiri mulai diperkenalkan ke seluruh Asia dan Afrika pada abad ke-17 oleh para ahli perdagangan Eropa (Nainggolan, 2000).
b. Zat yang Terkandung dalam Rokok
Seperti yang telah di ulas diatas, terdapat dua bahan utama zat yang terkandung dalam setiap batang rokok yakni nikotin dan tar. Nikotin, didalam tubuh menyebabkan perangsangan sistem saraf simpatis. Perangsangan saraf simpatis (pelepasan adrenalin), berdampak pada peningkatan denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Selain itu nikotin mengaktifkan trombosit yang beresiko pada timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah termasuk pembuluh darah jantung. Adapun tar, disebut sebagai zat karsinogenik, karena ampas tar yang tersimpan terutama dalam saluran nafas akan mengubah struktur dan fungsi saluran nafas dan jaringan paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Sedangkan pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Hal ini yang memungkinkan terjadinya pembentukan sel kanker.
Selain kedua zat tersebut, masih terdapat zat-zat lain yang terkandung dalam rokok dan berakibat buruk terhadap sistem tubuh. Nainggolan (2000) mengungkapkan zat lain tersebut diantaranya :
Karbonmonoksida : merupakan sejenis gas yang tidak berbau yang dihasilkan dari pembakaran zat arang atau karbon yang tidak sempurna. Gas ini memiliki sifat racun yang dapat mengurangi kemampuan darah membawa oksigen. Hal ini disebabkan karena unsur ini memiliki kemampuan yang cepat untuk bersenyawa dengan haemoglobin, sehingga menggangu ikatan oksigen dengan haemoglobin, yang pada akhirnya menyebabkan suplai oksigen ke seluruh organ tubuh berkurang.
Arsenic : sejenis unsur kimia yang digunakan untuk membunuh serangga.
Nitrogen oksida : Unsur kimia ini dapat mengganggu saluran pernafasan bahkan merangsang kerusakan dan perubahan kulit tubuh.
Ammonium karbonat : zat ini membentuk plak kuning pada permukaan lidah dan menggangu kelenjar makanan dan perasa yang terdapat dipermukaan lidah.
Ammonia : merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hidrogen. Zat ini sangat tajam baunya dan sangat merangsang. Ammonia ini sangat mudah memasuki sel-sel tubuh. Begitu kerasnya racun yang terdapat dalam zat ini sehingga jika disuntikan sedikit saja kedalam tubuh bisa menyebabkan seseorang pingsan.
Formic acid : jenis cairan yang tidak berwarna yang bergerak bebas dan dapat mengakibatkan lepuh. Cairan ini sangat tajam dan baunya menusuk. Zat ini dapat menyebabkan seseorang seperti merasa digigit semut. Bertambahnya zat ini dalam peredaran darah akan mengakibatkan pernafasan menjadi cepat.
Acrolein : sejenis zat tidak berwarna, seperti aldehid. Zat ini diperoleh dengan mengambil cairan dari gliserol dengan metode pengeringan. Zat ini seduikit banyak mengandung kadar alkohol. Cairan ini sangat menganggu bagi kesehatan.
Hydrogen cyanide : sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi pernapasan. Cyanide adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat berbahaya. Sedikit saja cyanide dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian.
Nitrous oksida : sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila terisap dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan mengakibatkan rasa sakit.
Formaldehyde : zat yang banyak digunakan sebagai pengawet dalam laboratorium (formalin).Phenol : merupakan campuran yang terdiri dari kristal yang dihasilkan dari destilasi beberapa zat organic seperti kayu dan arang, selain diperoleh dari ter arang. Phenol terikat dengan protein dan menghalangi aktivitas enzim.
Acetol : hasil pemanasan aldehyde (sejenis zat yang tidak berwarna yang bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alkohol.
Hydrogen sulfide : sejenis gas yang beracun yang gampang terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oxidasi enxym (zat besi yang berisi pigmen).
Pyridine : cairan tidak berwarna dengan bau yang tajam. Zat ini dapat digunakan untuk mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.
Methyl chloride : adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu dimana hidrogen dan karbon merupakan unsurnya yang utama. Zat ini adalah merupakan compound organic yang dapat beracun.
Methanol : sejenis cairan ringan yang gampang menguap dan mudah terbakar. Meminum atau mengisap methanol dapat mengakibatkan kebutaan dan bahkan kematian.
c. Masalah yang Ditimbulkan Akibat Merokok
Melihat dari kandungan bahan-bahan kimia yang terdapat dalam rokok tersebut, sangat jelas bahwa rokok merupakan bahan yang sangat berbahaya bagi tubuh dan dapat menimbulkan berbagai macam gangguan pada sistem yang ada dalam tubuh manusia. Bahkan WHO mencatat, zat-zat yang diuraikan diatas hanya merupakan sebagian kecil zat yang terkandung dalam setiap batang rokok, yang sebenarnya mengandung ± 4000 racun kima berbahaya. Hal ini menjelaskan bahwa rokok benar-benar sangat berbahaya bagi tubuh. Berbagai penyakit mulai dari rusaknya selaput lendir sampai penyakit keganasan seperti kanker dapat ditimbulkan bari perilaku merokok. Beberapa penyakit tersebut antara lain :
a. Penyakit paru
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mukus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) (Sianturi 2003). Bahkan kanker paru merupakan jenis penyakit paling banyak yang diderita perokok. Sekitar 90% kematian karena kanker paru terjadi pada perokok (Basyir 2005)
b. Penyakit jantung koroner
Seperti yang telah diuraikan diatas mengenai zat-zta yang terkandung dalam rorok. Pengaruh utama pada penyakit jantung terutama disebakan oleh dua bahan kimia penting yang ada dalam rokok, yakni nikotin dan karbonmonoksida. Dimana nikotin dapat mengganggu irama jantung dan menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah jantung, sedangkan CO menyebabkan supply oksigen untuk jantung berkurang karena berikatan dengan Hb darah. Hal inilah yang menyebabkan gangguan pada jantung, termasuk timbulnya penyakit jantung koroner.
c. Impotensi
Tjokronegoro, seorang dokter spesialis andrologi universitas Indonesia mengungkapkan bahwa, nikotin yang beredar melalui darah akan dibawa keseluruh tubuh termasuk organ reproduksi. Zat ini akan menggangu proses spermatogenesis sehingga kualitas sperma menjadi buruk. Sedangkan Taher menambahkan, selain merusak kualitas sperma, rokok juga menjadi faktor resiko gangguan fungsi seksual terutama gangguan disfungsi ereksi (DE). Dalam penelitiannya, sekitar seperlima dari penderita DE disebabkan oleh karena kebiasaan merokok.
d. Kanker kulit, mulut, bibir dan kerongkongan
Tar yang terkandung dalam rokok dapat mengikis selaput lendir dimulut, bibir dan kerongkongan. Ampas tar yang tertimbun merubah sifat sel-sel normal menjadi sel ganas yang menyebakan kanker. Selain itu, kanker mulut dan bibir ini juga dapat disebabkan karena panas dari asap. Sedangkan untuk kanker kerongkongan, didapatkan data bahwa pada perokok kemungkinan terjadinya kanker kerongkongan dan usus adalah 5-10 kali lebih banyak daripada bukan perokok (Basyir 2005).
e. Merusak otak dan indera
Sama halnya dengan jantung, dampak rokok terhadap otak juga disebabkan karena penyempitan pembuluh darah otak yang diakibatkan karena efek nikotin terhadap pembuluh darah dan supply oksigen yang menurun terhadap organ termasuk otak dan organ tubuh lainnya. Sehingga sebetulnya nikotin ini dapat mengganggu seluruh system tubuh.
f. Mengancam kehamilan.
Hal ini terutama ditujukan pada wanita perokok. Banyak hasil penelitian yang menggungkapkan bahwa wanita hamil yang merokok meiliki resiko melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah, kecacatan, keguguran bahkan bayi meninggal saat dilahirkan.
d. Perilaku terhadap Rokok
Merokok merupakan istilah yang digunakan untuk aktivitas menghisap rokok atau tembakau dalam berbagai cara. Merokok itu sendiri ditujukan untuk perbuatan menyalakan api pada rokok sigaret atau cerutu, atau tembakau dalam pipa rokok yang kemudian dihisap untuk mendapatkan efek dari zat yang ada dalam rokok tersebut (Basyir, 2005). Menurut Leventhal dan Clearly terdapat 4 tahap seseorang menjadi perokok, diantaranya :
Tahap preparatory : seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok.
Tahap initiation : tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan ataukah tidak terhadap perilaku merokok.
Tahap becoming a smoker : apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang perhari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
Tahap maintenance of smoking : tahap ini perokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self-regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.
Medical Research Council on Respiratory Symptoms 1986 dalam Kurniawati (2000), mengungkapkan bahwa:
“Seseorang dikatakan sebagai perokok adalah mereka yang merokok sedikitnya 1 batang perhari sekurang-kurangnya selama 1 tahun. Sedangkan bukan perokok merupakan orang yang tidak pernah merokok paling banyak 1 batang perhari selama 1 tahun”.
e. Tipe Perokok
Secara umum tipe perokok di bagi menjadi beberapa kategori yakni tipe perokok yang berhubungan dengan udara atau asap yang dihirup, tipe perokok berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi dalam 1 hari, dan tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan diri.
Berdasarkan udara atau asap yang dihirup, perokok dikategorikan menjadi: Perokok pasif yakni mereka yang tidak merokok, tetapi berada di sekeliling perokok dan menghirup asap rokok yang dihembuskan oleh perokok. Perokok aktif, yakni mereka yang menghisap rokok secara langsung (www.kppk.com). Adapun berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi, tipe perokok dikategorikan menjadi ; Perokok sangat berat, adalah jika mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari, Perokok berat yakni mereka yang merokok sekitar 21-30 batang perhari, Perokok sedang adalah perokok yang menghabiskan rokok 11-21 batang perhari, dan Perokok ringan yang merokok sekitar 10 batang/hari (Basyir 2005).
Sedangkan berdasarkan pengaruh perasaan diri, Tomkins mengkategorikan perokok menjadi ; Pertama, perokok yang dipengaruhi perasaan positif, dimana dengan merokok seseorang merasakan bertambahnya rasa positif. Green dalam psychological factor in smoking (1978) menambahkan, ada tiga sub pada tipe perokok ini : pleasure relaxation, yakni perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah diperoleh, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.
Stimulant to pick them up, yakni perilaku merokok dilakukan hanya sekedarnya untuk menyenangkan perasaan. Pleasure of handling the cigarette, yakni kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok, khususnya pada perokok pipa. Kedua, perokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif, dimana merokok dilakukan seseorang untuk mengurangi perasaan negatif seperti stress, marah, gelisah dan cemas. Maka rokok dianggap sebagai penenang, mereka menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan tidak enak yang dirasakan. Ketiga, perilaku merokok yang adiktif (kecanduan), dimana mereka yang akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan mencari rokok kapan pun mereka inginkan. Keempat, perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka merokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka. Tapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan rutinnya. Merokok menjadi perilaku yang bersifat otomatis tanpa disadari (Basyir 2005).



B. Remaja dan Rokok
a. Batasan Remaja
Istilah remaja atau adolesccene berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti ”tumbuh” atau tumbuh dewasa. Istilah adolescene yang digunakan sampai sekarang ini mempunyai arti luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1993).
Santoso, (1993) mendefinisikan remaja sebagai individu yang sedang mengalami perkembangan menuju kedewasaan. Mereka adalah anak-anak yang telah meninggalkan usia 11 tahun dan akan menuju usia 21 tahun. Usia remaja merupakan usia dimana individu mulai berinteraksi dengan masyarakat dan merasa berada sama dalam satu tingkat dengan orang yang lebih tua darinya termasuk dalam hal intelektualnya.
Secara umum masa remaja dibagi kedalam 3 tahap yang dilihat dari rentang usia. Sampai saat ini masih banyak perbedaan mengenai klasifikasi remaja tersebut. Gunarsa (2001) membagi tahapan masa remaja tersebut menjadi : remaja awal (12-14 tahun), remaja pertengahan (15-17 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun).
b. Karakteristik Remaja
Masa remaja mempunyai karakteristik yang khas, dimana semua tugas pekembangan pada masa ini dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Oleh sebab itu, masa remaja disebut juga sebagai periode peralihan, periode perubahan, periode bermasalah, periode pencarian identitas, dan periode tidak realistik. Pada periode pencarian identitas, remaja yang tidak ingin lagi disebut sebagai anak-anak, berusaha menampilkan atau mengidentifikasi perilaku yang menjadi simbol status kedewasaan. Salah satu perilaku yang muncul adalah perilaku merokok yang mereka anggap sebagai simbol kematangan, dimana perilaku ini seringkali dimulai pada usia sekolah menengah pertama (Hurlock 1993).
Handayani (2006) mengungkapkan bahwa secara umum, remaja memiliki tugas perkembangan yang harus dilaluinya dengan baik. tugas perkembangan tersebut antara lain :
1. Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif
2. Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orangtua.
3. Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin
4. Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri
5. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma
Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari bintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti “siapakah aku"?, sehingga hal tersebut dijadikan pegangan dalam mengendalikan gejolak dalam dirinya.
Secara psikososial, remaja mulai memisahkan diri dari orangtua. Kebutuhan mereka akan kebebasan menyebabkan remaja lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah dan mulai memperluas hubungan dengan teman sebaya, sehingga keterikatan mereka dengan orangtua berkurang. Pada umumnya remaja menjadi anggota kelompok sebaya (peer group). Kelompok sebaya menjadi sangat berarti dan sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial remaja. Melalui kelompok sebaya, remaja bisa melatih kecakapan sosial, karena melalui kelompok sebaya, remaja dapat mengambil berbagai peran (Mahreni dalam Soetjiningsih 2004).
Sangat besarnya pengaruh teman sebaya, maka dapat dimengerti bahwa teman sebaya sangat berpengaruh pada pembentukan sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku dibandingkan dengan keluarga (Hurlock, 1993).
Sedangkan secara emosional, telah diketahui bahwa masa remaja dianggap sebagai masa “badai dan topan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan hormonal. Hal ini dikuatkan dengan tekanan sosial yang menuntut remaja menampilkan pola kehidupan sosial yang baru. Untuk menghadapi hal tersebut sebagian besar remaja akan mengalami ketidakstabilan demi penyesuaian. Kondisi tersebut menurut Erikson (Edelman, 1990) diistilahkan sebagai kondisi stress pada remaja yang disebabkan perubahan fisik dan psikologis yang terjadi secara bersamaan.
c. Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Remaja terhadap Rokok
Sama halnya dengan penggunaan zat-zat (substance) lainnya, terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap penggunaan rokok atau perilaku merokok pada remaja.
Subanada (Soetjiningsih, 2004) mengungkapkan bahwa terdapat empat faktor resiko bagi remaja sehingga mereka menjadi perokok. Keempat faktor tersebut antara lain:
1. Faktor Psikologik
a. Faktor Psikososial
Aspek perkembangan sosial remaja antara lain: menetapkan kebebasab dan otonomi, membentuk identitas diri dan penyesuaian perubahan psikososial berhubungan dengan maturasi fisik. Merokok menjadi sebuah cara agar mereka tampak bebas dan dewasa saat mereka menyesuaikan diri dengan teman sebayanya. Istirahat, santai dan kesenangan, penampilan diri rasa ingin tahu rasa bosan, sikap menentang dan stress mengkontribusi remaja untuk mulai merokok. Selain itu rasa rendah diri, hubungan interpersonal yang kurang baik, putus sekolah sosial ekonomi yang rendah dan tingkat pendidikan orangtua yang rendah serta tahun-tahun pertama transisi antara sekolah dasar dan sekolah menengah juga menjadi faktor resiko lain yang mendorong remaja mulai merokok.
b. Faktor psikiatrik
Studi epidemiologi pada dewasa mendapatkan asosiasi antara merokok dengan gangguan psikiatrik seperti skizofrenia, depresi, cemas dan penyalahgunaan zat-zat tertentu. Pada remaja, didapatkan asosiasi antara merokok dengan depresi dan cemas. Gejala depresi lebih sering pada remaja perokok daripada bukan perokok. Merokok berhubungan dengan meningkatnya kejadian depresi mayor dan penyalahgunaan zat-zat tertentu. Remaja yang menperlihatkan gejala depresi dan cemas mempunyai resiko lebih besar untuk merokok dari pada remaja yang asimtomatik. Remaja dengan gangguan cemas menggunakan rokok untuk menghilangkan kecemasan yang mereka alami.
2. Faktor Biologik
a. Faktor Kognitif
Kesulitan untuk menghentikan kebiasaan merokok akibat dari kecanduan nikotin disebabkan karena perokok merasakan efek bermanfaat dari nikotin. Beberapa perokok dewasa mengungkapkan bahwa merokok memperbaiki konsentarsi. Telah dibuktikan bahwa deprivasi nikotin menganggu perhatian dan kemampuan kognitif, tetapi hal ini akan berkurang bila mereka diberi nikotin atau rokok. Studi yang dilakukan pada dewasa perokok dan bukan perokok, memperlihatkan bahwa nikotin dapat meningkatkan finger-tapping rate, respon motorik dalam tes fokus perhatian, dan pengenalan memori.
b. Jenis kelamin
Pada saat ini, peningkatan kejadian merokok tidak hanya terjadi pada remaja laki-laki. Begitupun dengan wanita, wanita yang merokok dilaporkan menjadi percaya diri, suka menentang dan secara social cakap.
c. Faktor Etnik
Kejadian merokok di Amerika Serikat cenderung lebih tinggi terjadi pada orang-orang kulit putih dan penduduk asli Amerika, serta terendah pada orang Amerika keturunan Afrika dan Asia. Laporan tersebut memberi kesan bahwa perbedaan asupan nikotin dan tembakau serta waktu paruh kotinin antara perokok dewasa Amerika keturunan Afrika dengan orang kulit putih adalah substansial. Hal ini dapat menjelaskan mengapa ada perbedaan resiko pada beberapa etnik dalam hal penyakit yang berhubungan dengan merokok.
d. Faktor genetik
Variasi genetik mempengaruhi fungsi reseptor dopamin dan enzim hati yang memetabolisme nikotin. Kensekuensinya adalah meningkatnya resiko kecanduan nikotin pada beberapa individu. Variasi efek nikotin dapat diperantarai oleh polimorfisme gen dopamin yang mengakibatkan lebih besar atau lebih kecilnya reward dan mudah kecanduan obat. Pada studi genetik molekular beberapa tahun terakhir, individu dengan alela TaqIA (A1 dan A2) dan TaqIB (B1 dan B2) dari reseptor dopamin D2 lebih mungkin merokok 100 kali atau lebih dalam hidupnya dan mereka lebih awal memulai merokok dan lebih sedikit meninggalkannya.
3. Faktor Lingkungan
Faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan tembakau antara lain orangtua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok. Selain itu juga karena paparan iklan rokok dimedia. Orangtua sepertinya memegang peranan penting, dalam pembentukan perilaku merokok remaja. Sebuah studi kohort terhadap siswa SMU didapatkan bahwa prediktor bermakna dalam peralihan dari kadang-kadang merokok menjadi merokok secara teratur adalah orangtua perokok dan konflik keluarga.
4. Faktor Regulatori
Peningkatan harga jual atau diberlakukannya cukai yang tinggi, diharapkan dapat menurunkan daya beli masyarakat terhadap rokok. Selain itu pembatasan fasilitas merokok dengan menetapkan ruang atau daerah bebas rokok diharapkan dapat mengurangi konsumsi. Akan tetapi kenyataannya masih terdapat peningkatan kejadian mulainya merokok pada remaja, walaupun telah banyak dibuat usaha-usaha untuk mencegahnya.
Hasil konsensus FKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) tahun 2000 tentang opiat, masalah media dan penatalaksanaannya, menyatakan terdapat dua hal yang menjadi faktor pendukung bagi seseorang untuk menggunakan zat aditif termasuk rokok yaitu faktor individu dan lingkungan (Oktariani, 2006).
Faktor individu, merupakan faktor yang muncul dari dalam diri remaja. Berkaitan dengan faktor individu, perilaku merokok remaja selalu diasosiasikan dengan ciri perkembangan mereka yakni rasa ingin tahu, proses identifikasi agar telihat seperti dewasa dan ingin terlihat gagah (Hurlock 1993). Sedangkan Erikson (Helmi&Komalasari 2006) mengungkapkan bahwa remaja mulai merokok karena adanya krisis aspek psikososial yang dialami dalam masa proses mencari jati diri. Ketidaksesuaian antara perkembangan psikis dan sosial menyebabkan remaja berada dalam kondisi dibawah tekanan atau stress.
Adapun faktor lingkungan, merupakan faktor eksternal yang berasal dari perilaku merokok seseorang, terutama perilaku merokok yang ada di keluarga keluarga (orangtua atau saudara kandung yang merokok), dan perilaku merokok teman sebaya. Selain itu, berbagai upaya dilakukan oleh para produsen rokok untuk mempengaruhi persepsi remaja terhadap rokok yang ditampilkan melalui iklan baik di media cetak maupun elektronik.
Berdasarkan teori-teori yang berhubungan dengan perilaku remaja terhadap rokok tersebut, bahasan akan dipersempit dengan hanya memfokuskan pada faktor stress, dukungan keluarga, dukungan teman dan iklan.
d. Stress
Stress merupakan respon individu dimana terjadi ketidaksesuaian antara harapan dan pencapaian yang ditampilkan melalui perasaan secara emosional. Banyak hal yang dapat menyebabkan stress, terlambat dalam perjalanan, kecemasan akan kondisi keluarga, ataupun tugas yang sudah ditunggu pada batas waktu akhir. Ketidakmampuan mengatasi hal tersebut dengan baik akan direfleksikan melalui perasaan emosional seperti marah, tegang, cemas bahkan agresi. Padahal Earle mengungkapkan bahwa stress ini merupakan pergerakan energi “mobilized energy” yang diperlukan agar seseorang dapat berfikir lebih baik, sehingga dari ketidaksesuaian yang ada, seseorang dapat menganalisa masalah dan memperbaikinya (Groenewald 2006).
Kesulitan mencari alternatif pemecahan masalah dengan baik menjadi kendala yang sering dihadapi remaja. Kompensasi dari ketidakmampuan menyelesaikan masalah tersebut dialihkan dengan melakukan aktivitas yang mereka anggap dapat mengurangi ketegangan yang terjadi. Merokok menjadi pilihan karena efek relaksasi yang mereka dapatkan dari rokok, yang pada akhirnya berdampak pada kepuasan psikologis remaja (A.F Muchtar 2005). Kepuasan psikologis yang mereka dapatkan mendorong untuk mengulangi perilaku merokok tersebut setiap kali remaja berada dalam tekanan (stress). Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Atkinson (1991) dalam bukunya “Psikologi Perkembangan” bahwa dalam kondisi stress remaja akan cenderung untuk mengulangi perilakuknya.
e. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.
Menurut penelitian Campbell (1950), Allport (1954), dan Cardno (1955), yang dikutip Notoatmodjo (2003: 124), Batasan lain tentang sikap dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari – hari merupkan reaksi yang berdifat emosional terhadap stimulus social.
Newcomb, salah seorang ahli psikologis social yang dikutip Notoatmodjo (2003: 124-125), menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan poelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu aktifitas atau tindakan, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
Dalam bagian lain Allport (1954) yang dikutip Notoatmodjo (2003: 125) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak.
Ketiga komponen diatas secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memgang peranan penting.
Sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu :
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjkan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karenan dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggungjawab (responsible)
Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Berdasarakan teori WHO (dalam Notoatmodjo, 2003: 167) menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok diantaranya yaitu sikap.
Sikap adalah menggambarkan suka atau tidak suka terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nila-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alas an, antara lain :
 Sikap akan nterwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu.
 Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman orang lain.
 Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.
E. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan teori yang mendukung pada penelitian ini, maka dapat digambarkan secara skematis kerangka konsep penelitian sebagai berikut :











Keterangan ;
: Diteliti
: Tidak diteliti

F. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep penelitian diatas, maka hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : Tidak terdapat hubungan antara tingkat stress dan sikap remaja tentang merokok dengan perilaku merokok remaja.
H1 : Terdapat hubungan antara tingkat stress dan sikap remaja tentang merokok dengan perilaku merokok remaja.











BAB III
METODE PENLITIAN

A. Definisi Operasional
No. Variabel Definisi
Operasional Parameter Alat ukur Skala Skor
1.



























2. Independen :
Tingkat Stres










Sikap













Dependen : Perilaku merokok pada remaja SMU Kondisi dimana remaja berada dalam tekanan, suasana hati yang tidak menyenangkan, atau menggalami gangguan proses berfikir/mengambil keputusan.




Respon remaja terhadap rokok dan merokok pada usia remaja










Merokok tidaknya remaja dan jumlah konsumsi rokok perhari Kondisi remaja, tingkat stress, stressor, koping.


Klasifikasi :
- Skor 0-5 = ringan
- Skor 6-10 = sedang
- Skor 11-15= berat


-Sangat setuju
-Setuju
-Tidak setuju
-Sangat tidak setuju

Diklasifikasikan menjadi 2 :
-skor ≥ 11 : setuju
-skor ≤ 10 : tidak setuju


Catatan guru dan obesrvasi langsung Wawancara dengan kuesinoner











Wawancara dengan ceklis











Observasi









Ordinal













Ordinal













Ordinal -Rendah (1)
-Sedang (2)
-Berat (3)








-sangat tidak setuju (1)
-tidak setuju (2)
-setuju (3)
-sangat setuju (4)





-merokok (1)
-tidak merokok (0)
-Jumlah konsumsi rokok perhari


B. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian digunakan peneliti sebagai petunjuk dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu pertanyaan penelitian, dan sebagai alat untuk mengontrol atau mengendalikan berbagai variable yang berpengaruh dalam penelitian (Nursalam, 2003: 80).
Penelitian ini bersifat korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan korelatif antara tingkat stress dan sikap remaja tentang rokok dengan perilaku merokok pada remaja di SMU Negeri 1 Rantau Kabupaten Tapin. Rancangan penelitian yang digunkan peneliti adalah cross sectional dimana pengukuran / observasi data variable independen dan dependen dilakukan hanyan satu kali pada suatu saat (Nursalam, 2003: 85)
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti (Notoatmodjo,2002: 81). Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah semua siswa laki-laki yang berjumlah 250 orang di SMU Negeri 1 Rantau Kabupaten Tapin, mulai sejak berlangsungnya penelitian sampai selesai.
2. Sampel penelitian
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimilki oleh populasi (Hidayat,2007: 60). Menurut Soekidjo Notoatmodjo, untuk populasi yang berjumlah kurang dari 10.000, maka besar jumlah sample dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
n =
Keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar sample
d = Tingkat kepercayaan / ketetapan yang di inginkan (0,05)
n =
n =
n = 34,4 ≈35
Setelah didapatkan jumlah sample, pengambilan sample dilakukan secara acak (random) melalui sistem pengundian.

D. Jenis Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi :
1) Data primer terdiri atas karakteristik responden meliputi tingkat stress, sikap, dan perilaku remaja merokok. Sumber data diperoleh langsung dari hasil wawancara dan kusioner, wawancara dengan ceklis dan observasi yang dilakukan langsung oleh peneliti.
2) Data sekunder terdiri atas gambaran umum lokasi penelitian dan masalah perilaku merokok pada remaja yang terjadi.

E. Teknik dan Instrumen pengumpulan data
1. Teknik pengumpulan data
Data diperolah dari hasil wawancara dengan kuesioner, wawacara dengan ceklis dan observasi yang dalam pelaksanaanya dilakukan langsung oleh peneliti terhadap responden yang menjadi sasaran dalam penelitian ini.
2. Instrumen pengumpilan data
Instrument penelitian ini adalan wawancara dengan kuesioner tentang tingat stress, untuk sikap menggunakan wawancara dengan ceklis serta observasi untuk perilaku merokok pada remaja di SMU Negeri 1 Rantau Kabupaten Tapin.

F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Analisa data dilakukan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan serta untuk menguji secara statistik kebenaran dari hipotesis yang telah ditetapkan. Adapun untuk melakukan analisis data diperlukan suatu proses yang terdiri dari beberapa tahap antara lain :
1. Pengkodean Data (data coding)
Pengkodean dapat merupakan suatu penyusunan data mentah (yang ada dalam kuisioner) kedalam bentuk yang mudah dibaca oleh komputer.

2. Pemindahan Data ke Komputer (data entering)
Data entering adalah memindahkan data yang telah diubah menjadi kode kedalam mesin pengolah data. Caranya adalah dengan membuat coding sheet (lembar kode), direct entry ataupun optical scan sheet.

3. Pembersihan Data (data cleaning)
Data cleaning adalah memastikan bahwa data yang telah masuk sesuai dengan yang sebenarnya. Prosesnya dilakukan dengan cara possible code cleaning (melakukan perbaikan kesalahan pada kode yang tidak jelas/ tidak munghkin ada akibat salah memasukan kode, contingency cleaning dan modifikasi (melakukan pengkodean kembali / recode data yang asli.

4. Penyajian Data (data output)
Data output merupakan data hasil pengolahan, yang disajikan baik dalam bentuk numeric maupun grafik.

5. Penganalisisan Data (data analyzing)
Langkah selanjutnya adalah analisis data, yakni proses pengolahan data untuk melihat bagaimana menginterpretasikan data, kemudian menganalisis data dari hasil yang sudah ada pada tahap hasil pengolahan data. Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
Analisa Univariat
Untuk variable stress, pengambilan data dilakukan dengan menggunakan skala likert, yakni dengan menganalisa seberapa sering remaja mengalami situasi / gejala yang menunjukan stress, dengan point penilaian (3) selalu (2) sering (1) kadang-kadang (0) tidak pernah. Kemudian setelah ditabulasikan, hasil dikategorikan berdasarkan kategori stress menurut Groenewald (2006) menjadi :
Skor antara 0 – 20 : stress ringan
Skor antara 20 – 40 : stress sedang
Skor antara 40 – 60 : stress berat
Sedangkan angket yang digunakan untuk mengukur tentang dukungan keluarga, dukungan teman dan dukungan iklan setiap jawaban Ya diberi nilai 1 (satu), dan jawaban Tidak diberi nilai 0 (nol). Tiap responden akan memperoleh nilai sesuai pedoman penilaian tersebut.
Analisa data untuk variable dukungan keluarga, dukungan teman dan iklan, dimana hasil ukur dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu ada dan tidak ada, dilakukan dengan menggunakan rumus T skor median. Adapun rumus tersebut adalah sebagai berikut :
Keterangan :
X = Skor responden pada varibel yang hendak diubah menjadi skor T
X = Mean skor kelompok
S = Deviasi standar skor kelompok
Kemudian hasil perhitungan di tafsirkan dengan kriteria :
Apabila : T ³ 50 skor T = ada dukungan
T < 50 skor T = tidak ada dukungan

Minggu, 07 November 2010

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KESEHATAN

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)
PENDIDIKAN KESEHATAN

TOPIK : perawatan payudara pada ibu hamil (prenatal breast care)
ANALISA PESERTA DIDIK : semua ibu hamil di Posyandu Cempaka, usia 20 th-35th, pendd smp-s1, pekerjaan pelajar, wirausaha, pns, pengangguran, dst
1. TIU (TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM) : 80% ibu hamil mampu menerapkan perawatan payudara pada ibu hamil (prenatal breast care)
2. TIK (TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS) :
a. Warga mampu memahami perawatan payudara pada ibu hamil (prenatal breast care)
b. Warga mampu yakin tentang perawatan payudara pada ibu hamil (prenatal breast care)
c. Warga bisa mempraktikkan perawatan payudara pada ibu hamil (prenatal breast care)
d. Warga mampu menerapkan perawatan payudara pada ibu hamil (prenatal breast care)
3. WAKTU : 4 x 60 mnt
4. MEDIA : leaflet, lcd, poster, alat demo
5. METODA : ceramah, diskusi, ctj, demo, redemo.
6. MATERI : terlampir
a. Pengertian perawatan payudara (prenatal breast care)
b. Tujuan perawatan payudara (prenatal breast care)
c. Dampak perawatan payudara (prenatal breast care)
d. Waktu pelaksanaan perawatan payudara pada ibu hamil
e. Cara melakukan perawatan payudara pada ibu hamil
7. KBM (KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR) :
a. Pertemuan I :………
b. Pertemuan II :
c. Pertemuan III :
d. Pertemuan IV :
- Salam
- Evaluasi tujuan pertemuan yg lalu
- Menyampaikn tujuan
- Tanya jwb
- redemo
- bermain
- memberi reward, motivasi
- doa
- makan2
- salam
8. EVALUASI :
a. Ev.formatif : Evaluasi formatif, yang dilaksanakan setiap selesai kegiatan
a. pertemuan I : Wawancara
b. Observasi langsung respon masyarakat setelah dilakukan kegiatan
c. Mengadakan kuesioner melalui test tertulis setelah kegiatan pelatihan (post test)
pertemuan II :…………
pertemuan III :………..
pertemuan IV : redemo
b. Ev.sumatif : yang dilaksanakan setelah kegiatan promosi berlangsung 1 bulan (sesuai dengan target waktu pada tujuan promosi)
c. Angket / kuesioner untuk menilai tingkat pengetahuan masyarakat
d. Observasi langsung untuk menilai
e. survey rt, observasi dg lmbar observasi
9. SUMBER RUJUKAN : Saryono dan Roischa Dyah Pramitasari, Perawatan Payudara, Penerbit : Mitra Cendikia, Jogjakarta.