PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Gastritis adalah proses inflamsi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Secara histopastologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltarsi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di klinik / ruangan penyakit dalam pada umumnya. Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5 – 6 tahun ini dan menyerang laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Laki-laki lebih banyak mengalami gastritis karena kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok.
Secara garis besar gastritis dapt dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan pada manifestasi klinis, gambaran histologi yang khas, distribusi anatomi dan kemungkinan patogenesis gastritis. Berdasarkan pada manifestasi klini, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik. Masalah yang sering timbul pada gastritis umumnya mengalami masalah keperawatan gangguan rasa nyaman nyrei.
Saat ini dalam proses keperawatan gastritis banyak dijumpai dan menyerang 80 – 90% laki-laki. Pasien dan keluarga dengan penyakit gastritis membutuhkan pengawasan diet makanan setelah pulang dari rumah sakit dan sangat mudah terkena bila tidak mematuhi tentang penatalaksanaan diet dirumah. Makan makanan yang teratur dan menghindari makan yang dapat mengiritasi lambung. Maka kelompok sebagai tim kesehatan khususnya perawat mengangkat masalah perawatan penyakit gastritis. Berdasarkan uraian diatas makan kelompok akan memaparkan asuhan keperawtan pada klien dengan gastritis sebagai judul makalah ini.
B.
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Memperleh gambaran dan pengalaman nyata dalam pelaksanan asuhan keperawatan klien dengan gastritis di lantai IV Ruang Melati RS. Pelni Petamburan.
2.
Tujuan khusus
Mempreoleh gambaran nyata tentang :
a.
Pengkajian keperawatan pada klien dengan gastritis
b.
Rumusan diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada klien dengan gastritis.
c.
Rencana keperawatan untuk masing-masing diagnosa pada klien dengan gastritis.
d.
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan Gastritis.
e.
Evaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan Gastritis
C.
Metode Penulisan
Makalah ini disusun berdasarkan metode deskritptif yaitu asuhan keperawatan dilaksanakan secara langsung dan didokumentasikan secara sistematis dalam bentuk laporan kasus. Adapun penyusunan makalah ini dilakukan melalui study kepustakaan yaitu penelusuran berbagai sumber buku atau kepustakaan yang berhubungan dengan konsep biomedis dan asuhan gastritis dan study kasus yaitu melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan masalah klien dengan menggunakan proses keperawatan yang dimulai dengan pengkajian sampai dengan evaluasi.
D.
Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun berdasarkan sistematika penulisan dalam 5 BAB yaitu :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teori yang terdiri dari Konsep dasar teori dan konsep asauhan keperawatan pada klien dengan gastritis.
BAB III : Tinjauan Kasus yang terdiri dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, rencana tindakan, catatan keperawatan dan catatan perkembangan.
BAB IV : Pembahasan
BAB V : Penutup
A.
Kesimpulan
B.
Saran
BAB II
TINJAUAN TEORI
I.
Konsep Dasar Gatritis
A.
Pengertian
Gastritis merupakan proses inflamasi pada lapisn mukosa dan sub mukosa lambung yang dapat bersifat akut dan kronik difus atau local (Soeparman, 2001 : 127).
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik difus dan lokal dan ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu gastritis superfisial akut dan gastritis atropi kronik (Brunner Suddarth, 2002 : 1062).
B.
Klasifikasi
Gastritis dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
1.
Gastritis akut
Gastritis akut merupakan iritasi mukosa lambung yang sering diakibatkan karena diet yang tidak teratur. Dimana individu makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab. Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan biasanya jinak dan dapat sembuh dengan sendirinya, merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritasi lokal.
2.
Gstritis Kronik
Merupakan iritasi lambung yang dapat disebakan oleh ulcus benigna atau maligna dari lambung atau lebih helicobacter pylori. Gastritis kronik dapat dikalsifikasikan sebagai tipe A (Gastritis Autoimun) (Brunner and Suddarth, 2002 : 1062)
C.
Etiologi
1.
Gastritis Super Fisial Akut
-
Enkokrin bakteri dari stopylococus E.Colly atau salmanela (masuk setelah makanan terkontaminasi)
-
Obat-oba NSAID (Indometosin, libiprofen, haproksen) sulfanamida, steroid dan digitalis.
-
Makanan yang berbumbu seperti lada, cuka, mustard
-
Kafein, alkohol, asipirin
-
Makanan yang masuk dalam lambung meningkat dan mengiritasi mukosa lambung
-
Refluks empedu atau terapi radiasi
-
Keracunan zat korosit yang asam atau bassa
(Ignatavius, Donana D, 1995 : 1380)
2.
Gastritis Atropi Kronik
-
Bakteri helicobacter pylori
-
Ulcus beningna atau maligna dari lambung
-
Faktor predisposisi (Kafein, alkohol,aspirin)
(Ignatavius, Donna D. 1995 : 1380)
D.
Patofisiologi Gastritis Akut dan Kronik
1.
Gastritis Akut
Bakteri endotoksin / H. Pylori
Obat NSAID, alkohol, kafein, aspirin
Membran mukosa lambung menjadi edema
dan hiperemik (Kongesti dan jaringan,
cairan dan darah)
Erosi superfisial
sekresi getah lambung dengan sedikit asam dan banyak mucus
disekresi superfisial
perdarahan / haemorarrgi
hematemesis
Membran mukosa lambung di iritasi bakteri endoktosin, oabt NSAID, alkoloh , kafein, aspirin menjadi edema dan mukosanya memerah dan hiperemik (kangesti dengan jaringan, cairan dan darah) dan akan mengalmai erosi superfiiaol. Bagian ini menskresi sejumlah getah lambung yang mengadnung sangat sedikit sam tetapi banyak muncul, sehingga terajdi sekresi superfisial dandapat menimbulkan haemoragi yang dimanifestasikan hemalemesis.
(Brunner and Suddart, 2002 : 1062)
2.
Gastritis Kronik
Helicobacter Pylori
Faktor predisposisi
Atrofi progresif epitel kelenjar
Kehilangan sel pariental dan chief cell
Penurunan produksi asam klorida, pepsin dan faktor intrinsik menurun
Dinding lambung menjadi tipis
Mukosa mulut mempunyai permukaan yang rata
Gastritis atropi kronik
(Brunner and Suddart, 2002 : 1062)
E.
Tanda dan Gejala
1.
Gastritis Akuat
-
Adanya keluhan a bdomen tidak jelas, seperti anoreksia dan mual
-
Sakit kepala
-
Mengalami ketidaknyamanan, malaise
-
Nyeri epigastrium
-
Muntah dan cegukan
-
Pendarahan
-
Hematemesis
-
Beberapa pasien asimtomatik
2.
Gastritis Kronik
-
Adanya perasaan penuh
-
Anoreksia
-
Nyeri hulu hati setelah makan
-
Kembung
-
Rasa asam dimulut
-
Mual dan muntah
(Black, Joyce M. 1993 : 1607 – 1508)
F.
Penatalaksanaan
1.
Gastriris Akut
-
Menghindari makanan dan minuman yang dapat meningkatkan sekresi asam lambung
-
Pemakaian penghambat HO2 (seperti ranitidin untuk mengurangi sekresi asam, sukrafat atau antacid dapat mempercepat penyembuhan)
-
Obat-obat anti muntah dapat membantu menghilangkan mual dan muntah.
-
Jika terjadi muntah perlu keseimbangan cairan dan elektrolit dengan memberikan infus vena
-
Lavare jika terjadi korosif yang luas atau berat
2.
Gastritis Kronik
-
Memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stres dan memulai farmako terapi.
-
Helicobacter pylori diatas dengan antibiotik (seperti tetraciklin atau amoksilin) dengan garam bismut (peta bismut)
-
Menghindari alkohol dan obat-obatan yang mengiritasi mukosa lambung
-
Vh B 12 dan terapi yang sesuai lainnya diberikan pada anemia pernisiosa
(Brunner and Suddarth, 2002 : 1063)
G.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Diagnosa ditentukan dengan endoskopi
Gastritis tipe A dengan aklorhidria / hipklomidria (kadar asam hidroklorida tidak ada / rendah). Gastrisis tipe B dihubungkan dengan hiperklohidria (kadar tinggi dail asam hidroklorida)
2.
Pemeriksaan sinar x G.I atas
3.
Pemeriksaan Histologis
4.
Tes serologis dan tes pernafasan untuk mendeteksi H. pylori untuk mendapatkan antibody terahadap antigen H. pylori
5.
Gastroskopi
6.
Hb, Ht
7.
Serum gastrin menurun atau normal
8.
Serum vitamin B12
9.
Analisis cairan lam bung
10.
Biopsi mukosa
11.
Biopsi lambung
12.
Endoskopi
II.
Asuhan KeperawatanGastritis
A.
Pengkajian
-
Biodata : nama, umur, jenis kelamin, agama, ras, suku bangsa, dan lain-lain
-
Riwayat kesehatan / data subyektif
-
Keluhan pada sistem pencernaan
Anoreksia
Nausea
Vomitus
Hematemesis ( frekuensi, durasi, lokasi )
-
Kebiasaan makan / pola makan
-
Riwayat penggunana obat
-
Tingkat stress yang meningkat
-
Gaya hidup : perokok, alkohol, kafein
-
Psikososial : Kaji kecemasan, pola tidur dan istirahat
-
Keluhan ketidak nyamanan pada epigastrik / adbominal, tenderness
-
Pemeriksaan fisik
Keterbatasan aktivitas
Perubahan TTV
Tanda-tanda distensi : merintih kesakitan keletihan
Pemeriksaan abdomen :
-
Tenderness, diare, epigastrik
-
Bising usus meningkat
-
Distensi
Status nutrisi :
-
Berat badan
-
Warna kulit
-
Turgor kulit
Anemia
(Black, Joyce M. 1993 : 1608)
B.
Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri b.d iritasi mukosa lambung
2.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d menurunnya nafsu makan, nausea, muntah, nyeri.
3.
Kurangnya volume cairan b.d menurunnya intake cairan, muntah, perdarahan
4.
Gangguan pola tidur b.d nyeri, nausea, kecemasan
5.
Kurangnya pengetahuan tentang faktor penyebab dan terapi diet
(Brunner and Suddart, 2002 : 1063)
C.
Intervensi Keperawatan
Dx. 1 Nyeri
Tujuan : Setelah diakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang.
KH:
-
Klien akan menunjukkan perasaan nyaman
-
Nyeri berkurang / hilang
Intervensi :
1.
Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya intensitas nyeri (skala 0 – 10)
2.
Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
3.
Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.
4.
Bantu latihan ROM pasif dn aktif.
5.
Berikan perawatan oral dan tindakan kenyamanan misalnya pijatan punggung, perubahan posisi.
Kolaborasi :
6.
Berikan obat sesuai indikasi
-
Analgesik misal morfin sulfat
-
Asetaminofen
-
Antasida
Dx. 2 Nutrisi
Tujuan : Seelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat.
KH :
-
Klien akan menunjukkan intake makan melalui keseimbangan diet
-
Menunjukkan prilaku mempertahankan pola nutrisi yang adekuat
Intervensi :
1.
Buat jadwal masukan tiap jam, anjurkan mengukur cairan dan minum sedikit demi sedikit atau makan dengan perlahan.
2.
Timbang berat badan setiap hari
3.
Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk klien
4.
Berikan diet dan makanan ringan dengan tambahan makanan yang disukai bila ada kolaborasi.
5.
Gunakan susu biasa dari pada usus krim, bila susu dimungkinkan.
6.
Berikan obat sesuai indikasi : siprofeptadin (periactin)
Dx. 3. Kekurangan Volume Cairan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan cairan dan elektrolit akan terpenuhi..
Kriteria Hasil :
-
TTV dalam batas normal (TD : 120/80 mmHg, N : 80 - 100x/mnt, S : 36 -370C, RR : 16-20x/mnt.
-
Membran mukosa lembab, turgor kulit elastis.
-
Pengisian kapiler cepat <>
Intervensi :
1.
Catat karakteristik muntah
2.
Observasi tanda-tanda vital, bandingkan dengan hasil normal pasien sebelumnya.
3.
Catat respon fisiologis individual pasien terhadap perdarahan misal perubahan mental, kelemahan, gelisah, ansietas, pucat, berkeringat.
4.
Catat tanda perdarahan baru setelah berhentinya perdarahan awal.
5.
Berikan cairan / darah sesuai indikasi
Dx. 4. Kurang pengetahuan
Tujuan : Setelah dilakukan pendidikan kesehatan klien akan memahami tentang penatalaksanaan diet dan faktor penyebab.
Kriteria Hasil :
-
Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.
-
Mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab
Intervensi :
1.
Tentukan persepsi pasien tentang proses penyakit.
2.
Diskusikan program pengobatan, jadwal dan kemungkinan efek samping obat-obatan antasida dan antibiotik.
3.
Anjurkan melakukan aktifitas biasa secara bertahap sesuai toleransi dan sediakan waktu istriahat adekuat.
4.
Anjurkan makan makanan sedikit tapi seirng sesuai indikasi pasien.
5.
Berikan informasi tertulis untuk pasien / orang terdekat (keluarga)
D.
Evaluasi
1.
Nyeri berkurang, meningkatkan rasa nyaman.
2.
Kebutuhan nutrisi terpenuhi, berat badan idel
3.
Klien dan keluarga mampu menjelaskan terapi diet dan penatalaksanaannya
4.
Dapat mengidentifiaksi dan mencegah stimulasi
5.
Mematuhi program pengobatan
Misalnya : Memilih makanan dan minuman yang tidak mengiritasi lambung dan menggunakan obat-obatan sesuai resep.
6.
Mempertahankan keseimbangan cairan
-
Minum 6 – 8 gelas air putih setiap hari
-
Mempunyai pengeluaran urine kir-kira 1 liter setiap hari
-
Menunjukkan tugor kulit yang adekuat
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol. 2. Jakarta EGC.
Block, Joycer M and Esther Matassarin. 1993.Medical Surgical Nursing. A Psychophy siologic Approach, Fourt Edition Book 2. Philladelpia : WB Sounders Company.
Carpenito, Lynda Juall. 2000.Diagnosa Keperawatan.Aplikasi pada praktek klinik. Ed. 6. Jakarta : EGC.
Donges, Marylin. Et. Al. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed. 3. Jakarta : EGC.
Ingnatavius, Donna D. M. Linda Waikman. 1995. Medikal Surgical Nursing.A. Nursing Proces Approcah. 2nd Edition. Philladelpia : WB Sounder company.
Mansjoer. Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Ed3 .Jilid 2. Jakarta : FKUI.
Sopearman. 2001.IlmyPenyakit Dalam. Jilid 11. Ed. 3. Jakarta : FKUI.
Pengertian
Suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi. Erosif karena perlukaan hanya pada bagian mukosa. bentuk berat dari gastritis ini adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik. Perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajad dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat.
Etiologi
1.Obat analgetik anti inflamasi, terutama aspirin.
2.Bahan-bahan kimia
3.Merokok
4.Alkohol
5.Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat.
6.Refluks usus ke lambung.
7.Endotoksin.
Patogenesis
Seluruh mekanisme yang menimbulkan gastritis erosif karena keadaan-keadaan klinis yang berat belum diketahui benar. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan rusaknya mukosa lambung adalah : a) kerusakan mukosa barrier sehingga difusi balik ion H+ meninggi, b) perfusi mukosa lambung yang terganggu, c) jumlah asam lambung.
Faktor ini saling berhubungan, misalnya stres fisik yang dapat menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul daerah-daerah infark kecil. Di samping itu, sekresi asam lambung juga terpacu. Pada gastritis refluks, gastritis karena bahan kimia, obat, mukosa barrier rusak, menyebabkan difusi balik ion H+ meninggi. Suasana asam yang terdapat pada lumen lambung akan mempercepat kerusakan mukosa barrier oleh cairan usus.
Manifestasi Klinis
Gambaran klinis gastritis akut erosif sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan asimptomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Manifestasi tersebut adalah:
1.Muntah darah
2 Nyeri epigastrium
3.Neusa dan rasa ingin vomitus
4.Nyeri tekan yang ringan pada epigastrium
Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan, kecuali mereka yang mengalami perdarahan hebat hingga menimbulkan gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardi sampai gangguan kesadaran.
Pemeriksaan Diagnostik
1.Endoskopi, khususnya gastroduodenoskopi. Hasil pemeriksaan akan ditemukan gambaran mukosa sembab, merah, mudah berdarah atau terdapat perdarahan spontan, erosi mukosa yang bervariasi.
2.Histopatologi.
3.Radiologi dengan kontras ganda, meskipun kadang dilakukan tapi tidak begitu memberikan hasil yang memuaskan.
Pengobatan
Pengobatan lebih ditujukan pada pencegahan terhadap setiap apsien yang beresiko tinggi, hal yang dapat dilakukan adalah ;
1.Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.
2.Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.
3.Pemberian obat-obat H+ blocking, antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain.
Dahulu sering dilakukan kuras lambung menggunakan air es untuk menghentikan perdarahan saluran cerna atas, tapi tak ada bukti klinis yang menunjukkan bahwa tindakan tersebut memberikan manfaat dalam menghentikan perdarahan saluran cerna atas.
Proses Keperawatan Gastritis Akut
DiagnosisKeperawatan
1.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, rangsangan muntah sendiri, penyalahgunaan laksantif, dan atau penyimpangan persepsi dengan tubuh.
2.Potensial terhadap kekurangan volume cairan (sekunder) yang berhubungan dengan diet.
3.Gangguan gambaran tubuh yang berhubungan dengan persepsi yang tidak akurat tentang diri
4.Kebutuhan koping individu yang berhubungan dengan perasaan hilangk kontrol rasa takut dengan bertambah besar dan/atau respons pribadi terhadap disfungsi keluarga.
5.Ketidakefektifan koping keluarga yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengkomunikasikan dan untuk memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga.
6.Kurang pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan kondisi dan kurangnya keterampilan koping
Intervensi/Implementasi Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, rangsangan muntah sendiri, penyalahgunaan laksantif, dan atau penyimpangan persepsi dengan tubuh.
1.Izinkan klien memilih makanan (makanan rendah kalori tidak diperbolehkan)
2.Buat struktur waktu makan dengan batasan waktu (misalnya 40 menit)
3.Hilangkan distraksi (misalnya pembicaraan, menonton televisi) selama waktu makan
4.Sebutkan waktu untuk makan, menghidangkan makanan, dan batas waktu makan; informasikan pada klien bahwa bila makanan tidak dimakan selama waktu yang telah disediakan, akan dibuat penggantian metode pemberian makanan yang lain.
5.Bila makanan tidak dimakan, lakukan pemberian makan melalui selang, NGT sesuai pesanan dalam keadaan seperti ini jangan berikan penawaran pada klien.
6.Lakukan metode pemberian makan pengganti setiap kali klien menolak untuk makan per oral.
7.Jauhkan perhatian selama makan bila klien menolak untuk makan.
8.Jangan biarkan klien "mengemut" makanan.
9.Kurangi perhatian saat makan
Terapi Modifikasi Perilaku
1.Klien mencapai peningkatan berat badan setiap hari karena adanya keinginan dari klien.
2.Perpisahan dari keluarga selama beberapa waktu akan sangat membantu.
3. Beralih pada aktivitas yang menyenangkan.
4. Intervensi keperawatan pembatasan bersifat teknis.
5. Isolasi sosial.
6. Komunikasi yang bermanfaat.
7. Berikan penghargaan pada klien hanya bila ia mengalami kenaikan berat badan.
8. Tindakan konsisten harus dipertahankan.
9. Setiap anggota staf harus mempunyai laporan akhir per shift tentang suatu keputusan
10.Cegah manipulasi staf dengan ceria.
Pencegahan manipulasi staf dengan cerita, melalui membuat dan pertahankan batasan yang ketat, dan diskusikan tentang batasan dan konsekuensinya, bila melanggar batasan tersebut dengan cara yang tidak menghukum, rujuk pada perilaku manipulatif.
11. Ukur berat badan
Ukur BB dengan akurat; a) timbang klien setiap hari sebelum makan pagi, b) timbang klien hanya dengan gaun, cegah untuk menyembunyikan sesuatu yang berat pada tubuh, c) tetapkan perilaku yang dapat diterima bila mencapai berat badan yang telah ditetapkan, d) dorongan perawatan bertanggung jawab untuk peningkatan berat badan.
Kriteria Evaluasi
1. Klien mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan nutrisi.
2. Menerima masukan kalori adekuat untuk mempertahankan berat badan normal.
3. Mengikuti kembali pola makan yang normal.
Potensial terhadap kekurangan volume cairan (sekunder) yang berhubungan dengan diet.
1. Pantau masukan dan haluan; simpan catatan di kantor perawat, dan observasi dengan sesederhana mungkin.
2. Pantau pemberian cairan dengan elektrolit /NPT sesuai pesanan; temani klien ketika mandi untuk mencegah pengosongan cairan intravena.
3. Pantau tanda vital sesuai kebutuhan.
Kriteria Evaluasi
1. Klien menunjukkan hidrasi diperlukan secara adekuat.
2. Keseimbangan antara masukan dan haluaran.
Gangguan gambaran tubuh yang berhubungan dengan persepsi yang tidak akurat tentang diri
1. Berikan hubungan positif dan penghargaan pada sesuatu yang dilakukan dengan baik oleh klien.
2. Kembangkan pengalaman yang berhasil
3. Mulailah melakukan dengan tugas-tugas yang mudah.
4. Fokuskan pada hal-hal yang positif.
5. Berikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan pikirannya
6. Anjurkan klien untuk menguraikan tentang gambaran dirinya dan membicarakan perasaan tentang diri.
7. Anjurkan higiene yang baik dan berpakaian
8. Berikan respons secara faktual dan konsisten terhadap pertanyaan klien mengenai diet dan nutrisi
Kriteria Evaluasi
1. Klien mengungkapkan pikiran positif tentang diri sendiri.
2. Mulai menerima diri sebagai orang yang kurus
Kebutuhan koping individu yang berhubungan dengan perasaan hilangk kontrol rasa takut dengan bertambah besar dan/atau respons pribadi terhadap disfungsi keluarga.
1. Berikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan
2. Observasi dan catat respons terhadap stres.
3. Ajukan untuk datang bila stres.
4. Hindarkan menarik perhatian Anda dari ritual atau emosional klien yang behubungan dengan makan, makanan, dan sebagainya.
5.Dukung upaya klien pada penentuan diri, khususnya bila dengan keluarga.
6. Tingkatkan tehnik reduksi stres.
7. Berikan dorongan pada orang terdekat.
Kriteria Evaluasi
1. Klien mulai menunjukkan ketrampilan koping positif.
2. Mempertahankan berat badan selama periode stres.
3. Mencapai dukungan dan sumber-sumber yang tepat.
Ketidakefektifan koping keluarga yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengkomunikasikan dan untuk memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga
1. Berikan dorongan pada klien dan keluarga untuk mengatakan pikiran, persepsi, dan perasaan.
2. Tunjukkan area yang tidak disetujui oleh klien dan anggota keluarga.
Tentukan persepsi setiap anggota keluarga tentang apa yang telah dikatakan orang lain untuk memberikan penekanan keterampilan mendengar.
Tekankan pada klien dan anggota keluarga tentang pentingnya menggunakan kata "Saya" dan menerima tanggung jawab untuk diri dengan kehadiran anggota keluarga, jasilah penasehat bagi klien dan berupaya menjadi pendukung pada penentuan diri.
3. Arahkan kembali pada kontrol konflik antara klien dan arang tua/orang terdekat terhadap makanan dan terhadap isu-isu yang berhubungan dengan jam malam, aktivitas sekolah, kepuasan kerja, dan, seterusnya.
4. Rujuk keluarga pada perawatan psikiatri yang berkelanjutan.
Kriteria Evaluasi
1. Klien mulai mengenal kebutuhan orang lain.
2. Mengidentifikasi area di mana kebutuhan serta harapan tidak terpenuhi.
3. Memberikan respons yang tepat terhadap dukungan yang diberikan.
4. Mencari bantuan bila diperlukan.
Kurang pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan kondisi dan kurangnya keterampilan koping
1. Berikan penekanan panduan nutrisi dan bagaimana cara mengatasi diet ketika jauh dari rumah.
2. Diskusikan dengan klien pentingnya pengkajian ulang kebutuhan kalori setiap 2 sampai 4 minggu.
3. Berikan dorongan penggunaan teknik penatalaksanaan stres.
4. Tingkatkan peogram latihan yang teratur.
5. Berikan dorongan kunjungan perawatan tindak lanjut dengan dokter dan konselor.
Kriteria Evaluasi
1.Klien mengungkapkan pentingnya perubahan gaya hidup untuk mempertahankan berat badan yang normal.
2.Klien mencari sumber konseling untuk membantu mengadakan perubahan.
3. Klien berusaha mempertahankan berat badan.
Sumber :
Smeltzer & Bare (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Doengoes. (2000). Rencana Asuhan Keperawaan, Jakarta: EGC
PENGERTIAN
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung
PENYEBAB
• Indisekresi diet : makan terlalu banyak, cepat, terlalu berbumbu, atau makanan yang terinfeksi.
• Penyebab lain : alcohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.
PATOFISIOLOGI
• Gastritis akut dapat menjadi tanda infeksi sistemik. Bentuk yang lebih berat disebabkan oleh asam kuat atau alkalis sehingga mukosa menjadi gangrene atau perporasi.
• Gastritis kronis dihubungkan dengan ulkus atau oleh bakteri Helicobacter pylori.
MANIFESTASI KLINIS
Gastritis akut :
• Ulserasi superficial yang menimbulkan hemorragie
• Ketidaknyamanan abdomen (mual, anoreksia)
• Muntah serta cegukan
• Dapat terjadi kolik dan diare.
Gastritis kronis :
Tipe A :
• Asimtomatis
Tipe B :
• Mengeluh anoreksia
• Sakit ulu hati setelah makan
• Bersendawa
• Rasa pahit dalam mulut
• Mual dan muntah
PENATALAKSANAAN MEDIKAL
• Menghindari alcohol dan makan sampai gejala berkurang
• Diet tidak mengiritasi
• Bila diperlukan berikan cairan intravena
• Bila akibat asam atau alkalin kuat encerkan dengan antacid (Aluminium hidroksida)
• Bila akibat alkali kuat gunakan jus lemon encer atau cuka yang diencerkan
• Bila korosi berat, hindari emetic dan lavase karena adanya bahaya perforasi
• Modifikasi diet, istirahat, reduksi stress dan farmakologi.
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan :
1. Ansietas berhubungan dengan tindakan
Tujuan :
- Ansietas berkurang
Intervensi Keperawatan :
- Tindakan kedaruratan untuk klien yang mencerna
asam atau alkali
- Berikan terapi pendukung setelah kegawatdaruratan
- Siapkan untuk pemeriksaan diagnostic
- Gunakan pendekatan yang tenang
- Jelaskan semua prosedur dan tindakan.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan
nutrient tidak adekuat.
Tujuan :
- Pasien dapat meningkatkan masukan nutrisi adekuat dan menghindari
makanan pengiritasi.
Intervensi Keperawatan :
- Berikan dukungan fisik dan emosional
- Hindari makanan dan cairan lewat mulut sampai
gejala akut berkurang
- Berika terapi IV sesuai kebutuhan
- Hindari minuman kafein
- Hindari alcohol dan nikotin.
3. Risiko terjadi kekurangan volume cairan berhubungan
dengan ketidakcukupan masukan cairan dan kehilangan cairan berlebihan akibat muntah.
Tujuan :
- Keseimbangan cairan dipertahankan
Intervensi Keperawatan :
- Pantau masukan dan haluaran setiap hari terhadap
dehidrasi
- Kaji nilai elektrolit setiap 24 jam untuk keseimbangan
cairan
- Waspadai terhadap indicator gastritis hemorragis
(hematemesis, takhikardia, hipotensi).
4. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa
Tujuan :
- Nyeri berkurang
Intervensi Keperawatan :
- Instruksikan menghindari makanan dan minuman yang mungkin
mengiritasi mukosa lambung
- Kaji derajat nyeri dan dapatkan kenyamanan melalui obat.
- PENGERTIAN.
Gastritis adalah
suatu peradangan yang terjadi pada mukosa lambung baik akut maupun
kronis.
- ETIOLOGI.
- Gastritis
Akut.
Merupakan inflamasi
akut dari dinding lambung, biasanya terbatas pada mukosanya saja.- Gastritis
eksogen akut. Disebabkan faktur dari luar yang terdiri dari
beberapa bagian:
- Gastritis
- Gastritis
eksugen akut yang simple, disebabkan oleh :~
Makanan dan minuman panas yang dapat merusak mukosa lambung,
seperti rempah-rempah, alcohol dan sebagainya.~ Obat-obatan
seperti, digitalis, iodium, SF, kortison, dsb.
Gastritis akute
korosiva, disebabkan oleh:~ Obat-obatan
seperti : Analgetik, Anti inflamasi, antibiotik dsb.~
Bahan kimia dan minuman yang bersifat korosif, bahan alkali yang kuat
seperti, soda, kaustik, (non-hydroxide) korosif sublimat.- Gastritis
endogen akut.disebabkan kelainan dalam tubuh yang terdiri
dalam beberapa bagian :- Gastritis
infektiosa akut, disebabkan oleh toxin atau bakteri yang
beredar
- Gastritis
dalam darah
dan masuk ke jantung, misalnya morbili, dipteri , variola dsb.- Gastritis
egmonos akute, di sebabkan oleh invasi langsung dari bakteri
pirogen pada dinding lambung, seperti streptococcus, stpilacoccus
dsb.
- Gastritis
Kronis.
Merupakan suatu
inflamasi kronik yang terjadi pada waktu lama pada permukaan mukosa
lambung, penyebabnya belum diketahui secara langsung, namun diduga
disebabkan oleh :
- Bakteri,
infeksi stapilococcus (akute) mungkin pada akhirnya akan menjadi
kronis. - Infeksi
lokal, infeksi pada sinus, gigi dan post nasal dapat menimbulkan
gastritis. - Alkohol
dapat menyebabkan kelainan pada mukosa lambung. - Faktor,
psikologis dapat menimbulkan hipersekresi asam lambung.
- TANDA
DAN GEJALA.
- Gastritis
Akute.- Gastritis
Akute Eksogen Simple :
- Gastritis
~ Nyeri epigastrik
mendadak.~ Nausea yang di
susul dengan vomitus.
~
Saat serangan pasien berkeringat, gelisah, sakit perut, dan kadang
disertai panas serta tachicardi.
~ Biasanya dalam 1-2
hari sembuh kembali.
- Gastritis
Akute Eksogen Korosiva :
~ Pasien kolaps
dengan kulit yang dingin.
~ Tachicardi dan
sianosis.
~ Perasaan seperti
terbakar, pada epigastrium.
~ Nyeri hebat /
kolik.
- Gastritis
Infeksiosa Akute :
~ Anoreksia
~ Perasaan tertekan
pada epigastrium.
~ Vumitus.
~ Hematemisis.
- Gastritis
Hegmonos Akute :
~ Nyeri hebat
mendadak di epigastrium. ~ Neusia.
~ Rasa tegang pada
epigastrium. ~ Vomitus.
~ Panas tinggi dan
lemas ~ Tachipneu.
~ Lidah kering
sedikit ekterik. ~ Tachicardi
~ Sianosis pada
ektremitas. ~ Diare.
~ Abdomen lembek.
~ leukositosis
- Gastritis
Kronis.
Terdiri dari :
- Gastritis
Superfisialis.
~ Rasa tertekan yang
samar pada epigastrium.
~ Penurunan BB.
~ Kembung / rasa
penuh pada epigastrium.
~ Nousea.
~ Rasa perih sebelun
dan sesudah makan.
~ Terasa pusing.
~ Vumitus.
- Gastritis
Atropikan.
~ Rasa tertekan pada
epigastrium. ~ Anorexia.
~ Rasa penuh pada
perut. ~ Nousea.
~ Keluar angin pada
mulut. ~ Vumitus.
~ Mudah
tersinggung. ~ Gelisah.
~ Mulut dan
tenggorokan terasa kering.
- Gastritis
Hypertropik Kronik
~ Nyeri pada
epigastrium yang tidak selalu berkurang setelah minum susu.
~ Nyeri biasanya
timbul pada malam hari.
~ Kadang disertai
melena.
- PATOFISIOLOGI.
Bahan-bahan makanan,
minuman, obat maupun zat kimia yang masuk kedalam lambung menyebabkan
iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga lambung kehilangan barrier
(pelindung). Selanjutnya terjadi peningkatan difusi balik ion
hidrogen. Gangguan difusi pada mukosa dan penngkatan sekresi asam
lambung yang meningkat / banyak. Asam lambung dan enzim-enzim
pencernaan. Kemudian menginvasi mukosa lambung dan terjadilah reaksi
peradangan.
Demikian juga
terjadi peradangan dilambung karena invasi langsung pada sel-sel
dinding lambung oleh bakteri dan terinfeksi. Peradangan ini
termanifestasi seperti perasaan perih di epigastrium, rasa panas /
terbakar dan nyeri tekan.
Spasme lambung juga
mengalami peningkatan diiringi gangguan pada spinkter esophagus
sehingga terjadi mual-mual sampai muntah. Bila iritasi / erosi pada
mukosa lambung sampai pada jaringan lambung dan mengenai pembuluh
darah. Sehingga kontinuitasnya terputus dapat mennimbulkan
hematemesis maupun melena.
- PEMERIKSAAN
PENUNJANG.
- Darah
lengkap. 6. Faeces - Gastroscopy 7.
Biosi dan sitologi - Nasogastrik
aspiration. 8. Endoscopy - Angiografie
visualization 9. Double-contrast - Semin-gastrin
- Darah
- PENATALAKSANAAN.
- Gastritis
Akute.- Gastritis
Eksogen Akute Simple.
- Gastritis
~ Fase akute,
istirahat total 1-2 hari.
~
Hari I sebaiknya jangan diberikan makan, setelah mual dan muntah
berkurang, coba berikan teh hangat dan air minum.
~
Hari kedua berikan susu hangat, benintton dengan garam terutama
setelah banyak muntah.
~ Hari ketiga boleh
makan bubur dan bisa makan lembek lainnya.
~ Kolaborasi medik :
- Pemberian
cairan. - Antimentek
untuk mengurangi muntah ~ Sotatik. - Anti
spasmodik untuk memperbaiki spasme otot.
- Gastritis
Infektiosa Akute.
~ Pengaturan diet.
~ Beri makanan
lembek dan tidak merangsang mual dan muntah.
~ Kolaborasi medik :
- Pemberian
antibiotik untuk penanganan factor penyebab. - Pembrian
anti spasmodik.
- Gastritis
Hegmonos Akute.
~ Pengaturan diet.
~ Pada abses lokal
perlu dilakukan drainase.
~ Pada pasien dengan
hegmonos dispus perlu gastriktomy.
~ Kolaborasi medik :
- Antibiotik
untuk penanganan faktor penyebab.
- Gastritis
Kronis.
- Gastritis
Superfisialis.
- Gastritis
~ Istirahat yang
cukup.
~
Pemberian makanan yang cair utuk penderita yang mengalami erosi dan
perdarahan sedikit.
~ Makanan lembek
untuk yang tidak terjadi perdarahan.
~ Kolaborasi medik :
- Pemberian
anti spasmodic.
- Gastritis
Atropikan.
~
Setelah makan sebaiknya istirahat untuk mnecegah terjadinya neusea
dan vumitus.
~ Beri makanan
lembek dan porsi kecil tapi sering.
~ Kolaborasi medik :
- Pemberian
anti spasmodik. - Beri
ekstrak hati, Vit. B12, dan zat besi.
- Gastritis
Hypertropikan.
~ Istirahat yang
cukup.
~ Hindari merokok.
~ Beri makanan cair
dan lembek.
~ Kolaborasi medik :
- Anti
spasmodik. - Anti
perdarahan k/p.
- KOMPLIKASI.
- Gastritis
Akute.
- Perdarahan
saluran cerna atas, hingga anemia dan kematian. - Ulkus
pada lambung. - Perforasi
lambung.
- Perdarahan
- Gastritis
Kronis.
- Gangguan
penyerapan Vitamin B12 karena atropi lambung dan akan terjadi
anemia pernisiosa. - Gangguan
penyerapan zat besi. - Penyempitan
daearah fillorus. - Kanker
lambung.
- Gangguan
BAB
II
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA
PASIEN DENGAN GASTRITIS
PENGKAJIAN.
- Aktivitas
/ istirahat.
Gejala : · Kelemahan
/ kelelahan.Tanda : · Takhikardi,
takipnoe, ( hiperventilasi ). - Sirkulasi.
Gejala : · Hipotensi.
- Takhikardi.
Disritmia. - Kelemahan
nadi / perifer - Pengisian
kapiler lambat. - Warna
kulit pucat, sianosis. - Kelembaban
kulit, berkeringat.
- Integritas
Ego.
Gejala : · Faktor
stress akut / psikologi.
- Perasaan
tidak berdaya.
Tanda : · Tanda
ansietas, misalnya ; pucat, gelisah, berkeringat.
- Perhatian
menyempit.
4. Eliminasi.
Gejala :
· Perubahan pola defekasi /
karakteristik feces.
Tanda : · Nyeri
tekan abdomen.
- Distensi
abdomen. Peningkatan bunyi usus. - Karakteristik
feses ; diare dan konstipasi.
5. Makanan /
Cairan.
Gejala : · Anorexia,
mual, dan muntah, cegukan.
- Tidak
toleran terhadap makanan.Tanda : · Muntah,
membran mukosa kering, turgor kulit menurun.
6.
Neorosensori.
Gejala : · Pusing,
sakit kepala, terasa berdengung.
- Status
mental, tingkat kesadaran terganggu, cenderung mengantuk,
disorientasi, bingung.
7. Nyeri /
Kenyamanan.
Gejala : · Nyeri
digambarkan tajam, dangkal, rasa terbakar, perih
- Rasa
ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah banyak makan &
hilang setelah minum obat antasida. - Nyeri
epigastrium kiri menyebar ketengah dan menjalar tembus kepinggang
1-2 jam setelah makan ( ulkus peptik ). - Nyeri
epigastrium kanan ± 4 jam
setelah makan dan hilang setelah diberi antasida ( ulkus doudenum ). - Faktor
pencetus, makanan, rokok, alkohol penggunaan obat tertentu. - Stress
psikologis.
8. Keamanan.
Gejala : · Alergi
terhadap obat.
Tanda : · Peningkatan
suhu.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL.
- Perubahan
krnyamanan; Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa gaster.
Tujuan
jangka pendek : Pasien mengatakan rasa nyeri berkurang.
Tujuan
jangka panjang : Tidak terjadi iritasi berlanjut.
- Rencana
Tindakan.
- Puasakan
pasien pada 6 jam pertama. - Berikan
makanan lunak sedikit demi sedikit dan beri minum yang hangat. - Identifikasi
dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan. - Observasi
keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitasnya, ( skala 0-10 ),
serta perubahan karakteristik nyeri.
- Rasionalisasi.
- Mengurangi
inflamasi pada mukosa lambung. - Dilatasi
gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat etelah
periode puasa. - Dapat
menyebabkan distres pada bermacam-macam individu / dispepsia. - Perubahan
karakteristik nyeri dapat menunjukan penyebaran penyakit /
terjadinya komplikasi. - Pemenuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Anorexia.
Tujuan
jangka pendek : Pemasukan nutrisi yang adekuat.
Tujuan
jangka panjang : Mempertahankan BB tetap seimbang.
- Rencana
Tindakan.
- Buat
program kebutuhan nutrisi harian & standar BB minimum. - Berikan
perawatan mulut sebelum & sesudah makan. - Monitor
aktivitas fisik dan catat tingkat aktivitas tersebut. - Hindari
makanan yang menimbulkan gas. - Sediakan
makanan dengan ventilasi yang baik, lingkungan yang menyenangkan,
dengan situasi yang tidak terburu-buru.
- Rasionalisasi.
- Sebagai
acuan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien. - Memberikan
rasa nyaman pada mulut dan dapat mengurangi rasa mual. - Membantu
dalam mempertahankan tonus otot dan berat badan juga untuk
mengontrol tingkat pembakaran kalori. - Dapat
mempengaruhi nafsu makan / pencernaan dan membatasi masukan nutrisi. - Lingkungan
yang mennyenangkan dapat menurunkan stress dan lebih kondusif untuk
makan. - Ansietas
tahap sedang berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan
jangka pendek : Pasien dapat mendiskusikan permasalahan yang
dihadapinya.
Tujuan
jangka panjang : Pasien dapat memecahkan masalah dengan
menggunakan sumber yang efektif.
- Rencana
Tindakan
- Observasi
respon fisiologis, mis : takipnoe, palpitasi, pusing. - Catat
petunjuk perilaku, mis : gelisah, midah tersinggung. - Dorong
pernyataan takut dan ansietas, berikan respon umpan balik. - Berikan
lingkungan yang tenang untuk beristirahat. - Berikan
tekhnik relaksasi, mis: latihan nafas dalamdan bimbingan imaginasi. - Bantu
pasien untuk mengidentifikasi dan melakukan koping positif.
- Rasionalisasi
- Dapat
menjadi indikasi derajat ansietas yang dialami pasien. - Indikator
derajat ansietas. - Membuat
hubungan therafiutik, membantu pasien untuk menerima perasaan dan
menurunkan ansietas yang tidak perlu tentang ketidak tahuan. - Memindahkan
pasien dari stresor luar dan meningkatkan relaksasi, juga dapat
meningkatkan ketrampilan koping. - Cara
relaksasi dapat membantu menurunkan takut dan ansietas. - Perilaku
yang berhasil dapat menguatkan pasien dalam menerima ansietas,
meningkatkan rasa pasien terhadap kontrol diri dan memberikan
keyakinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar