Laman

Minggu, 29 Juli 2012

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

PENGERTIAN

Anemia adalah suatu keadaan yang menggambarkan penurunan jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin serta hematokrit dalam darah.

Dikatakan sebagai anemia bila HB < 14 g/dl dan HT < 41 % (pada pria), atau HB < 12 g/dl dan HT < 37 % (pada wanita).

Anemia bukan merupakan penyakit, namun pencerminan suatu gangguan atau penyakit dalam tubuh.


 

ETIOLOGI

Produksi eritrosit yang menurun

Eritrosit yang prematur

Penghancuran eritrosit yang berlebihan


 

KLASIFIKASI ANEMIA

Anemia Hipoproliferatif

Anemia Aplastik

Anemia yang terjadi akibat penurunan sel darah dalam sum-sum tulang dan terjadi penggantian sum-sum tulang menjadi lemak.

Anemia pada penyakit ginjal

Kerena produksi eritropoetin (hormon yang berperan dalam produksi eritrosit) terganggu pada pasien dengan penyakit ginjal (eritropotein diproduksi diginjal).

Anemia pada penyakit kronis

Misalnya pada beberapa jenis imflamasi artritis rematoid, abses paru, osteomielitis, TBC dan keganasan.

Anemia difesiensi besi

Penyebab biasanya pendarahan (menstruasi hebat), alkoholisme, mal-absorbsi besi pada penyakit traktus digestivus (gastritis, pasca reseksi usus, tumor saluran cerna, dll).

Anemia Megaloblastik

Terjadi kerena difesiensi vitamin B12 dan asam folat. Kedua vitamin ini diperlukan dalam sintesa DNA sehingga eritrosit membesar kerena tidak mampu membelah.

Anemia Perniosa

Akibat tidak adanya produksi faktor intrensik oleh mukosa lambung. Faktor intrensik mengikat vitamin B12 agar bisa diabsorbsi diileus.

Anemia Hemolitika

Anemia hemolitik turunan

Anemia sel sabit

Defek pada rantai beta hemoglonin. Eritrosit berbentuk sel sabit, sifatnya mengkristal pada tekanan O2 rendah.

Talasemia

Defek sintesis rantai hemoglobin dengan karakteristik selnya hipokromik mikrositer.

Difesiensi Glukosa G-Fosfat Dehidroginase

G-G-PD adalah enzim dalam eritrosit yang penting dalam stabilitas membran, sehingga dalam keadaan demam atau obat tertentu, eritosit hemolisis. Obat-obatan yang menyebabkannya adalah obat malaria, sulfonamid, aspirin, cloramfenikol, vitamin K

  • Anemia Hemolitika Didapat.
    • Anemia hemolitika turunan
    • Anemia sel spur
    • Anemia pada Hipersplenisme

PATOFISIOLOGI

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum (misalnya berkurangnya eritropeosis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui pendarahan/hemolisis (destruksi) pada kasus yang terakhir masalahnya dapat akibat defek sel merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah/akibat beberapa faktor diluar sel darah merah. Yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem retikuluendotelial, terutama dalam hati dan limfe. Sebagai hasil samping dari proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg dl atau kurang ; kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera).

Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (misal apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100mg/dl). Hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Jadi ada atau tidak adanya hemoglobinemia dan hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada pasien dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik tersebut.


 


 


 


 


 

GEJALA KLINIS

Pada Anemia terjadi penurunan oksigen carrying capacity darah, maka semua bagian tubuh akan terpengaruh.

Kulit dan mukosa    : pucat, elastisitas menurun.

Kuku : cekung (spoon nail), rapuh, tak mengkilat

Sistem respiratorik dan sirkulasi :

  • Dispnea (bila anemia berat)
  • Palpitasi (deg-degan)
  • Gagal jantung kongesti (bila anemia berat)

Sistem Neuromuskular :

  • Nyeri kepala, vertigo, berkunang-kunang.
  • Lebih peka terhadap dingin
  • Otot lemah/mudah lelah, lesu, aktivitas berkurang
  • Iritabel, kurang konsentrasi/perhatian terhadap sekitar
  • Perkembangan kepandaian lambat
  • Prestasi kerja fisik/pikiran menurun.

Sistem Gatrointestinal

  • Anoreksia


 

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Jumlah darah lengkap hemoglobin dan hematokrit

  • Jumlah eritosit
  • Jumlah Retikulosit
  • LED
  • SDP
  • Masa hidup SDM

Jumlah trombosit

  • Hb elektroforesi
  • Bilirubin serum
  • Folay serum dan vitamin B 12
  • Besi serum
  • Massa pendarahan
  • LDH serum
  • Analisa Gaster
  • Pemeriksaan Biopsi
  • Pemeriksaan endoskopi


 

PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.


 

KOMPLIKASI

Komplikasi umum anemia meliputi gagal jantung, paratesia, dan kejang. Pola setiap tingkat anemia. Pasien dengan penyakit jantung cendrung lebih besar kemungkianannya mengalami angina atau gejala gagal jantung kongestif dari pada seseorang yang tidak mempunyai penyakit jantung.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

PROSES KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA


 

PENGKAJIAN

  • Aktivitas dan Istirahat :

    Adanya keletihan, kelemahan, kehilangan produktivitas kerja, peningkatan kebutuhan untuk istirahat dan tidur.

  • Sirkulasi

    Adanya riwayat kehilangan darah kronis. Misalnya adanya hematemesis, dismenorea, angina , CHF, palpitasi, takikardia, hiupotensi postural.

  • Nutrisi/Cairan

    Adanya penurunan intake makanan. Kesulitan menelan, mual, muntah, anoreksia, penurunan BB, lidah tampak merah, daging/halus spesifik untuk difesiensi asam folat dan vitamin B 12 , torgur kulit menurun, membran mukosa pucat, kering, pika bahan-bahan seperti tanah liat, cat, es, tepung dll.

  • Eliminasi

    Adanya riwayat penurunan urin output, nefpritis, gagal ginjal, diare/konstipasi.


     

    Pemeriksaan neurologis juga penting kerena efek anemia pernisiosa pada sistem saraf pusat dan perifer. Pasien dikaji mengenai adanya baal dan parastesia perifer, ataksia, gangguan koordinasi dan kejang.

        Riwayat kesehatan meliputi informasi mengenai setiap pengobatan yang diminum pasien yang mungkin menekan aktivitas sum-sum tulang/mempengaruhi metabolisme folat. Riwayat akurat mengenai asupan alkohol termasuk jumlah dan durasi harus ditanyakan. Pasien juga ditanya mengenai setiap adanya kehilangan darah, seperti adanya darah dalam tinja/menstruasi berlebihan pada wanita. Riwayat keluarga juga penting kerena beberapa jenis anemia bersifat herediter.


 


 


 

DIAGNOSA

Berdasarkan pada data pengkajian diagnosa yang mungkin muncul adalah ;

  1. Nyeri berhubungan dengan agen injuri biologis.
  2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen.
  3. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan perubahan distribusi oksigenasi
  4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna/mengabsorbsi nutrisi yang penting dalam pembentukan eritrosit.


 

EVALUASI

Hasil yang diharapkan ;

  1. Penurunan / penghilangan rasa nyeri.
  2. Peningkatan toleransi aktivitas
  • Selama aktivitas, TTV dipantau
  • Klien mampu mengatur aktivitas tanpa kelelahan
  1. Menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat
  • TTV stabil
  • Capillary refill tidak lebih dari 2 detik.
  1. Intake nutrisi adekuat
  • BB stabil dan dapat dipertahankan
  • Intake nutrisi adekuat.


     


     


 


 


 


 


 


 


 


 

DAFTAR PUSTAKA

  • Doengoes, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta ; EGC.
  • FKUI. 1974. Kumpulan Ilmu Kesehatan Anak Bagian I. Jakarta : FKUI
  • Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jilid Pertama. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
  • Ngastiyah. 1997. Keperawatan Anak sakit. Jakarta. EGC.
  • Smeltzer, Suzana Brunner and Suddarth. 2001. Buku Ajar Perawatan Medical Bedah. Volume 1. Jakarta : EGC.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. TM

DENGAN DIAGNOSA MEDIS ANEMIA

DI RUANG ZAMRUD RSUD H. DAMANHURI BARABAI


 

I. BIODATA

A. Identitas Klien/Pasien

  1. Nama            : Ny. TM
  2. Tempat/tgl lahir        : - / 37 Tahun
  3. Jenis kelamin        : Perempuan
  4. Agama            : Islam
  5. Suku/bangsa        : Banjar/Indonesia
  6. Status marital        : Kawin
  7. Pendidikan/pekerjaan    : - /Wiraswasta
  8. Bahasa yang digunakan    : Banjar
  9. Alamat lengkap        : Kompleks PU Rt.09
  10. Kiriman dari        : Datang sendiri
  11. Tanggal masuk RS    : 03-08-2006
  12. Nomor register        : 3284/06
  13. Tanggal pengkajian    : Senin, 7 Agustus 2006        Jam : 10.00 wita


 

B. Penanggung Jawab

  1. Nama lengkap        : Tn. s
  2. Hubungan dengan klien    : Suami
  3. Tempat/tanggal lahir    : - /46 tahun
  4. Pendidikan/pekerjaan    : - /Wiraswasta
  5. Alamat lengkap        : Kompleks PU , Rt. 09


 


 

  1. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT


     

    1. Alasan dirawat :

      ± 1 minggu yang lalu klien mengeluh tidak enak badan, badan terasa lemah, dan sakit kepala

    2. Keluhan Utama :

      Klien mengeluhtidak enak badan dan sakit kepala

      1. Provocative/palliative

        Penyebab kerena klien terlalu banyak beraktivitas dan kelelahan. Faktor-faktor yang memperberat yaitu pada saat klien beraktivitas, klien akan merasa lemah dan sakit kepala.

      2. Qualiy/Quantity

        Klien merasakan badan terasa lemah, dan sakit kepala.

      3. Regional

        Klien merasa sakit dikepala.

      4. Severity Scale

    Klien merasakan nyeri dengan skala nyeri 2 (sedang).

    Pada tingkat skala nyeri 0-4


     

    0    1    2    3    4

    Keterangan     : 0 = tidak ada nyeri

            : 1 = ringan

            : 2 = sedang

            : 3 = berat

            : 4 = sangat berat, bisa sampai pingsan


     

    1. Timing

      Klien merasakan sakit yang dirasakan sering timbulnya tiba-tiba.


       

  2. RIWAYAT KESEHATAN


     

    1. Riwayat Kesehatan sebelum sakit ini :

      Sebelumnya klien tidak pernah menderita sakit seperti ini. Klien juga tidak mempunyai alergi terhadap makanan.

    2. Riwayat kesehatan sekarang

      ± 1 minggu yang lalu klien mengeluh badan terasa lemah. Lalu klien dibawa keluarganya ke Puskesmas. Tapi setelah itu klien sempat tidak sadarkan diri dan merasa bertambah parah. Kerena merasa khawatir, keluarga klien membawa klien ke Rumah Sakit Umum H. Damanhuri Barabai pada hari kamis tanggal 03 Agustus 2006 dan dirawat diruang perawatan Zamrud kamar I.

    3. Riwayat kesehatan keluarga

      Keluarga klien mengatakan kalau dalam keluarga mereka tidak ada yang pernah penyakit seperti ini dan penyakit keturunan yang lainnya seperti DM, Hipertensi, Asma dan lain-lain. Juga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis dll.


       

    III.     AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI

    

  1. Makan dan Minum


     

    1. Nutrisi

      Dirumah : klien makan 3 kali sehari dengan gizi makanan yang selalu terpenuhi yaitu nasi, lauk-pauk, sayur-sayuran dan buah-buahan.

      Di RS     : klien hanya menghabiskan 2-4 sendok makan saja dari makanan yang disediakan oleh RS.

    2. Minum

      Dirumah : klien minum air putih 3-4 gelas/hari

      Di RS : klien tetap minum air putih dengan frekuensi 2-3 gelas/hari.


       

  2. Eliminasi (BAB & BAK)
    1. BAB

      Di rumah : sejak ± 1-2 x/hr, warna kuning dan konsistensi padat, bau khas feces dan tidak terdapat kelainan.

      Di RS : klien BAB 1 x/sehari dengan konsistensi padat

    2. BAK

      Dirumah : klien BAK ± 3-4 x/hr , berwarna kuning jernih dan tidak ada kelainan/pendarahan.

      Di RS : klien BAK 2-3 x/hr. berwarna kunin jernih dan tidak ada kelainan/pendarahan.

  3. Istirahat dan Tidur
    1. Istirahat

      Di rumah : klien istirahat setelah melakukan aktivitas sehari-hari sekitar ½ - 1 jam/hari.

      Di RS : klien istirahat total dan hanya berbaring saja ditempat tidur.

    2. Tidur

      Di rumah : klien biasanya tidur siang 1-2 jam/hari dan pada malam hari sekitar 6-7 jam

      Di RS : klien lebih banyak tidur kerena kondisinya yang lemah.

  4. Aktivitas

    Di rumah : segala aktivitas klien dikerjakan sendiri seperti makan, minum, mencuci, menyapu, dll. Klien bekerja sebagai wiraswasta.

    Di RS : aktivitas klien terbatas. Klien melakukan aktivitas dengan bantuan keluarganya seperti makan, berpakaian, dll. Dengan skala aktivitas 2 pada tingkat skla aktivitas 0-4. klien terlihat lemah, letih dan lesu.

    1. : Mandiri penuh
    2. : Memerlukan bantuan peralatan
    3. : Memerlukan bantuan orang lain. (pengawasan/penyuluhan).
    4. : Memerlukan bantuan orang lain dan peralatan.
    5. : Tergantung, tidak berpartisipasi dalam aktivitas.
    1. Kebersihan diri

      Di rumah : Klien mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, potong kuku apabila dirasa panjang dan cuci rambut apabila dirasa kotor dan gatal

      Di RS : klien selama di RS belum pernah mandi tapi hanya diseka oleh keluarga klien. Begitu juga dengan gosok gig, cuci rambut, potong kuku kerena kondisi klien yang lemah.

    2. Rekreasi

      Di rumah : klien menghibur diri dengan mendengarkan radio dan menonton televisi, membaca dan pergi kemasjid, kadang-kadang pergi jalan-jalan.

      Di RS : klien tidak bisa menonton TV, mendengarkan radio/jalan-jalan.


 

V.     PSIKOSOSIAL


 

  1. Psikologis

Klien merasa cemas apakah penyakitnya dapat disembuhkan. Namun klien mampu beradaftasi dengan keluarganya, sosial serta instalasi kesehatan. Klien juga dapat menahan emosi dan menyerahkan segalanya kepada Tuhan.

  1. Sosial

Hubungan klien dengan keluarganya terlihat baik. Ini terlihat dari banyaknya keluarga dan kerabat yang menjenguk klien saat di RS.

  1. Spiritual

Klien beragama Islam. Menurut keluarganya klien seorang yang taat beribadah. Tetapi selama di RS klien tidak dapat melakukan ibadah seperti biasanya, klien hanya berzikir dan berdoa.


 


 


 


 


 

VI. PEMERIKSAN FISIK


 

  1. Keadaan Umum : Klien tampak Lemah

    Kesadaran    : compos mentis        GCS : 4 5 6

    TTV = Pols : 85 x/mnt RR : 20 x/mnt TD : 110/80 mmHg Temp : 36,70 C axilla


     

    B. Head to toe

    1. Kepala

      Bentuk simetris, kulit kepala bersih, tidak terdapat kelainan/benjolan, klien merasa nyeri/sakit.

      2. Rambut

      Rambut klien keriting dan tidak beruban, penyebaran rambut merata dan tidak ada kutu ataupun ketombe.

      3. Mata

      Ketajaman penglihatan baik , sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis, klien tidak memakai alat bantu penglihatan (kacamata).

    4. Hidung (penciuman)

    Bentuk dan posisi simetris, tidak terlihat adanya benda asing yang keluar dari lubang hidung, tidak ada sekret yang keluar, fungsi penciuman baik (dapat membedakan bau alkohol dan minyak angin). Tidak ada epistaksis, peradangan mukosa maupun polip.

    5. Telinga (pendengaran)

    Pendengaran berfungsi dengan baik (dapat mendengar saat namanya dipanggil), telinga berbentuk simetris, tidak ada serumen yang keluiar dari telinga, tidak ada peradangan maupun pendarahan.

    6. Mulut dan gigi

    Tidak terlihat peradangan ataupun pendarahan, tidak ada caries/karang gigi. fungsi pengecapan baik, mokusa bibir kering.


     

    7. Leher

    Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening ataupun kelenjar tiroid, pergerakan leher tidak kaku.

    8. Thorak

    Bentuk simetris, denganfrekuensi napas 20 x/mnt, dipalpasi tidak ada nyeri tekan maupun peradangan. Tidak terdapat sesak napas. auskultasi thorak tidak ada wheezing maupun ronchi kering ataupun basah.

    9. Abdomen

    Bentuk simetris, bunyi perkusi tympani, abdomen teraba hangat, tidak terdapat bekas luka operasi.

    10. Reproduksi

    Klien berjenis kelamin perempuan, jumlah anak 6 orang dengan 1 Suami. Klien tidak terpasang kateter. Tidak ada kelainan / pendarahan. Klien menstruasi pertama kali pada umur 12 tahun. Frekuensi menstruasi klien setiap bulannya teratur (klien biasanya mengganti pembalut ± 2-3 x/hr). klien mengatakan kalau tidak mendapatkan haid dari bulan Juli 2006.


 

  1. PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM
  • Hasil pemeriksaan Hematologi, Kamis 03 Agustus 2006.

    HB     : 7,9 gram %            N = L : 13-16 gram/dl

    Lekosit : 14.540 /mm3            N = 4000-10.000 / mm3    

    Gol darah    : O

Eos 

Baso 

Stab 

Seg 

Lymp 

Mono 

0 % 

0 % 

0 % 

79 % 

17 % 

4 % 


 

LED    : 70/105 mm/1 jam

Hematokrit : 13 %            N = P : 37-43 %

Trombosit     : 169.000 /mm3        N = P : 150.000 – 400.000 UI

  1. PENGOBATAN

    Kamis 03 Agustus 2006.

  • Infus RL/D5 28 tts/mnt
  • Biocef 1 gr/12 jam
  • Acran 1 amp/8 jam
  • Gavistal 1 amp/8 jam
  • Kalnex 1 amp/8 jam
  • Inbion 1x1
  • Braxidin 3x1


 

Senin 07 Agustus 2006

  • Infus RL/D5 28 tts/mnt
  • Biocef 1 gr/12 jam
  • Acran 1 amp/8 jam
  • Gavistal 1 amp/8 jam
  • Terfacef 1 gr/24 jam
  • Farmacol syrup 3 x ct
  • Inpepsa 3 x ct
  • Braxidin 3x1


 


 


 

                


 


 

LAPORAN PENDAHULUAN“ HEPATITIS “

Anatomi dan Fisiologis Hepar (hati).

Hepar merupakan organ yang paling besar didalam tubuh kita, warnanya coklat dan beratnya ± 11/2 kg. Letaknya bagian atas dalam rongga abdomen sebelah kanan bawah diafragma. Hati terbagi atas 2 bagian utama:

Permukaan atas berbentuk cembung, terletak dibawah diafragma.

Permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan fisura transfersus.

Fisura longitudinal memisahkan belahan kanan dan kiri dibagian atas hati, selanjutnya hati dibagi 4 belahan; lobus kanan, lobus kiri, lobus kaudata dan lobus quadratus.

Hati mempunyai 2 jenis peredaran darah yaitu:

  1. Arteri Hepatika

    Keluar dari aorta memberi 1/5 darah pada hati, darah ini mempunyai kejenuhan 95%-100% masuk kehati akan membantuk jaringan kapiler setelah bertemu dengan kapiler vena, akhirnya keluar sebagai vena hepatika.

  2. Vena Porta

    Yang terbentuk dari lienalis vena mesentrika superior menghantarkan 4/5 darahnya ke hati, darah ini mempunyai kejenuhan 70% sebab beberapa O2 telah diambil oleh limfe dan usus, guna darah ini membawa zat makanan kehati yang telah di absorbsi oleh mukosa dan usus halus. Besar kira-kira berdiameter 1 mm. Yang satu dengan yang lain terpisah oleh jaringan ikat yang membuat cabang pembuluh darah ke hati, cabang vena porta arteri hepatika dan saluran empedu dibungkus bersama oleh sebuah balutan dan membentuk saluran porta.

    Darah berasal dari vena porta bersentuhan erat dengan sel hati dan setiap lobulus disaluri oleh sebuah pembuluh sinusoid darah atau kapiler hepatika. Pembuluh darah halus berjalan di antara lobulus hati disebut Interlobuler (a). dari sisi cabang-cabang kapiler masuk kedalam bahan lobulus yaitu vena lobuler (b). Pembuluh darah ini mengalirkan darah dalam vena lain yaitu disebut vena sublobuler (c). Yang satu sama lain membentuk vena hepatika (d) dan langsung masuk kedalam vena kava inferior (e).

Fungsi hati:

  1. mengubah zat makanan yang diabsorbsi dari usus dan yang disimpan disuatu tempat dalam tubuh dikeluarkannya sesuai dengan pemakaiannya dalam jaringan.
  2. Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk diekskresi dalam empedu dan urine.
  3. Sekresi empedu, garam empedu dibuat dihati dibentuk dala, sistem retikulo endotelium dialirkan ke empedu.
  4. Pembentukan ureum, hati menertima asam amino diubah menjadi ureum dikeluarkan dari darah oleh ginjal dalam bentuk urine.
  5. Menyiaokan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbinat dan air.


 

Penyimpanan dan penyebaran bahan termasuk glikogen lemak, vitamin dan zat besi, vitamin yang larut dalan minyak atau lemak disimpan dihati.

Hati membantu mempertahankan suhu tubuh sebab luasnya organ ini dan banyaknya kegiatan metabolisme yang berlangsung mengakibatkan darah mengalir melalui organ ini sehingga menaikkan suhu tubuh.


 

Konsep Dasar Penyakit

  1. Pengertian

    Hepatitis mengacu pada adanya peradangan hati. Patologi dapat disebabkan oleh kimia atau infeksi.

    Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta selular yang khas.

  2. Jenis Hepatitis
    1. Hepatitis A

      Dahulu disebut hepatitis infeksiosa. Penyakit ini ditularkan terutama melalui kontaminasi oral-fekal akibat higiene yang buruk atau makanan yang tercemar. Individu yang tinggal ditempat-tempat yang padat dimana higiene mungkin tidak adekuat, misalnya panti-panti asuhan, institusi mental, penjara dan penamupungan gelandangan, berisiko mengidap penyakit ini virus kadang-kadang ditularkan melalui darah.

      Waktu antara pajanan dan awitan gejala (masa tunas) untuk HAV adalah antara 4 dan 6 minggu. pengidap penyakit ini dapat menular sampai 2 minggu sebelum gejala muncul. Antibodi terhadap hepatitis A akan timbul saat gejala muncul. Penyakit biasanya berlangsung selama sekitar 4 bulam setelah pajanan. Tidak terbentuk (carrier) dimana individu tetap menular selama periode waktu tertentu setelah penyakit akut mereda dan tidak terjadi stadium fulminan setelah penyakit akut.

    2. Hepatitis B

      Kadang-kadang disebut hepatitis serum. Penyakit ini bersifat serius dan biasanya menular melalui kontak dengan darah yang mrngandung virus. Penyakit ini juga ditularkan melalui hubungan kelamin dan dapat ditemukan didalam semen dan cairan tubuh lainnya. Yang beresiko khusus pengidap HBV adalah pemakaian obat-obatan terlarang, intravena, para pekerja kesehatan dan heteroseks atau homoseks yang aktif secara seksual. Para remaja memperlihatkan angka hepatitis B yang tinggi, sering ditularkan melalui hubungan kelamin.

      Hepatitis B memiliki masa tunas yang lama, antara 1 dan 7 bulan dengan awitan rerata 1-2 bulan. Stadium akut dari suatu infeksi akut aktif dapat berlangsung sampai 2 bulan. Sekitar 5-10% orang dewasa yang terjangkit HBV akan mengalami hepatitis kronik dan terus mengalami peradangan hati selama lebih dari 6 bulan. Hepatitis kronik dapat bersifat progresif lambat atau fulminan yang menyebabkan nekrosis hati, sirosis, kegagalan hati dan kematian. Individu yng terinfeksi HBV juga dapat menjadi pembawa menetap sehingga dapat menularkan penyakitnya tanpa memperlihatkan gejala-gejala sakit. Yang terutama cenderung menjadi pembawa adalah mereka yang terinfeksi selama masa bayi dan individu dengan imunosupresi.

      Virus hepatitis B adalah suatu virus DNA untai-ganda yang disebut partikel Dane, virus ini memiliki sejumlah antigen inti (core) dan permukaan yang telah diketahui secara rinci yang dapat diidentifikasi dilaboratorium dan sampel darah. Antigen yang biasanya dihasilkan pertama kali oleh hapatosit yang terinfeksi adalah antigen permukaan diselubungi virus yang disebut HbsAg. Identifikasi antigen ini, atau DNA hepatitis itu sendiri didalam serum, bersifat diagnostik untuk infeksi hepatits B aktif. Donor darah secara rutin diperiksa untuk mencari antigen-antigen HBV.

      Sebagai respon terhadap adanya berbagai antigen virus, individu membentuk bermacam-macam antibodi dalam suatu rangkaian yang dapat diperkirakan, dimulai dari stadium akut penyakit sampai awal pemulihan. Sebagai antibodi terhadap HBV menetap seumur hidup setelah pasien pulih dari penyakitnya. Apabila seseorang terus mengidap virus hapatitis B seperti diperlihatkan oleh menetapnya HbsAg, maka orang tersebut dapat mengalami hepatitis kronik. Pada hepatitis kronik tidak dijumpai antibodi terhadap HbsAg.

    3. Hepatitis C

      Dahulu disebut hepatitis non-A non-B, diidentifikasi tahun 1989. virus RNA ini merupakan penyebab tersering infeksi hepatitis yang disebabkan melalui suplai darah komersil. HCV ditularkan dengan cara yang sama seperti HBV, tetapi terutama melalui tranfusi dari virus ini juga dapat menimbulkan keadaan kronik. Individu yang terinfeksi HCV berisiko mengalami kanker hati HCV dapat diukur, terdapat cukup banyak waktu jeda antara saat pasien yang mengidap penyakit ini menular dan saat pasien tersebut mulai membentuk abtibodi.

    4. Hepatitis D

      Disebut hepatitis delta dan senarnya adalah suatu virus defektif yang ia sendiri tidak dapat menginfeksi hepatosit untuk menimbulkan hepatitis virus ini melakukan infeksi dengan HBV sehingga infeksi HDV bertambah parah. Infeksi oleh HDV juga dapat timbul belakangan pada individu yang mengidap infeksi kronik HBV. Virus hepatitis delta ini meningkatkan resiko timbulnya hepatitis fulminan, kegagalan hati dan kematian. Hepatitis D ditularkan seperti HBV antigen dan antibodi HDV dapt diperiksa pada donor darah.

    5. Hepatitis E

      Diidentifikasi tahun 1990 virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingesti air yang tercemar. Sebagian besar kasus yang dilaporkan ditemukan dinegara-negara pembawa (carrier) atau menyebabkan hepatitis kronik. Namun dapat terjadi hepatitis fulminan yang akhirnya menyebabkan kegagalan hati dan kematian. Pada saat ini belum tersedia pemeriksaan untuk HEV.

  3. Etiologi
    1. Virus Hepatitis A (HAV)
    2. Virus Hepatitis B (HBV)
    3. Virus Hepatitis C (HCV)
    4. Virus Hepatitis D (HDV)
    5. Virus Hepatitis E (HEV)
  4. Patofisiologi

    Setelah hepar membuka sejumlah agen, seperti virus. Hepar menjadi membesar dan mendesak dengan meradang sel-sel hati, lymposit-lymposit, bertambahnya cairan, sehingga dalam kuadran kanan atas terasa sakit dan tidak nyaman. Sebagai kemajuan dan kelanjutan proses penyakit, pembelahan sel-sel hati yang normal berubah menjadi peradangan yang meluas, nekrosis dan regenersi dari sel-sel hepar. Meningkatnya penekanan dalam lintasan sirkulasi disebabkan karena masuk dan bercampur dengan aliran daran kedalam pembelahan jaringan-jaringan hepar. Oedema dari saluran empedu hati yang terdapat pada jaringan intrahepatik menyebabkan kekuningan.

    Data spesifik pada patogenesis hepatitis A, B, C, D dan E sangat terbatas. Tanda-tanda investigasi mengingatkan pada manifestasi klinis dari peradangan akut HBV yang menentukan oleh respon imunologi dari klien. Komplek kekebalan-kerusakan jaringan secara tidak langsung memungkinkan untuk manifestasi extrohepatik dari hepatitis akut B. Hepatitis B diyakini masuk kedalam sirukulasi kekebalan tubuh tersimpan dalan dinding pembuluh darah dan aktif dalam sistem pengisian (Dusheiko,1990). Respon-respon klinik terdiri dari nyeri bercampur sakit yang terjadi dimana-mana.

    Phase atau tahap penyembuhan dari hepatitis adalah ditandai dengan aktivitas fagositosis atau aktifitas enzym, perbaikan sel-sel haper. Jika tidak sungguh-sungguh komplikasi berkembang, sebagian besar penyembuhan fungsi hati klien secara normal setelah hepatitis virus kalah. Regeneasi lengkap biaanya terjadi dalam dua sampai tiga bulan.

  5. Gambaran klinis

    Gambaan klinis hepatitis virus dapat berkisar dari asimtomatik sampai penyakit yang mencolok, kegagalan hati dan kematian . terdapat tiga stadium pada semua jenis hepatitis: stadium prodomal, stadium ikterus, dan periode konvalensensi (pemulihan).

  • Stadium Prodromal.

    Disebut periode praikterus, dimulai setelah periode masa tunas virus selesai dan pasien mulai memperlihatkan tanda-tanda penyakit. Stadium ini disebut praikterus karena ikterus belum muncul. Individu akan sangat infeksius pada stadium ini. Antibodi terhadap virus biasanya belum dijumpai. Stadium ini berlangsung 1-2 minggu dan ditandai oleh:

    • Malaese umum.
    • Rasa lelah.
    • Gejala-gejala infeksi saluran nafas atas.
    • Mialgia (nyeri otot) keengganan terhadap sebagian besar makanan.
  • Stadium Ikterus

    Stadium hepatitis virus dan dapt berlangsung 2-3 minggu atau lebih. Pada sebagian besar orang, stadium ini ditandai oleh, seperti diisyaratkan oleh namanya, timbulnya ikterus. Manifestasi lain adalah:

    • Memburuknya dan nyeri hati
    • Splenomegali
    • Mungkin gatal (pruritus) dikulit
  • Stadium Pemulihan

    Stadium ketiga dan biasanya timbul dalam 4 bulan untuk hepatitis B dan C dan selama 2-3 bulan untuk hepatitis A. selama periode ini:

    • Gejala-gejala mereda, termasuk ikterus
    • Nafsu makan pulih
  1. Komplikasi

    Komplikasi hepatitis adalah timbulnya hepatitis kronik yang terjadi apabila individu terus memperlihatkan gejala dan antigen virus menetap lebih dari 6 bulan. Gambaran klinis hepatitis aktif kronik atau fulminan mungkin gambaran kegagalan hati diatas, dengan kematian timbul dalam 1 minggu sampai beberapa tahun kemudian.

  2. Penatalaksanaan
  • Istirahat sesuai keperluan.
  • Pendidikan mengenai menghindari pemakaian alkohol atau obat lain.
  • Pendidikan mengenai cara penularan kepada mitra seksual dan anggota keluarga.
  • Keluarga dari pasien hepatitis ditawarkan untuk menerima gama globulin murni yang spesifik terhadap HAV atau HBV, yang dapat memberikan imunitas pasif terhadap infeksi. Imunitas ini bersifat sementara.
  • Baru-baru ini FDA memberi izin untuk pemberian suatu vaksin hepatitis A. vaksin ini dibuat dari virus hepatitis inaktif. Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa vaksin ini 96% efektif setelah setelah pemberian satu dosis.
  • Tersedianya vaksin untuk HBV. Karena sifat virus yang sangat menularkan dan berpotensi menyebabkan kamatian, maka sangat dianjurkan bahwa semua individu yang termasuk kelompok beresiko tinggi, termasuk para pekerja kesehatan atau orang-orang yang terpajan keproduk darah, divaksinasi. Yang juga dianjurkan untuk divaksinasi adalah orang-orang yang berisiko terinfeksi virus, termasuk kaum homoseks atau heteroseks yang aktif secara seksual, pecandu obat bius dan bayi.
  • Vaksinasi terhadap HBV dihasilkan melalui penyuntikan Intramuskulus DNA rekomendasi sebanyak tiga kali pada interval-interval yang telah ditentukan. Dosis pertama dan kedua diberikan terpisah satu bulan dan dosisi ketiga diberikan 6 bulan setelah dosis kedua. Vaksinasi ini 85% efektif dalam membentuk kekebalan.


 

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

  • Data yang ditemukan saat pengkajian
    • Stadium Pre Ikterik

      Klien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada perut kanan, urin berwarna lebih cokelat.

    • Stadium Ikterik

      Ikterik timbul, keluhan berkurang, lemah, anoreksia, muntah, tinja berwarna kelabu/kuning muda, hati membesar dan nyeri tekan.

    • Stadium Post Ikterik

      Ikterik mereda dan tinja normal.

  • Dasar data pengkajian pasien
  1. Aktivitas/Istirahat

    Gejala    : Kelemahan, kelelahan, malaise umum.

  2. Sirkulasi

    Tanda    : Bradikardi (hiperbilirubinemia berat)

            Ikterik pada sklera, kulit membran mukosa.

  3. Eliminasi

    Gejala    :    Urine gelap

            Diare/Konstipasi: fese warna tanah liat

            Adanya/berulangnya hemodialisa.

  4. Makanan/Cairan

    Gejala    :    Hilangnya nafsu makan (anoreksia), penurunan berat badan atau meningkat (edema). Mual, muntah.

    Tanda     :    Asites.

  5. Neurosensori

    Tanda    :    Peka rangsang, cenderung tidur, letarge, asterksis.

  6. Nyeri/Kenyamanan

    Gejala    :    Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas.

            Mialgia, artralgia, skit kepala.

            Gatal (pruritus).

    Tanda    :    Otot tegang, gelisah.

  7. Keamanan

    Gejala    :    Adanya transfusi darah

    Tanda    : Demam

            Urtikaria, lesi mekulopapular, eritema tak beraturan.

    Eksaserbasi jerawat

    Angioma jaring-jaring, eritema palmar, ginekomastia (kadang-kadang ada pada hepatitis alkoholik). Splenomegali, pembesaran nodus servikal posterior.

  • Pemeriksaan Diagnostik.
    • Tes fungsi hati: Abnormal (4-10 kali dari normal).
    • SGOT/SGPT: Awalnya meningkat. Dapaat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
    • Darah lengkap: sel darah merah menurun sehubungan dengan penurunan hidup eritrosit (gangguan hati) atau mengakibatkan perdarahan.
    • Leukopenia: Trombositopenia mungkin ada (splenomegali).
    • Diferensial darah lengkap: Leukositosis, monositosis, limposit atopikal dan sel plasma.
    • Alkali fosfatase: Agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat).
    • Feses: Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).
    • Anti-HVAIgM: positif pada tipe A.
    • HbsAg: Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A).
    • Masa protrombin: Mungkin memanjang (difungsi hati).
    • Bilirubin serum: Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler.
    • Tes ekskresi BSP: Kadar darah meningkat.
    • Biopsi hati: Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim.
    • Urinalisa: Peninggian kadar bilirubin: Protein/hematuria dapat terjadi.
  • Prioritas Keperawatan
    • Menurunkan kebutuhan terhadap hati, selama meningkatkan kesehatan fisik.
    • Mencegah komplikasi.
    • Meningkatkan konsep diri, penerimaan situasi.
    • Memberikan informasi tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
  • Tujuan Pemulangan
    • Memenuhi kebutuhan dasar perawatan diri.
    • Komplikasi tercegah/minimal.
    • Menerima kenyataan situasi yang ada.
    • Proses penyakit dan program terapi dipahami.
  • Diagnosa Keperawatan
    • Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan kekuatan/ketahanan nyeri ditandai dengan laporan kelemahan, ketidaknyamanan kerja, penurunan kekuatan otot.

      Kriteria hasil:

      • Menunjukan teknik/perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas.
      • Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.

      Intervensi:

      • Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan tenang; batasi pengunjung sesuai keperluan.
      • Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.
      • Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak.
      • Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati.
      • Kolaborasi:
        • Berikan antidot atau bantu dalam prosedur sesuai indikasi (lavase, katarsis, hiperventilasi).
        • Berikan obat sesuai indikasi: Sedatif, agen antiansietas.
    • Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik (anoreksia, mual/muntah), gangguan absorbsi dan dengan kurang minat terhadap makanan, nyeri abdomen, penurunan BB.

      Kriteria hasil:

      • Menunjukan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan/mempertahankan berat badan yang sesuai.
      • Menunjukan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi.

      Intervensi:

      • Awasi pemasukan diet/ jumalah kalori.
      • Berikan perawatan mulut sebelum makan.
      • Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
      • Kolaborasi:
        • Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien, dengan masukan lemak dan protein sesuai toleransi.
        • Berikan obat, sesuai indikasi:
          • Antiemetik, contoh metacloperamide, trimetobenzoid.
          • Antisada, contoh Mylanta, Titralac.
    • Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan faktor risiko (kehilangan berlebihan melalui muntah dan diare).

      Kriteria hasil:

      • Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, turgor kulit baik.

      Intervensi:

      • Kaji tanda vital, turgor kulit dan membran mukosa.
      • Awasi masukan dan haluaran.
      • Observasi tanda perdarahan, contoh hematuria/melena.
      • Kolaborasi:
        • Awasi nilai laboratorium, contoh Hb/Nt, Na+ albumin.
        • Berikan cairan IV (biasanya glukosa), elektrolit; protein hidrolisat.
        • Antasida atau reseptor H2 antagonit, contoh Simetidin.
    • Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan faktor resiko (pertahanan primer tidak adekuat), kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pada patogen.

      Kriteria hasil:

      • Meyatakan pemahaman penyebab individu/faktor risiko.
      • Menunjukan teknik; melakukan perubahan pola hidup untuk menghindari infeksi ulang.

      Intervensi:

      • Lakukan teknik isolasi infeksi enterik dan pernapasan sesuai kebijakan RS; termasuk cuci tangan efektif.
      • Awasi/batasi pengunjung sesuai indikasi.
      • Berikan informasi tentang adanya gama globulin, ISG, HBIG, vaksin hepatitis B.
      • Kolaborasi: Obat antivirus; Vidaralun, asiklovir, interferon alfa-2bv.


 


 


 


 


 


 


 


 

DAFTAR PUSTAKA


 


 

Corwin, Elizabeth J, Buku Saku Patofisiologi, penerbit buku kedoteran EGC Jakarta, 2000.

Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

Smeltzer, Suzanne C, Buku Ajar Keperawatan medikal-bedah Brunner dan Suddatrh edisi 8, Jakarta: EGC, 2001.

Syaifuddin, H. Anatomi Fisisologi untuk siswa perawat, edisi 2, penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.A

DENGAN HEPATITIS

DIRUANG PERAWATAN PENYAKIT DALAM PRIA

RSUD ULIN BANJARMASIN


 

  • BIODATA
    • Identitas klien/pasien

      Nama    : Tn. A

      Umur    : 38 tahun

      Suku/bangsa    : Banjar/Indonesia

      Agama    : Islam

      Status    : Kawin    

      Marital    : D II

      Pendidikan    : Kawin

      Pekerjaan    : PNS

      Bahasa yang digunakan    : Banjar

      Alamat    : Anjir

      Kiriman dari    : Puskesmas Anjir Pasar

    • Penanggung jawab klien/pasien

      Nama    : Ny. N

      Hubungan dengan klien    : Isteri

      Umur    : 35 tahun

      Pendidikan    : D III

      Pekerjaan    : Bidan

      Alamat    : Anjir


       

    • Tanggal masuk RS    :    20-12-2005
    • Nomor register    : 60.67.27
  • ALASAN MASUK RUMAH SAKIT
  1. Alasan dirawat

    Pasien dirawat karena keluarganya sangat khawatir melihat keadaannya yang mana kencing berwarna seperti teh, BAB berwarna hitam dan nyeri perut kanan bagian bawah.

  2. Keluahan utama

    Nyeri pada perut, demam, anoreksia, tidur terganggu.

    1. Provocative/Palliative

      Disebabkan oleh inflamasi pada jaringan hati, faktor yang memperbarat, anoreksia dan muntah.

    2. Quality/Quantity

      Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti menusuk dan menyebar kedaerah punggung kanan belakang.

    3. Regional

      Lokasinya di daerah abdomen kanan bawah.

    4. Severitu Scale

      Nyeri yang dirasakan klien termasuk nyeri skala 2 (nyeri sedang), skala nyeri:

      0    : Tidak nyeri.

      1    : Nyeri ringan.

      2    : Nyeri sedang.

      3    : Nyeri berat.

      4    : Nyeri sangat berat.

    5. Timing

      Mulai timbul sejak ± 4 hari SMRS, nyeri yang dirasakan bersifat hilang timbul.

  • RIWAYAT KESEHATAN
  1. Riwayat kesehatan sebelum sakit ini.

    Penyakit yang pernah dialami pasien hanya penyakit ringan seperti influenza, pasien tidak pernah masuk rumah sakit sebelum ini.

  2. Riwayat kesehatan sekarang

    ± 4 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri pada daerah ulu hati yang menjalar kedaerah punggung kanan belakang. Nyeri bersifat hilang timbul, selain itu selama 4 hari SMRS pasien juga ada mengalami demam tinggi, menggigil. Demam tidak ada turun walaupun diberi obat antipiretik. Selain itu pasien ada muntah 1 kali volume 2 gelas aqua → sampai muntahan terasa pahit, 2 hari SMRS pasien ada muntah 1 kali, selama sakit nafsu makan pasien mengalami penurunan, BAK berwarna seperti teh, BAB 2 hari SMRS berwarna hitam, sampai sekarang belum ada BAB.

  3. Riwayat kesehatan keluarga

    Didalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti pasien dan didalam keluarga pasien tidak ada riwayat keturunana seperti diabetes melitus atau hipertensi.

  • AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI
  1. Makan dan Minum
    1. Nutrisi

      Dirumah makan 3 sehari berupa nasi, sayur dan ikan tapi selama sakit pasien hanya 1-2 sendok saja karena jika pasien terlalu banyak makan perutnya bertambah sakit.

      Di RS diit yang diberikan bubur biasa dan hanya 1-2 sendok saja dimakan dari porsi yang disediakan.

    2. Minum

      Dirumah jenis minuman air putih, banyaknya 6-8 gelas sehari.

      Di RS minum jika merasa haus (4-5 gelas sehari).

  2. Eliminasi
    1. BAB

      Dirumah pasien BAB 1 kali sehari, warna kuning, bau khas, konsistensi lunak. 2 hari SMRS pasien BAB 1 kali berwarna hitam dengan konsistensi lembek.

      Di RS pasien tidak pernah BAB.

    2. BAK

      Dirumah frekuensinya 3-4 kali sehari dengan warna kuning muda, berbau pesing dan tidak ada gangguan BAK, 2 hari SMRS waranya seperti air teh.

      Di RS tidak ada perubahan frekuensi maupun bau, warnanya seperti air teh.

  3. Istirahat dan Tidur
    1. Istirahat

      Dirumah pada siang hari istirahat 1-2 jam dan malam 3-4 jam.

      Di RS pasien istirahat total.

    2. Tidur

      Dirumah pasien biasanya tidur siang selama 1 jam dan malam 7-8 jam, selama sakit pasien tidak dapat tidur dengan nyenyak dan hanya bisa tidur ± 5 jam, karena nyeri.

  4. Aktivitas

    Dirumah pasien bekerja sebagai guru, diRS klien istirahat total ditempat tidur.

  5. Kebersihan

    Dirumah mandi 2 kali sehari, ganti pakaian 3x sehari, gosok gigi 2x sehari.

    Di RS pasien tidak pernah mandi hanya diseka keluarganya.

  6. Rekreasi

    Pasien sebelum masuk rumah sakit, sering nonton televisi dan mengajak anak-anaknya jalan-jalan.


 

  • PSIKOSOSIAL
  1. Psikologi

    Persepsi pasien terhadap penyakitnya, pasien yakin sakitnya akan sembuh dengan berobat dan perawatan intensif di RS.

    Pasien dapat beradaftasi dengan lingkungan RS dan menerina tindakan yang diberikan.

  2. Sosial

    Hubungan pasien dengan pasien lain baik (mereka saling mengerti dengan kondisi yang dialami mereka), hubungan pasien dengan keluarga baik (terlihat dari selalu ada keluarga yang membesuknya dan menemaninya), hubungan pasien dengan tim medis baik (pasien dapat bekerjasama dan menerima tindakan yang diberikan.

  3. Spiritual

    Pelaksanaan ibadah yaitu pasien melaksanakan ibadah shalat 5 waktu sehari, namun di RS tidak pernah melakukan shalat karena kondisi yang tidak memungkinkan, pasien hanya berdo'a dan berzikir ditempat tidur.

  • PEMERIKSAAN FISIK
  1. Keadaan umum
    1. Kesadaran: Composmentis
    2. Vital Sign:

      TD    : 120/80 mmHg.

      Pols    : 92 x/menit.

      RR    : 24 x/menit.

      T    : 38,5oC

  2. Head to too
    1. Kepala

      Tidak terdapat luka atau memar, bentuk kepala simetris, tidak terdapat kutu rambut, tidak terdapat ketombe.

    2. Rambut

      Bentuknya lurus, warna hitam dan penyebaran rambut merata.

    3. Mata (Penglihatan)

      Struktur mata simetris, tidak terdapat kelainan, visus/ketajaman penglihatan normal ( dapat membaca dengan jarak baca normal/25-30 cm), sklera ikterik, conjunctiva tidak anemis, pergerakan bola mata baik, tidak memakai alat bantu penglihatan (kaca mata).

    4. Hidung (Penciuman)

      Struktur simetris, tidak terdapat peradangan dan perdarahan, fungsi penciuman normal yaitu dapat membedakan bau alkohol dengan minyak kayu putih.

    5. Telinga (Pendenganran)

      Struktur telinga simetris, fungsi pendengaran baik, tidak terdapat serumen dan cairan, tidak terdapat perdarahan serta tidak memakai alat bantu pendengaran.

    6. Mulut dan Gigi

      Bentuk bibir simetris, bau mulut pasien tidak tercium saat pasien bicara, tidak terdapat perdarahan dan peradangan pada mulut, pasien tidak memakai gigi palsu, fungsi pengecap baik, mukosa kering.

    7. Leher

      Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening maupun kelenjar tiroid, tidak ada kaku kuduk/tengkuk (dapat menoleh kekiri dan kekanan).

    8. Thorax

      Gerakan dinding dada simetris, frekuensi pernapasan 24 x/menit, irama jantung reguler, tidak terdapat adanya benjolan ataupun nyeri tekan.

    9. Abdomen

      Inspeksi    : tidak terdapat adanya luka, ukuran simetris.

      Palpasi    : terdapat nyeri tekan, tidak terdapat pembesaran hati, limpa.

      Perkusi    : timpani.

    10. Reproduksi

      Pasien berjenis kelamin laki-laki, tidak ada gangguan dalam BAK, tidak terpasang kateter.

    11. Ekstremitas

      Ekstremitas atas dan ekstremitas bawah berfungsi dengan baik namun pada lengan kanan terpasang infus D 5%. Keterbatasn aktivitas dengan skala 2.

    12. Integumen

      Tidak ada penyakit kulit, warna kulit ikterik, turgor baik (kembali dalam 2 detik).


 

  • PEMERIKSAAN PENUNJANG
  1. Laboratorium

    Hasil pemeriksaan kimia darah        20-12-2005

    Glukosa sewaktu        108 mg/dl            Normal <200        

    SGOT     19 U/L        Normal 16-40

    SGPT         45 U/L            Normal 8-45

    Urea         21 mg/dl            Normal 20-45

    Kreatinin         0,7 mg/dl            Normal 0,5-1,7


 

WBC    1,27- (10^3/UL)

RBC    4,26 (10^6/UL)

HGB    13,1 (g/dl)

HCT    37,0 (%)

MCV    86,9 (FL)

MCH    30,8 (pg)

MCHC    35,4 (g/dl)

PLT    178 (10^3/UL)

RDW-SD    38,4 (FL)

RDW-CV    12,4 (%)

PDW    8,1 (FL)

MPV    8,2 (FL)

P-LCR    12,9 (%)

PCT    0,15 (%)

NEUT    0,01 (10^3/UL)        0,8 (%)

LYMPH    1,19 (10^3/UL)        93,7+ (%)

MONO    0,05 (10^3/UL)        3,9 (%)

EO    0,01 (10^3/UL)        0,8- (%)

BASO    0,01 (10^3/UL)        0,8 (%)


 

  1. USG

    24-25-2005

    Hepar normal

    Portal normal

    Lien normal

    Bilier normal

    Rend normal

    Prostat normal

    USG normal


     

  • PENGOBATAN
    • IVFD        D5% 20 tetes/menit.
    • Ranitidin    2x1 ampul.
    • Antrain        3x1 ampul.
    • Methycal    3x1 tab.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

  • ANALISA DATA


 

No 

Data subjektif dan objektif 

Etiologi 

Masalah 

1


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

2


 


 


 


 


 


 

3


 


 


 


 


 


 


 

4 

DS : Pasien mengeluh nyeri pada perut.

DO:

  • Nyeri tekan pada perut kanan bawah.
  • Pasien tampak meringis.
  • Vital sign:

    TD : 120/80 mmHg.

    Pols : 92 x/menit.

    RR : 24 x/menit

    T : 38,5oC

    • Skala nyeri 2.


 

DS : Pasien mengeluh badannya panas.

DO:

  • Kulit teraba panas.
  • Suhu tubuh 38 ,5oC.
  • Mukosa bibir kering
  • Pasien tampak gelisah.


 

DS : Pasien mengatakan tidak ada selera makan.

DO :

  • Pasien tampak lemah.
    • Porsi yang disajikan hanya 1-2 sendok dimakan.
    • Diit yang diberikan bubur biasa.


 

DS : Pasien mengatakan tidurnya sering terganggu apabila nyeri datang (± 5 jam dalam semalam).

DO :

  • Pasien tampak lemah,
  • Mata pasien terlihat sayu dan mengantuk. 

Proses inflamasi virus pada jaringan hati


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Proses inflamasi virus pada jaringan hati


 


 


 


 


 


 

Anoreksia.


 


 


 


 


 


 

Nyeri. 

Perubahan rasa nyaman (nyeri).


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Hipertermi.


 


 


 


 


 


 


 

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.


 


 


 


 

Gangguan pola istirahat dan tidur. 


 


 


 


 

  • DIAGNOSA KEPERAWATAN


 

No 

Diagnosa Keperawatan 

Tanggal muncul 

Tanggal teratasi 

1


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

2


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

3


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

4 

Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses inflamasi virus pada jaringan hati ditandai dengan:

DS : Pasien mengeluh nyeri pada perut.

DO:

  • Nyeri tekan pada perut kanan bawah.
  • Pasien tampak meringis.
  • Vital sign:

    TD : 120/80 mmHg.

    Pols : 92 x/menit

    RR : 24 x/menit

    T : 38,5oC

    • Skala nyeri 2.


 

Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi virus pada jaringan hati ditandai dengan:

DS : Pasien mengeluh badannya panas.

DO:

  • Kulit teraba panas.
  • Suhu tubuh 38 ,5oC.
  • Mukosa bibir kering
  • Pasien tampak gelisah.


 

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan:

DS : Pasien mengatakan tidak ada selera makan.

DO :

  • Pasien tampak lemah.
    • Porsi yang disajikan hanya 1-2 sendok dimakan.
    • Diit yang diberikan bubur biasa.


 

Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri ditandai dengan:

DS : Pasien mengatakan tidurnya sering terganggu apabila nyeri datang (± 5 jam dalam semalam).

DO :

  • Pasien tampak lemah,
  • Mata pasien terlihat sayu dan mengantuk. 

20-12-2005


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

20-12-2005


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

21-12-2005


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

21-12-2005 

-


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

24-12-2005


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

-


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

24-12-2005


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

  • INTERVENSI KEPERAWATAN


 

No 

Hari/ tanggal 

Diagnosa keperawatan 

tujuan 

Intervensi Keperawatan

Rasional 

1.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

2.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

3.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

4. 

Selasa, 20-12-05


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Selasa, 20-12-05


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Rabu, 21-12-05


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Rabu, 21-12-05 

I


 


 


 


 


 


 


 

II


 


 


 


 


 


 

III


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

IV 

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri teratasi dengan kriteria:

- Nyeri hilang.

- Ekspresi wajah pasien tenang/ rileks.

- Skala nyeri 0.


 


 


 


 


 


 

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Hipertermi teratasi dengan kriteria:

- Kulit terba hangat.

- Suhu tubuh dalam batas normal.


 

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria: makanan yang disediakan dapat dihabiskna minimal 1/2
dari porsi yang disediakan RS.


 


 

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, kebutuhan istirahat-tidur pasien terpenuhi, dengan kriteria:

- Pasien dapat tidur 6-8 jam setiap malam.

- Secara verbal mengatakan dapat rileks dan lebih segar. 

  • Tentukan karakteristik dan kualitas nyeri.
  • Pantau tanda-tanda vital.
  • Berikan tindakan nyaman misalnya perubahan posisi pijat punggung.
  • Ajarkan :
    • Teknik Relaksasi.
    • Teknik Distraksi.
  • Kolaborasi dalam pemberian analgetik.


 


 

  1. Ukur TTV (suhu) setiap 4 jam.
  2. Beri kompres hangat pada bagian prontal dan axilla.
  3. Anjurkan untuk minum yang banyak.
  4. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik sesuai indikasi.


 


 


 


 

  1. Motivasi pasien untuk makan.
  2. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan mulut.
  3. Anjurkan memberi makan dengan porsi kecil tapi sering.
  4. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

  1. Lakukan kajian masalah gangguan tidur.
  2. Lakukan persiapan tidur malam seperti pada jam 9 malam sesuai pola tidur pasien.
  3. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
  4. Berikan susu hangat sebelum tidur.
  5. Atur posisi senyaman mungkin.
  1. Data dasar untuk evaluasi keefektifan intervensi.
  2. Perubahan frekuensi jantung atau tekanan darah menunjukan bahwa pasien nyeri.
  3. Tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan.
  4. Mengalihkan perhatian pasien terhadap nyeri.
  5. Obat digunakan untuk meningkatkan kenyamanan/ istirahat.


 


 


 

  1. Karena dengan mengukur TTV (suhu) akan mengetahui perkembangan suhu tubuh pasien lebih lanjut.
  2. Karena dengan diberikan kompres , suhu tubuh berangsur-angsur turun.
  3. Karena dengan minum yang banyak diharaokan pasien tidak dehidrasi.
  4. menurunkan panas.


 


 


 


 


 

  1. Motivasi sangat penting bagi klien.
  2. Mulut yang bersih meningkarkan nafsu makan.
  3. Makanan dengan porsi kecil tapi sering dapat ditolerir oleh pasien.
  4. Diit yang sesuai dapat mempercepat penyembuhan.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

  1. Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana.
  2. Mengatur pola tidur.
  3. Meningkatkan tidur.
  4. Meningkatkan tidur.
  5. Meningkatkan tidur. 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

  • IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


 

No 

Hari/Tanggal 

Diagnosa Keperawatan

Implementasi 

1


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

2.


 


 


 


 


 


 


 


 

3.


 


 


 


 


 


 


 

4. 

Rabu,21-12-2005.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Rabu,21 12-2005.


 


 


 


 


 


 


 

Kamis,22-12-2005.


 


 


 


 


 


 

Kamis,22-12-2005.


 

I


 


 


 


 


 


 


 


 


 

II


 


 

III


 


 


 

IV


 

  1. Menentukan karakteristik dan kualitas nyeri.
  2. Memantau tanda-tanda vital

TD : 110/70 mmHg.

Pols: 86 x/menit

RR : 24 x/menit.

T : 38,5oC

  1. memberikan tindakan nyaman misalnya perubahan posisi pijat punggung.
    1. mengajarkan :
  • Teknik Relaksasi:
    • Pikiran pasien di istirahatkan.
    • Menganjurkan pasien menarik nafas dan menghembuskan pelan melalui mulut.
    • Setelah pasien merasa rileks, menganjurkan pasien bernafas secara pelan-pelan, bila nyeri hebat menganjurkan pasien bernafas dangkal.
  • Teknik Distraksi seperti mengalihkan perhatian klien kepada hal-hal yang disukainya seperti membaca buku atau membaca majalah.
  1. Kolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai indikasi, yaitu antrain 3x1 ampul.


 

  1. Mengukur TTV (suhu) setiap 4 jam.
  2. Memberi kompres hangat pada bagian prontal dan axilla.
  3. Menganjurkan untuk minum yang banyak.
  4. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik sesuai indikasi, yaitu Antrain 3x1 ampul.


 


 


 

  1. Memotivasi pasien untuk makan.
  2. Menganjurkan pasien untuk menjaga kebersihan mulut.
  3. Menganjurkan memberi makan dengan porsi kecil tapi sering.
  4. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit, diit yang diberikan bubur biasa.


 

  1. Melakukan kajian masalah gangguan tidur.
  2. Melakukan persiapan tidur malam seperti pada jam 9 malam sesuai pola tidur pasien.
  3. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
  4. Memberikan susu hangat sebelum tidur.
  5. Mengatur posisi senyaman mungkin.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

  • CATATAN PERKEMBANGAN


 

No 

Hari/Tanggal 

Diagnosa Keperawatan 

Perkembangan 

1


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

2


 


 


 


 


 


 


 


 

3


 


 


 


 


 


 


 


 


 

4


 


 

Sabtu, 24 desember 2005


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Sabtu, 24 desember 2005


 


 


 


 


 


 


 

Sabtu, 24 desember 2005


 


 


 


 


 


 


 


 

Sabtu, 24 desember 2005


 

I


 


 


 


 


 


 

II


 


 


 

III


 


 


 


 


 

IV

S : Pasien mengatakan nyeri berkurang.

O:

  • Pasien tampak tenang.
  • Skala nyeri 1.
  • Vital sign:

    TD : 110/70 mmHg.

    Pols : 80 x/menit.

    RR : 24 x/menit.

    T : 37oC.

A : Masalah teratasi sebagian.

P : Lanjutkan intervensi.


 


 

S : Pasien mengatakan badanya tidak panas lagi.

O :

  • Kulit teraba hangat.
  • Pasien tampak tenang.
  • Suhu tubuh 37oC.

A : Masalah teratasi.

P : Intervensi dihentikan.


 


 


 

S : Pasien masih mengatakan tidak ada selera makan.

O :

  • Pasien tampak lemah.
  • Porsi yang disediakan hanya 2-3 sendok dimakan.

A : Masalah belum teratasi.

P : Lanjutkan intervensi.


 


 


 

S : Pasien mengatakan sudah bisa tidur ± 6 jam walaupun kadang terjaga karena nyeri masih dirasakan.

O : Pasien tampak lebih segar.

A : Masalah teratasi.

P : Intervensi dihentikan