Laman

Jumat, 26 November 2010

INSECTA

INSECTA

BAB I
PENDAHULUAN

Apakah insekta itu ? kata insekta, berasal dari bahasa latin,insecti yang berarti serangga. Insekta termasuk salah satu anggota dari filium Arthropoda. Banyak anggota insekta yang dapat ditemukan disekitar kita misalnya lalat, kupu- kupu, kecoak, jangkrik, semut, nyamuk dan belalang. Anggota insekta sangat beragam, tetapi memiliki ciri khusus,yaitu kakinya berjumlah enam buah,sehingga disebut juga hexapoda ( hexa = enam, podos = kaki ). Diperkirakan jumlah insecta lebih dari 900.000 jenis yang terbagi dalam 25 ordo. Hal ini menunjukkan bahwa banyak sekali variasi dalam kelas insecta baik bentuk maupun sifat dan kebiasaannya.

Morfologi
Morfologi dan susunan tubuh luar kelas insecta mirip dengan morfologi filum Artropoda pada umumnya. Tubuhnya terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kepala, toraks, dan abdomen yang mempunyai batas jelas satu dengan lainnya.

Kepala
Pada kepala terdapat satu pasang mata facet (majemuk), mata tunggal (ocellus), dan satu pasang antena sebagai alat peraba. Alat mulut yang disesuaikan untuk mengunyah, menghisap, menjilat dan menggigit. Bagian mulut ini terdiri atas rahang belakang (mandibula), rahang depan (maksila), dan bibir atas (labrum) serta bibir bawah (labium).











Gambar 14. Berbagai tipe mulut serangga



Toraks
Dada terdiri dari tiga segmen atau ruas yang terlihat jelas, yaitu dari depan prothoraks, mesothoraks, dan metathoraks dan pada setiap segmen terdapat sepasang kaki, sayapnya terdapat mesothoraks dan metathoraks. Pada insekta yang bersayap sepasang, sayap belakangnya mereduksi, mengecil dan disebut halter yang berfungsi sebagai alat keseimbangan. Tubuh insecta diperkuat dengan eksoskelet dari chitine.
Susunan kaki pada insekta terdiri-dari ruas-ruas yaitu :
a. Panggul (coxa)
b. Gelang paha (trokanter)
c. Paha (femur)
d. Ruas betis (tibia)
e. Ruas-ruas kaki (tarsus)

Abdomen
Pada perut insekta ada sebelas segmen, pada stadium embrio segmen ditemukan lengkap, tetapi pada bentuk dewasa segmen dibagian posterior menjadi alat reproduksi. Abdomen dalam bentuk dewasa tidak berkaki tetapi pada stadium larva mempunyai kaki. Pada abdomen terdapat spirakel, yaitu lubang pernapasan yang menuju tabung trakea. Anatomi internal terdiri beberapa sistem organ yang kompleks, yaitu sistem pencernaan, system pernapasan, system sirkulasi, system pengeluaran zat dan system saraf. Perut (abdomen) memiliki sebelas (11) ruas atau beberapa ruas saja. Pada belalang betina, bagian belakang perut terdapat ovipositor yang berfungsi untuk meletakkan telurnya. Pada segmen pertama terdapat alat pendengaran atau membran tympanum.

System sirkulasi
Sistem sirkulasi insekta berupa sistem sirkulasi terbuka dengan organ sebuah jantung pembuluh yang berfungsi mempompa hemolimfa melalui sinus homosol (rongga tubuh).

System respirasi
Insekta bernapas dengan system trakea yang berupa tabung bercabang yang dilapisi kitin. Oksigen masuk secara langsung dari trakea ke sel-sel tubuh. Sistem trakea membuka ke bagian luar tubuh melalui spirakel, yaitu pori-pori yang dapat membuka dan menutup untuk mengatur aliran udara dan membatasi hilangnya air.

System pencernaan makanan
Saluran pencernaan insecta terdiri atas tiga bagian, yaitu stomodeum atau foregut, mesenteron atau midgut dan proctodeum atau hindgut. Stomodeum terdiri atas rongga mulut, kelenjar ludah, epifaring, hipofaring, faring, proventrikulus dan divertikel esofagus (crop). Mesenteron terdiri atas lambung yang bagian posteriornya terdapat Malpighian tubules yang berperan sebagai alat ekskresi. Proctodeum merupakan usus sebenarnya, terdiri atas ileum, kolon, rectum dan anus. Di daerah ileum terdapat muara Malpighian tubules.

System reproduksi
Insecta jantan memiliki dua buah testis dan satu buah penis, sedangkan insecta betina memiliki dua buah ovarium, ovarium tubules yang merupakan saluran utama yang berhubungan dengan receptaculum seminis ovipositor. Reproduksi insecta dapat berupa oviparous, viviparous, larviparum atau pupiparus. Beberapa jenis insecta dapat bersifat partenogenetik.









Gambar 15. Struktur dalam belalang
Metamorfosis
Perkembangan dimulai setelah telur insekta menetas. Telur dihasilkan dari hasil fertilisasi, fertilisasi umumnya terjadi secara internal, Setelah terjadi fertilisasi,maka insekta betina akan meletakan telurnya pada sumber makanan yang tepat.Setelah menetas dapat mulai makan.Kebanyakan insekta mengalami perkawinan sekali dalam seumur hidupnya. Dalam perkembangan hidupnya sebagian besar insekta mengalami metamorfosis, hanya sebagian kecil saja yang tidak mengalami metamorfosis (ametabola) yaitu perkembangan insekta muda menjadi insekta dewasa dengan pertambahan ukuran tubuh tidak mengalami perubahan bentuk,contoh kutu buku.

Serangga dalam perkembangannya menuju dewasa mengalami metamorfosis. Metamorfosis adalah perubahan bentuk serangga mulai dari larva sampai dewasa. Adapula serangga yang selama hidupnya tidak pernah mengalami metamorfosis, misal kutu buku (Episma saccharina). Berdasarkan metamorfisnya, serangga dibedakan atas dua kelompok, yaitu: Hemimetabola dan Holometabola.
Hemimetabola
Hemimetabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Dalam daur hidupnya Hemimetabola serangga mengalami tahapan perkembangan sebagai berikut:
1. Telur
2. Nimfa, ialah serangga muda yang mempunyai sifat dan bentuk sama dengan dewasanya. Dalam fase ini serangga muda mengalami pergantian kulit.
3. Imago (dewasa), ialah fase yang ditandai telah berkembangnya semua organ tubuh dengan baik, termasuk alat perkembangbiakan serta sayapnya.









Gambar 16. Daur hidup belalang
Kelompok Hemimetabola meliputi beberapa ordo, antara lain:
1. Achyptera atau Isoptera
2. Orthoptera
3. Odonata
4. Hemiptera
5. Homoptera

Holometabola
Holometabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Tahapan dari daur serangga yang mengalami metamorfosis sempurna adalah telur – larva – pupa – imago. Larva adalah hewan muda yang bentuk dan sifatnya berbeda dengan dewasa. Pupa adalah kepompong dimana pada saat itu serangga tidak melakukan kegiatan, pada saat itu pula terjadi penyempurnaan dan pembentukan organ. Imago adalah fase dewasa atau fase perkembangbiakan.
Berdasarkan ciri sayap dan alat mulutnya, kelompok Holometabola ini meliputi 6 ordo, yaitu ordo:

1.Neuroptera
2.Lepidoptera
3.Diptera
4.Coleoptera
5.Siphonoptera
6. Hymenoptera

Klasifikasi
Insecta diklasifikasikan atas dasar ada tidaknya sayap, pertumbuhan sayap, jenis metamorfosis, susunan mulut, dan ciri – ciri khas lainnya





BAB II

INSECTA DAN PENULARAN PENYAKIT

Ordo Phthriraptera (Anoplura)
Anoplura memiliki tiga pasang kaki yang ujungnya berkait untuk melekatkan diri pada rambut hospes. Di belakang antena yang terdiri atas 5 segmen terdapat satu pasang mata yang kecil ukurannya. Telur parasit yang berwarna putih dan berbentuk lonjong ini mempunyai penutup telur (operculum). Telur juga berperekat sehingga telur mampu melekat erat pada rambut. Dalam satu hari, seekor betina bertelur sebanyak 6-9 butir.
Dari ordo ini yang hidup parasitic pada manusia adalah famili pediculidae yang termasuk dalam ordo Anoplura. Tiga spesies penting yang hanya hidup parasitic pada mnusia adalah Pediculus humanus capitis, P. humanus corporis dan Phthirus pubis. Ektoparasit ini tersebar luas di seluruh dunia, terutama di daerah beriklim dingin yang penduduknya sering berpakaian tebal, jarang mandi dan kurang menjaga kebersihan badannya. Penyakit pedikulosis yang ditimbulkannya mudah ditularkan melalui hubungan langsung antar individu, atau melalui benda – benda pribadi yang digunakan bersama-sama, misalnya topi, pakaian dalam, dan sisir. Phthirus pubis sering ditularkan melalui hubungan kelamin. Pada suhu 5o C, Phthirus pubis mampu hidup selama dua hari tanpa makan, sedang Pediculus humanus dapat bertahan hidup sepuluh hari. Pada suhu 40o C, semua parasit dewasa spesies tersebut akan mati, tetapi telurnya masih dapat hidup selama 15 menit pada suhu 60o C.

Gambar. Ordo Pthiraptera


Pedikulosis
Infestasi parasit ini pada manusia disebut pedikulosis. Gigitan parasit menimbulkan iritasi kulit yang terjadi akibat air liur yang dikeluarkan pada waktu menghisap darah mangsanya. Iritasi kulit dapat berlangsung selama beberapa hari. Akibat gigitan parasit, terbentuk papula berwarna merah yang terasa sangat gatal. Kulit membengkak dan berair. Infestasi berulang menyebabkan terjadinya pengerasan kulit disertai pigmentasi. Keadaan ini disebut morbus errorum atau vagabond’s disease. Jika akibat garukan terjadi infeksi sekunder, akan timbul pustule, krusta atau proses pernanahan. Penderita dapat terganggu tidurnyadan mengalami depresi mental.
Diagnosis pedikulosis ditegakkan jika terjadi rasa gatal disertai bekas garukan, dan diagnosis pasti dapat ditegakkan jika ditemukan parasit dewasa atau telurnya. Pengobatan pedikulosis diberikan simtomatis untuk mengobati gatalnya dan terhadap parasitnya dapat diberikan insektisida atau benzoas benzylicus emulsion.

Penyakit yang ditularkan oleh Anoplura
Hanya Pediculus humanus cosporis yang dapat menjadi vector penular penyakit, yaitu :
1. Epidemic typhus (typhus fever). Infeksi Rikcettsia prowazekii ini ditularkan melalui kontaminasi luka gigitan ektoparasit yang tercemar tinja atau koyakan badan ektoparsit yang infektif. Pada penularan epidemic typhus ini, manusia merupaka sumber penularan dalam bentuk asymptomatic carrier.
2. Epidemic relapsing fever. Penyakit yang disebabkan oleh Borrelia recurrentis ini dapat menular dengan cara seperti penularan typhus fever. Pediculus humanus corporis yang terinfeksi Borrelia akan tetap infektif selama hidupnya.
3. Trench fever. Riketsiosis oleh Rickettsia Quintana ini ditularkan melalui gigitan ektoparasit yang infektif atau melalui luka lecet yang tercemar tinja ektoparasit yang infektif . Satu kali anoplura terinfeksi riketsia, ektoparasit ini akan tetap infektif selama hidupnya.


Ordo Hemiptera
Ordo ini terdiri atas 50.000 spesies, tetapi hanya beberapa spesies yang penting bagi kesehatan manusia. Bentuk mulut berfungsi untuk menusuk dan menghisap. Alat penusuk (proboscis) yang beruas – ruas, terdapat di bagian depan kepala. Pada wktu istirahat, proboscis terlipat di adaerah thoraks. Terdapat dua famili yang penting, yaitu famili Reduviidae dan famili Cimicidae.


Gambar. Ordo Hemiptera

Famili Cimicidae
Famili ini tidak bersayap, hanya tampak sisa sayap depan. Bentuk dewasa berbadan lonjong, pipih dorsoventral. Tubuh tertutup oleh rambut – rambut pendek. Panjang badan sekitar 5,5 mm dengan betina yang berukuran lebih besar dari yang jantan. Dua spesies yang penting dari family Cimicidae adalah Cimex lectularius yang banyak dijumpai di daerah subtropics dan Cimex hemipterus yang terdapat di daerah tropis.
Gigitan Cimex menimbulkan bekas berwarna merah disertai rasa gatal didaerah gigitan. Pada anak yang peka terhadap air ludah Cimex, gigitannya dapat menimbulkan urtikaria sistemik atau asma bronchial. Cimex tidak menularkan penyakit, meskipun dalam uji coba di laboratorium, hewan ini dapat menularkan Coxiella burnetti, Yersinia pestis, Leishmania donovani, dan Trypanosoma cruzi.

Famili Reduviidae
Family ini disebut juga assassin bug atau kissing bug. Hewan yang mempunyai kepala kecil ini, memiliki mata majemuk dan dua buah ocelli. Antena terdiri atas 4 segmen sedangkan proboscis terdiri atas 3 segmen. Karena mempunyai sayap, hewan ini dapat terbang dengan baik. Tubuhnya berwarna coklat mempunyai bercak – bercak berwarna merah dan kuning, terutama pada toraks, sayap, dan tepi abdomen.
Gigitan Reduviidae ada yang tidak menimbulkan rasa sakit. Pada beberapa spesies karena menghasilkan toksin, gigitannya menimbulakan rasa nyeri disertai pembengkakan di tempat gigitan, disertai rasa gatal, selulitis, limfangitis, dan limfadenitis. Family Reduviidae dapat menjadi vector penular Chagas disease yang disebabkan oleh Trypanosoma cruzi. Infeksi terjadi melalui luka gigitan yang tercemar tinja infektif. Berbagai genus yang dapat menjadi vector penularnya adalah Triatoma, Panstrongylus, Rhodnius, Eutriatoma, dan Psammolstes.

Ordo Orthoptera
Dari family ini hanya family Blattidae yang pnting dalam bidang kesehatan manusia. Di Indonesia family ini disebut kecoa, coro atau lipas.


Family Blattidae
Spesies Blattidae
Terdapat 4 spesies yang hidup berdekatan dengan manusia, yaitu Perriplaneta Americana, Blatta orientalis, Blatella germanica dan Supella supellectelium.

Gambar. Famili Blattidae

Blattidae sebagai penular penyakit
Karena hidup berdekatan dengan manusia, cara hidupnya yang kotor, dan pergerakannya yang cepat, serta kebiasaan makannya, lipas mempunyai kemampuan menularkan berbabagai macam penyakit. Secara mekanis, Blattidae dapat menularkan berbagai jenis bacteria usus penyebab kolera, disentri, tifus, virus polio, parasit usus baik protozoa maupun cacing usus dan jamur Aspergillus.

Ordo Siphonaptera
Ordo ini disebut juga ordo Aphaniptera, memiliki lebih dari 1900 spesies atau subspecies pinjal atau flea. Sebagian besar pinjal mudah berpindah hospes, baik yang sama maupun yang berbeda spesiesnya. Tidak adanya hospes spesifik ini meningkatkan kemampuan pinjal dalam menularkan penyakit.









Gambar. Siklus hidup pinjal

Penyakit yang terkait dengan pinjal
Secara langsung gigitan pinjal dapat menimbulkan alergi atau dermatitis yang pada anak – anak reaksinya dapat berlangsung berat. Pinjal yang sering menggigit hospes adalah Ctenocephalides dan Pulex irritans. Di daerah tropis Afrika, Tunga penetrans menimbulkan dermatitis karena betina menggali kulit kaki di bawah kuku dan kemudian menghisap darah penderita. Penderita akan merasa gatal hebat, kemudian terjadi peradangan yang sering diikuti infeksi sekunder.

Gambar. Ordo Siphonaptera







Gambar. Larva pinjal Gambar. Gigitan pinjal

Penularan penyakit
Sebagai penular penyakit, pinjal dapat bertindak sebagai vector penular atau sebagai hospes perantara.

Xenopsylla cheopis
Spesies ini adalah vector utama penular penyakit pes yang disebabkan oleh kuman Yersinia pestis. Akibtanya terjadi wabah pes pada tikus, pinjal menjadi infektif untuk waktu yang panjang. Jika populasi tikus punah akibat wabah pes, maka pinjal akan menjadi hospes baru termasuk manusia sehingga terjadi epidemic pes pada manusia. Karena itu, jika terjadi epidemic pes pada tikus, kita harus waspada dan mencegah kemungkinan terjadinya pes pada manusia. Pulex irritans dapat menjadi vector kedua pada penularan pes.
Selain pes, Xenopsylla cheopis juga dapat bertindak sebagai vector penular endemic thypus yang disebabkan oleh Rickettsia mooseri yang secara alami merupakan penyakit pada tikus. Penularan pada manusia terjadi melalui luka gigitan atau luka lecet yang tercemar tinja atau jaringan yang rusak dari pinjal yang infektif. Penularan dengan tinja pinjal dapat terjadi juga melalui konjungtiva atau membrane mukosa penderita. Sesudah terinfeksi, pinjal tetap infektif seumur hidupnya. Endemic thypus juga dapat ditularkan oleh Nosopsyllus fasciatus.

Hospes perantara
Pada penularan penyakit cacing Dipylidium caninum dan Hymenolepis diminuta, pinjal dapat menjadi hospes perantara. Ctenocephalides canis, C.felis dan Pulex irritans adalah hospes perantara D. caninum, sedangkan pada siklus hidup H. dimunuta yang bertindak sebagai hospes perantara adalah X. cheopis, C. canis, C. felis, P. irritans dan N. fasciatus.

Ordo Diptera
Ordo dipetra yang terdiri atas lebih dari 80 ribu spesies serangga yang berasal dari sekitar 140 famili. Ordo ini merupakan golongan serangga yang paling banyak menjadi penular penyakit. Sesuai dengan namannya, artropoda ini hanya mempunyai dua sayap, karena pasangan sayap posterior telah berubah bentuk dan fungsi menjadi alat keseimbangan (halter). Ordo diptera mempunyai mata majemuk dan umumnya memilki tiga buah ocelli.
Pada golongan Diptera berderajat tinggi, larva sering mampu menembus jaringan dan organ tubuh manusia atau hewan hidup sehingga menimbulkan miasis (myiasis).

Subordo Nematocera
Daklam subordo Nematocera terdapat empat family yang penting, yaitu family Culicidae, family Psychodidae, family Simuliidae dan family Ceratopogonidae.
Famili Culicidae
Termasuk dalam family ini adalah keluarga nyamuk yang mempunyai bentuk yang langsing, baik tubuhnya, sayap maupun probosisnya. Penyebaran nyamuk sangat luas, mulai dari daerah kutub sampai daerah tropis, dari ketinggian 5000 meter diatas permukaan laut, sampai 1500 meter di bawah permukaan tanah, misalnya di dalam tambang. Terdapat tiga subfamily nyamuk, yaitu Toxorrhynchitinae, Culicinae, dan Anopheline.

Siklus hidup nyamuk
Nyamuk mengalami metamorphosis sempurna (holometabola). Larva dan pupa memerlukan air untuk hidupnya, sedangkan telur pada beberapa spesies ada yang dapat hidup tanpa air untuk beberapa waktu. Telur nyamuk Anopheles diletakkan satu demi satu, telur Culex diletakkan berderet – deret seperti rakit, dan telur Aedes ditempatkan di sepanjang tepi air. Dalam waktu beberapa hari sesudah berada di air, telur menetas menjadi larva. Sesudah 4 kali berganti kulit, larva berubah menjadi bentuk pupa, yaitu fase aktif yang sangat sensitive terhadap pergerakan air tetapi tidak makan. Dalam waktu 2-3 hari, pupa berubah menjadi nyamuk dewasa. Di alam, nyamuk jantan dapat hidup selama satu minggu, sedangkan nyamuk betina mampu hidup sampai dua minggu. Di laboratorium, nyamuk yang dipelihara pada kelembaban tinggi dan cukup karbohidrat dapat hidup sampai beberapa bulan.











Gambar. Siklus hidup nyamuk

Toxorrhychitinae
Keluarga Toxorrhynchitinae tersebar di daerah tropis dan subtropics. Badan nyamuk yang hidup siang hari ini berwarna – warni. Baik jantan maupun betina tidak menghisap darah melainkan hanya cairan tumbuhan atau bunga.
Telur nyamuk diletakkan satu demi satu di lubang pohon, potongan bamboo, atau lekukan daun yang berisi air. Larva nyamuk ini besar ukurannya, memakan larva nyamuk jenis lainnya dan juga kanibalis karena memakan larva jenisnya yang berukuran lebih kecil. Dalam waktu satu hari, seekor larva nyamuk ini dapt memangsa 16 larva nyamuk Aedes. Pada subfamily ini hanya ada satu genus, yaitu Toxorrhynchites.
gambar. Toxorrhynchites.


Culicinae
Semua anggota subfamily Culicinae mempunyai scutellum trilobi. Abdomen tertutup sisik – sisik lebar mendatar. Telur nyamuk diletakkan berderet seperti rakit atau diletakkan satu – satu di atas permukan air atau diletakkan pada dinding bejana berisi air (container) sedikit di atas batas antara permukaan air dan kontainer. Telur nyamuk Culicinae tidak mempunyai pelampung.
Larva nyamuk mempunyai sifon dengan pectin berbentuk sempurna, dan umumnya mempuyai lebih dari satu kelompok hair tufs. Dua genus yang penting dalam family ini adalah genus Aedes dan genus Culex.

Aedes
Semua nyamuk betina Aedes menghisap darah pada waktu siang hari, terutama sore hari. Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus merupakan vector penular demam dengue atau demam berdarah dengue di Indonesia.
Aedes aegypti selain merupakan vector penular demam dengue, nyamuk ini juga adalah vector uatama penular demam kuning (yellow fever) sehingga juga disebut yellow fever mosquito. Spesies ini tersebar luas di dunia dan hanya hidup pada suhu antara 8º-37ºC.

Gambar. Nyamuk Aedes

Culex
Sejumlah spesies nyamuk Culex dapat menjadi vector penular arbovirus, filariasis dan malaria pada unggas.
Culex pipiens qiunquefasciatus atau sering disebut Culex fatigans merupakan vector penular filariasis pada manusia, sedang Culex pipiens adalah penular penyakit St. Louis encephalitis. Nyamk Culex pipiens complex menyukai breeding place berupa genangan air hujan atau air yang mempunyai kadar tinggi bahan organic.
Culex tarsalis yang menyukai genangan air yang terkena sinar matahari sebagai tempat kembang biaknya, adalah vector penular penyakit Western encephalitis dan St. Louis encephalitis.
Culex tritaeniorhynichus merupakan vektor utama penularan Japanese B encephalitis, banyak dijumpai di Asia Tenggara dan Asia Timur, menyukai air tanah dan rawa – rawa sebagai breeding place-nya.






Gambar. Nyamuk Culex




Mansonia
Nyamuk yang hidup di rawa-rawa ini, larvanya selalu hidup didalam air dengan cara menusukkan sifonnya yang runcing ke akar tumbuhan air untuk menghisap udara. Morfologi khas nyamuk dewasa adalah sayapnya yang memilki bercak – bercak yang berukuran lebar. Nyamuk ini merupakan vector filariasis di daerah berawa-rawa di luar Jawa.





Gambar. Nyamuk Mansonia

Anopheline
Nyamuk Anopheles adalah genus yang terpenting dalam subfamily ini karena merupkan satu – satunya vector penular malaria manusia. Terdapat sekitar 30 spesies Anopheles yang dapat menjadi vector penular malaria.

Penyakit yang ditularkan Anopheles
Berbagai organisme dapat ditularkan oleh nyamuk, misalnya Plasmodium penyebab malaria, cacing filarial penyebab filariasis, arbovirus grup A dan arbovirus grup B. Penularan terjadi secara biologis sehingga di dalam tubuh nyamuk terjadi perubahan – perubahan biologis organisme penyebab penyakit.

Malaria
Penyakit protozoa ini disebabkan oleh Plasmodium vivax, P. falciparum, P. malariae, dan P. ovale. Nyamuk penularnya adalah Anopheles yang spesiesnya berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Terdapat sekitar 30 spesies Anopheles dapat menularkan malaria. Di Indonesia spesies penular malaria natara lain adalah Anopheles sundaicus, A. aconitus, A. barbirostis, dan A. subpictus.

Filariasis
Cacing filarial manusia yang dapat ditularkan oleh nyamuk Anopheles adalah Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Filariasis yang diurnal periodis, vector penularnya terutama adalah nyamuk – nyamuk yang menghisap darah siang hari, misalnya nyamuk Aedes, sedang yang nocturnal periodic terutama ditularkan oleh nyamuk pengisap darah malam hari misalnya Culex, Mansonia, dan Anopheles.

Arbovirus
Semua arbovirus grup A ditularkan oleh nyamuk, yaitu virus Chikungunya, virus Mayaro, virus O’nyong nyong, virus Venezuelan equine encephalitis, virus Sinbis, dan virus Western encephalitis.
Sebagian arbovirus grup B juga dapat ditularkan oleh nyamuk, yaitu virus Yellow fever, virus dengue, virus St. Louis encephalitis, virus Japanese B encephalitis, virus Murray Valley encephalitis, virus West Nile, dan virus Ilheus. Virus Eastern encephalitis, virus Bunyawera, virus Bwamba, virus Oropouche, dan virus California yang tidak termasuk arbovirus juga dapat ditularkan oleh nyamuk.


Family Ceratopoganidae
Dalam family ini, hanya Culicoides yang penting bagi kesehatan manusia.

Culicoides
Culicoides menggigit manusia atau mamalia pada waktu sore hari yang tidak berangin. Gigitannya menimbulkan nodul pada kulit, menimbulkan radang atau kadang – kadang terjadi vesikel yang mengandung eksudat. Serangga ini adalah vector penular filariasis yang disebabkan oleh Acanthocheilonema perstans dan Mansonella ozzardi.







Gambar. Culicoides

Family Psychodidae
Dalam family ini, yang penting untuk kesehatan adalah genus Phlebotomus, yang disebut juga sand flies, yang tersebar di daerah tropis belahan bumi sebelah barat yang berilklim panas.

Phlebotomus
Gigitan Phlebotomus sesudah beberapa waktu menimbulkan benjolan keras berwarna putih. Rasa nyeri menyengat yang timbul akan diikuti gatal – gatal yasng berlangsung sampai beberapa hari. Jika terjadi banyak gigitan, penderita akan megalami demam, mual dan tanda – tanda toksemia.





Gambar.Phlebotomus

Penyakit
Secara biologis penyakit yang dapat ditularkan oleh Phlebotomus adalah Phlebotomus fever disebut juga sebagai sandfly fever atau Papptaci fever yang disebabkan oleh virus, dan bartonellosis (Carrion’s disease) yang disebabkan oleh Bartonella baccilliformis, selain menularkan leishmaniasis yang disebabkan oleh Leishmania donovani, L. tropica, dan L. braziliensis.

Family Simuliidae
Salah satu anggota family ini yang penting adalah genus Simulium yang disebut juga sebagai black-flies atau buffalo-gnats yang mempunyai penyebaran luas di seluruh dunia.

Simulium
Penyakit
Gigtan Simulium mula – mula tidak terasa sakit, kemudian terasa nyeri, membengkak dan gatal yang berlangsung selama beberapa hari. Lalat ini dapat menularkan Onchocerca volvulus, cacing filarial yang tersebar di Afrika, Meksiko, Amerika Selatan, dan Amerika Tengah, yang dapat menyebabkan buta. Simulium diduga juga menularkan tularemia secara mekanis.

Gambar. Simulium

Subordo Brachycera
Pada subordo ini family Tabanidae merupakan kelompok yang penting dalam bidang kesehatan karena dapat menularkan bebrapa macam penyakit.



Family Tabanidae
Penyakit
Gigitan family Tabanidae menimbulkan perdarahan di tempat gigtan dan terasa sangat nyeri. Tabanus menularkan anthrax dan tripanosomiasis hewan, sedangkan Chrysops menularkan cacing Loa – loa dan penyakit tularemia.

Gambar. Famili Tabanidae

Subordo Cyclorrphapha
Pada subordo ini terdapat enam family penting yang akan dibicarakan, yaitu family Muscidae, family Calliphoridae, family Oestridae, family Gasterophilidae, family Chloropidae dan family Sarcophagidae.

Family Muscidae
Family yang terpenting dari subordo Cyclorrphapa ini terdiri atas dua golongan, yaitu lalat pengisap darah (blood-sucking flies) dan lalat yang tidak mengisap darah (nonblood sucking flies). Termasuk lalat pengisap darah adalah Glossina dan Stomoxys, sedangkan Musca, Fannia, dan Muscina termasuk family Muscidae yaqng tidak mengisap darah.

Glossina
Genus ini dikenal sebagai lalat tsetse tersebar di Afrika dan Arab Selatan. Lalat yang mengisap darah siang hari ini tidak bertelur, melainkan melahirkan larva yang dalam waktu 1 jam akan berubah menjadi pupa. Dalam waktu 3 minggu sampai 60 hari pupa akan berubah menjadi lalat dewasa yang dapat hidup selama 1 tahun.
Lalat tsetse adalah vector penular Trypanosoma gambiense dan Trypanosoma rhodesiense, baik secara biologis maupun secara mekanik.

Gambar. Glossina

Stomoxys
Penyakit
Gigtan Stomoxys sangat menyakitkan. Selain itu lalat ini merupakan vector penting pada penularan penyakit surra yang disebabkan oleh Trypanosoma evansi yang banyak menyebabkan kematian kuda. Selain itu Stomoxys juga merupakan vector mekanis penularan anthrax, tetanus, dan yellow fever, serta dapat menimbulkan traumatic myasis atau enteric pseudomyasis pada manusia.

Gambar. Stomoxys

Musca
Di Indonesia, spesies Musca sorbens lebih banyak dijumpai daripada Musca domestica.
Penyakit
Berbagai penyakit pencernaan dapat ditularkan secara mekanik oleh lalat, misalnya bakteria usus (Salmonella, Shigella, dan Escherichia coli), protozoa dan cacing usus (misalnya Ascaris lumbricoides, cacing tambang, Trichuris trichiura, Taenia saginata, Taenia solium, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan Balantidium coli), serta poliovirus dan enterovirus. Larva lalat yang tercemar mikroorganisme penyebab penyakit misalnya telur cacing, spora anthrax atau spora Clostridium tetani, dapat tetap terbawa pada waktu larva berubah menjadi stadium dewasa. Selain itu Treponema pertenue penyebab framboesia dan Mycobacterium tuberculosa dapat ditularkan oleh lalat. Musca juga dapat menimbulkan miasis.

Gambar. Musca

Fannia
Penyakit
Fannia merupakan penyebab berbagai miasis, misalnya miasis gastric, miasis intestinal, dan miasis urogenital. Gejala klinis miasis gastric berupa mual, muntah, nyeri perut dan vertigo. Miasis intestinal dapat menimbulkan nyeri perut, diare, dan perdarahan anus, sedangkan miasis urogenital dapat menimbulkan disuri, piuri, hematuri, dan albuminuri.

Family Calliphoridae
Keluarga lalat ini yang disebut juga Blow-flies, tersebar luas di dunia. Badannya berwarna mengkilat, berukuran sedang sampai besar, tidak mengisap darah, larvanya dapat menimbulkan miasis. Lalat juga merupakan vector mekanis penyakit – penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri usus, parasit usus, polio, frambusia, dan tuberculosis. Genus yang penting adalah Lucilia, Chrysomya, dan Calliphora.


Lucilia
Lalat yang dikenal sebagai Green-bottle flies ini berukuran tubuh sedang, berwarna hijua metalik kebiruan, meletakkan telurnya pada daging atau bangkai hewan, pada luka terbuka atau di dalam lubang – lubang tubuh yang berbau busuk. Lalat ini menimbulkan miasis kulit, miasis intestinal, dan miasis urogenital.

Chrysomya
Lalat berukuran sedang dengan tubuh hijau mengkilat dan sayap yang jernih dengan venasi yang jelas. Abdomen mempunyai garis – garis transversal. Lalat ini menyukai luka terbuka yang basah, menimbulkan miasis mata, miasis tulang, dan berbagai miasis organ lainnya.

Calliphora
Dikenal sebagai Blue-bottle flies, berwarna biru metalik, dengan badan berukuran besar. Lalat ini menyukai bangkai hewan untuk berkembang biak, dan dapat menimbulkan miasis kulit, miasis intestinal, dan miasis urogenital.

Gambar. Calliphora

Family Oestridae
Pada family ini tedapat 3 genus yang penting, yaitu genus Oestrus, Dermatobia,dan Hypoderma.
Oestrus
Lalat ini tersebar luas, ukuran tubuhnya lebih kecil dari tawon madu, berwarna kuning sampai abu – abu kecoklatan dan banyak berbulu. Larva diletakkandi dalam lubang tubuh domba, karena itu lalat ini disebut juga sheep bot fly. Kadang – kadang larva diletakkan di mata, dan dapat mencapai hidung, sinus dan faring.

Dermatobia
Salah satu spesies, yaitu Dermatobia hominis yang juga disebut human bot-fly, dewasanya panjang tubuhnya sekitar 15 mm, berwarna abu-abu kecoklatan. Bagian muka dari kepala berwarna merah jingga, begitu juga kakinya. Dengan perantaraan serangga lainnya, misalnya nyamuk, Stomoxys, atau caplak, telur lalat ini dapat menempel pada hospes lainnya. Larva dapat menembus kulit sehat dan menimbulkan miasis kulit.

Hypoderma
Lalat ini bentuknya mirip lebah, merupakan parasit hewan sapi. Telur diletakkan pada rambut sapi. Sesudah menetas, larva akan menembus kulit, lalu migrasi kedalam jaringan dan dapat mencapai tempat yang jauh dari tempat asal larva, misalnya dari daerah kulit paha larva mengadakan migrasi sampai ke kulit kepala.

Family Gasterophilidae
Genus Gasterophilius atau horse bot-fly adalah anggota family Gasterophilidae yang sebenarnya secara alami merupaka parasit hewan kuda. Larva hidup di dalam usus kuda sesudah tertelan melaului mulut atau sesudah menembus kulit. Pada manusia, larva Gasterophilus dapat dijumpai di daerah subkutan dan menimbulkan creeping eruption akibat larva Ancylostoma braziliensis. Karena itu, miasis ini disebut creeping cutaneuos myiasis.

Family Chloropidae
Hippelates adalah satu genus berupa lalat kecil berukuran 2 mm, berwarna hitam dan kaki berwarna kuning. Lalat ini menyukai nanah, darah, lemak dan sekresi mata, dan dapat melukai membrane mukosa. Karena itu, dapat menjadi vector mekanik penularan epidemic conjunctivitis, frambusia, trachoma, dan ulcus tropicum.


Family Sarcophagidae
Lalat yang termasuk family ini adalah Sarcophaga dan Wohlfahrtia.

Sarcophaga
Lalat yang menpunyai tubuh berukuran besar, dengan panjang antara 10-14 mm ini menyukai kotoran hewan, tetapi juga madu dari bunga. Lalat ini menimbulkan miasis kulit, miasis hidung dan sinus, miasis pada jaringan, miasis vagina dan miasis usus.

Wohlfahrtia
Lalat blarviparous ini larvanya dapat menembus kulit yang sehat. Terdapat gambaran papan catur pada abdomen yang berbentuk titik-titik hitam. Lalat ini menimbulakn miasis kulit, mata, hidung, telinga, vagina, lidah dan usus.

MIASIS
Definisi
Miasis (myiasis) adalah investasi larva lalat pada jaringan atau organ tubuh manusia atau hewan yang masih hidup untuk jangka waktu tertentu dan larva tersebut makan jaringan yang masih sehat atau sisa-sisa jaringan yang sudah mati.

Pembagian miasis
Berdasar sifat hidup larva lalat penyebabnya, miasis dibagi menjadi miasis spesifik atau obligatory myiasis, miasis semi spesifik atau facultative myiasis, dan miasis eksidental (accidental myiasis).

Miasis Spesifik
Miasis ini disebabkan oleh larva lalat yang harus hidup pada jaringan tubuh hewan hidup. Lalat tersebut adalah : Gasterophilus, Callitroga, Chrysomyia, Dermatobia, wohlfahrtia, dan Hypoderma.
Gambar. Larva Gasterophilus

Miasis semispesifik
Miasis semispesifik disebabkan oleh larva lalat yang sebenarnyan secara alami meletakkan telur atau larvanya pada daging atau tumbuhan yang sudah busuk, namun kadang-kadang telur diletakkan pada jaringan hewan atau tanaman yang masih sehat. Termasuk sebagai penyebab miasis semispesifik adalah Fannia, Musca, Calliphora, Lucilia, Sarcophaga, Phormia, dan Phaenicia.

Miasis eksidental
Miasis ini biasanya disebabkan oleh larva lalat yang secara alami berasal dari telur yang diletakkan induk lalat pada sampah-sampah organic atau makanan.
Berdasar atas jenis organ atau jaringan tubuh yang menjadi tempat terjadinya miasis, maka dikenal miasis usus (intestinal myiasis), miasis saluran kencing (urinary myiasis), dan miasis jaringan lain, misalnya miasis kutan (cutaneous myiasis), miasis mata (ophthalmic myiasis), dan miasis nasal (nasal myiasis).

Miasis Usus
Intestinal myiasis atau enteric myiasis terjadi karena telur atau larva lalat tertelan bersama makanan dingin, misalnya daging atau keju dingin, atau lalat meletakkan telurnya di daerah sekitar anus. Larva yang menetas kemudian mencari jalan keluar menuju ke dalam usus. Pada family Muscidae dan Calliphoridae, yang tertelan adalah telur lalat, sedangkan pada family Sarcophagidae yang tertelan adalah stadium larva lalat.



Miasis Saluran Kencing (Urinary Myiasis)
Miasis terjadi akibat penggunaan alat kedokteran yang dimasukkan kedalam uretra penderita pria, sedangkan pada wanita larva dapat langsung masuk melalui alat kelamin luar.

Miasis jaringan lainnya
Miasis pada jaringan atau organ dapat disebabkan oleh berbagai jenis larva lalat. Satu jenis larva lalat dapat menjadi penyebab dari miasis pada beberapa jenis organ atau jaringan, sebaliknya miasis pada satu organ atau jaringan dapat disebabkan oleh lebih dari satu jenis larva lalat.

Family lalat Genus Jenis miasis
Muscidae Musca 8,9
Fannia 8,9
Muscina 8,9
Gasterophilidae Gasterophilus 1,8
Calliphoridae Callitroga (Cochiliomyia) 1,6
Chrysomyia 1,3,4,5,6,8
Lucilia 8,9
Calliphora 1,8,9
Sarcophagidae Sarcophaga 1,3,8,9
Wohlfahrtia 1,3,4,5,6,7,8
Chloropidae Hippelates 3
Oestridae Oestrus 1,3,4,10
Dermatobia 1
Hypoderma 1,2,3
Keterangan jenis miasis :
1. Kulit, 2. Subkutan, 3. Mata, 4. Nasal, 5. Telinga, 6. Vagina, 7. Lidah, 8. Intestinal, 9. Urinary, 10. Rongga mulut.

 Peranan Insecta dalam Kehidupan Manusia
Seperti halnya hewan-hewan invertebrata lainnya, insecta pun ada yang menguntungkan dan ada pula yang merugikan, diantaranya adalah:

1. Insecta yang menguntungkan
a. Insecta terutama golongan kupu-kupu dan lebah sangat membantu para petani karena dapat membantu proses penyerbukan pada bunga.
b. Insecta dibudidayakan karena dapat menghasilkan madu. Misal: lebah madu (Apis mellifera).
c. Dalam bidang industri, kupu-kupu, ulat sutera membuat kepompong yang dapat menghasilkan sutra (contoh: Bombix mori).
d. Untuk dimakan, misal laron, gangsir dan larva lebah (tempayak) yang dapat diperoleh secara musiman.
e. Merupakan mata rantai makanan yang amat penting bagi kehidupan.


2. Beberapa insecta yang merugikan antara lain
a. Menularkan beberapa macam bibit penyakit seperti tikus, kolera dan disentri oleh lalat dan kecoak.
b. - Merusak tanaman budidaya manusia, misal: belalang, kumbang kelapa, ulat.
- Menyebabkan penyakit pada tanaman, misal: Nilapervata lugens (wereng) menyebabkan penyakit virus tungro, belalang (walang sangit) yang mengisap cairan biji padi muda sehingga tanaman padi menjadi puso.

c. Parasit pada manusia (mengisap darah), misal: nyamuk, kutu kepala dan kutu busuk.
d. Merusak bahan makanan yang disimpan (tepung kedelai) oleh berbagai Coleoptera, misal: kumbang beras.
e. Serangga banyak yang hidup parasit pada ternak maupun ikan.
f. Dapat merusak bahan bangunan,misal:kumbang kayu dan rayap.


DAFTAR PUSTAKA

Soedarto,2008. Parasitologi Klinik. Surabaya : Airlangga University Press.
www.edu-kasi.org
www.wikimedia.org
www.wikipedia.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar